NovelToon NovelToon
Pria Seksi Itu, Suamiku

Pria Seksi Itu, Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: redwinee

WARNING : CERITA INI ITU TIPE ADULT ROMANCE DENGAN VERSI ROMANCE SLOWBURN !!!

[ROMACE TIPIS-TIPIS YANG BIKIN JANTUNGAN DAN TAHAN NAPAS]

---

Lima tahun yang lalu, Damien dan Amara menandatangani perjanjian pernikahan demi menunjang keberlangsungan bisnis keluarga mereka. Tidak pernah ada cinta diantara mereka, mereka tinggal bersama tetapi selalu hidup dalam dunia masing-masing.
Semua berjalan dengan lancar hingga Amara yang tiba-tiba menyodorkan sebuah surat cerai kepadanya, disitulah dunia Damien mendadak runtuh. Amara yang selama ini Damien pikir adalah gadis lugu dan penurut, ternyata berbanding terbalik sejak hari itu.

---

“Ayo kita bercerai Damien,” ujar Amara dengan raut seriusnya.

Damien menaikkan alis kanannya sebelum berujar dengan suara beratnya, “Dengan satu syarat baby.”

“Syarat?” tanya Amara masih bersikeras.

Damien mengeluarkan senyum miringnya dan berujar, “Buat aku tergila kepadamu, lalu kita bercerai setelah itu.”

---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 21

Amara tidak tahu apa yang terjadi dengannya dan kenapa dia bisa senekat itu untuk mengambil aksi duluan terhadap Damien. Kekesalannya benar-benar di ujung tanduk membuat Amara secara tidak sadar melakukan hal paling gila sepanjang hidupnya.

Bagaimana dia bisa mencium Damien?

Dan sekarang bagaimana Amara harus menatap wajah pria itu lagi?

Tautan bibir mereka terjadi secara cukup intens dan Amara pastikan kejadian itu akan trending keesokan harinya dan menjadi headline di berita-berita publik.

Damien, melainkan menolak aksi Amara, pria itu malah ikut meladeni ide gila Amara, membalasnya dengan lebih brutal.

Tahu-tahu mereka berdua sudah berjalan kelaur dari pintu masuk gedung pesta, Amara terus mengekori Damien dari belakang dengan tangan Damien yang masih menariknya, menuntutnya ke arah parkiran tempat mobil Damien diparkir.

Damien membukakan pintu penumpang untuk Amara, mengisyaratkan Amara untuk masuk ke dalam.

“Aku pulang bersama supir,” ujar Amara kepada Damien, Amara memang menyuruh supirnya untuk menunggu dirinya kala-kala Damien batal datang dan berakhir Amara harus pulang sendirian.

“Dia sudah kusuruh pulang,” ujar Damien kemudian kembali menunjuk ke arah mobilnya menggunakan dagunya.

Amara akhirnya menurut, kedua tangannya mengangkat sedikit gaun kembangnya kemudian masuk ke dalam mobil Damien dan duduk di kursi penumpangnya. Melainkan menutup pintu mobilnya, Damien tiba-tiba berjongkok disampingnya membuat Amara terkesiap pelan.

Tangan Damien terangkat kemudian mendarat pada kedua kaki Amara, dengan lembut pria itu meraihnya dan mengarahkannya keluar melalui sisi pintu mobil kemudian meletakannya ke atas paha pria itu yang tengah berjongkok.

Bahkan Damien tidak memperdulikan bisa saja alas hak tinggi Amara kotor akan debu sebab walaupun baru, Amara sudah berjalan menjelajahi tempat pesta bahkan rooftop tadi.

“Damien, apa yang kau…”

Kalimat Amara terhenti ketika Damien dengan cekatan menarik tali ikatan pada hak tingginya kemudian menarik dan melepaskan hak tinggi itu dari kedua kaki Amara. Damien berakhir membuang kedua hak tingginya begitu saja ke lantai hingga terpental-pental berjarak sekitar lima langkah dari tempatnya berjongkok.

“Maaf untuk ukuran yang salah,” ujar Damien, merasa bersalah karena sudah memesankan ukuran yang salah kepada Amara.

Awalnya Damien tidak tahu menahu tentang ukuran pakaian Amara, ia meminta tolong kepada sekertaris Amara tetapi untuk hak tinggi itu, sekertaris Amara juga tidak begitu tahu jadi Damien berakhir hanya asal menebak saja.

Sedangkan didepannya, Amara lagi-lagi terpana dimana belakangan ini dirinya menjadi sering mendengar kata maaf keluar dari bibir Damien. Padahal itu bukanlah sebuah kesalahan fatal, Amara juga tidak mempermasalahkannya. Pria itu sudah membelinya saja, Amara sudah sangat menghargainya.

“Tidak apa-apa, hanya sedikit luka,” ujar Amara jujur.

Damien kemudian merogoh jasnya dan mengeluarkan sebuah plester dari sana. Damien menempel plester itu pada bagian kaki Amara yang memerah akibat luka sebab bergesekan dengan area hak tinggi yang sempit.

Dari tas, Amara hanya fokus memperhatikan gerakan hati-hati Damien dan hatinya tergerak. Damien mengelus pelan luka Amara yang sudah dibalut plester itu membuat Amara menahan napas sejenak, lagi-lagi perasaan aneh itu datang menghampirinya.

Damien kemudian bangkit berdiri dan menutup pintu mobilnya dan ikut masuk ke dalam mobil.

Damien dan Amara sudah sama-sama berada di dalam mobil, tetapi tampaknya Damien masih belum bermiant untuk menyalakan mesin mobilnya.

Amara menoleh ke samping dan saat itu juga Damien sudah menatapnya.

Amara mengigit bibir bawahnya kemudian memberanikan diri untuk berujar dengan nada pelannya, “Maaf, aku tidak bermaksud yang tadi.”

“Bibirmu manis.”

Amara mematung, jantungnya kembali berdebar saat Damien tiba-tiba menyerangnya dengan kalimat jujurnya itu, membuat Amara kembali mengingat kejadian panas di pesta tadi. Sedangkan Damien terlihat sangat santai saat mengucapkannya.

Berusaha mengontrol diri, Amara kembali berujar, “Aku hanya ingin membuatnya cemburu,” ujar Amara jujur lagi agar Damien tidak salah paham dengan tindakannya barusan.

“Aku tahu,” dengan suara seksinya itu, Damien menjawab singkat.

Amara diam tidak berkutik.

“Dan aku menyukainya,” lanjut Damien lagi tak tanggung-tanggung.

Amara mati kutu, jari kakinya melengkung ke atas saat kegugupan perlahan menyergap dirinya.

Damien perlu diacungi jempol untuk kalimat berani pria itu.

Sebab tidak tahu harus bereaksi seperti apa, Amara kemudian mengalihkan topik pembicaraan mereka.

“Kenapa kau telat hari ini?” tanya Amara sedikit penasaran.

Dan sekarang gantian Damien yang berubah diam, membuat Amara langsung tahu jawaban dari pertanyaannya itu tanpa perlu Damien menjawabnya.

Amara tahu pria itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya dan Damien tidak ingin memberitahunya. Atau barangkali Amara tidak perlu tahu rahasia mengenai pria itu sebab mereka memang tidak pernah sedekat itu untuk saling berbagi rahasia.

Dan entah kenapa hati Amara sakit memikirkan hal itu.

 

Kini Amara sudah sangat siap untuk terjun ke alam mimpinya, ia sudah berbaring nyaman diatas kasurnya, menyelimuti dirinya sebatas dada dan bahkan lampu kamarnya sudah mati.

Tetapi Amara tidak bisa tidur, kewarasannya masih tetap terjaga keras saat pikirannya dengan liar menerawang kemana-mana kemudian berakhir melakukan kilas balik pada kejadian di pesta tadi.

Tangan Amara naik ke atas dan berakhir menyentuh ujung bibirnya kemudian mengusapnya pelan. Amara kembali membayangkan bagaimana bibir Damien dengan lihainya menyentuh lembut sisi bibirnya, membuat pikiran Amara kosong untuk sesaat. Apalagi tadi Damien menggendongnya turun dari mobil hingga ke pintu apartemen mereka akrena sebelumnya Damien sudah membuang hak tingginya.

Amara menggeleng keras kemudian mengacak rambutnya frustasi.

“Pergilah, hush! Hush!” Amara berusaha mengusir pikiran nakalnya itu kemudian menggulingkan tubuhnya diatas kasur luasnya.

Amara bergerak layaknya cacing panas di atas kasur dengan harapan ia akan kelelahan, ngantuk dan tidur hingga pagi menjemput dirinya.

 

Sedangkan tepat di sebelah kamar Amara, terdapat kamar Damien dimana pria itu masih terjaga ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Dengan laptop yang menyala di depannya, Damien sibuk mengetikkan sesuatu disana kemudian pergerakannya terhenti, kemudian mengetik lagi dan kemudian terhenti lagi.

Damien melepas kacamata yang bertengger pada wajah tampannya kemudian sebuah helaan napas kasar berhasil lolos dari bibirnya. Damien menyugar rambutnya menggunakan sela-sela jarinya dan menutup laptopnya dengan sekali gerakan cepat.

Sial, ia tidak bisa fokus apda pekerjaannya. Yang memenuhi pikiran Damien sejak kepulangannya dari pesta tadi hanyalah bibir manis Amara.

Damien ingin kembali mencicipinya.

Damien memijat pangkal hidungnya sekali kemudian bangkit dari duduknya dan mengambil sekaleng bir dari meja di sudut ruangan. Dengan satu tangan, jari telunjuknya Damien membukanya secara mudah kemudian dengan segera meneguknya, membiarkan cairan pahit itu membasahi tenggorokannya dan membuat jakunnya naik turun.

Setidaknya Damien berharap mabuk bisa menghilangkan gairah yang sudah ia tahan sedari tadi. Damien masih harus bersikap waras untuk menghadapi Amara besok.

Malam itu, keduanya benar-benar merasakan perasaan asing yang datang pada mereka. Namun nahasnya, masih terlalu dini bagi keduanya untuk mendeskripsikan perasaan itu.

1
Faf Rin
setia
Faf Rin
ceritanya bagus
Wineeeee: Makasih udah berkenan baca kak😊😊😊
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Lya
Hotelnya private buat Damien?
Wineeeee: Makasih kak sebelumnya udah mampirrrr 😁 Bener kak, soalny Damien punya bisnis di bidang perhotelan. Jadi hotel itu punya dia
total 1 replies
Lya
Tapi di bab sebelumnya si Amara kan masak?
Wineeeee: Amara ga pandai masak, Damien yang jagoo /Joyful/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!