novel ini adlaah adaptasi dari kelanjutan novel waiting for you 1
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
anak sialan!!
Beberapa menit berlalu setelah kejadian yang menegangkan di taman. Suasana di dalam ruangan ganti VIP terasa sedikit lebih tenang, meskipun perasaan cemas masih menggelayuti hati Elena.
"Maafkan saya, Tuan Muda!" ujar Pak Jen dengan wajah penuh kekhawatiran, saat ia memeriksa keadaan Alvio yang masih duduk di bangku. Meskipun wajahnya terlihat sedikit kelelahan, Alvio tetap tersenyum, berusaha menenangkan Pak Jen.
"Tidak apa-apa, Paman. Lagi pula, ini salah saya karena terburu-buru," jawab Alvio dengan suara tenang, mencoba meredakan kegelisahan Pak Jen. Tangannya yang terluka hanya sedikit tergores, namun luka itu sudah dibersihkan dengan hati-hati.
Pak Jen tersenyum kecil dan dengan cepat mencari baju yang telah diminta oleh Alvio. Ia merasa lega melihat anak muda itu tetap tenang meski insiden tadi bisa menjadi lebih serius.
"Terima kasih, Paman," ucap Alvio dengan ringan, sambil meraih baju yang dibawa oleh Pak Jen.
Tak lama setelah itu, suasana sedikit lebih santai ketika Alvio mengenakan setelan kemeja putih dan jas kecil yang pas di tubuhnya, membuatnya tampak lebih tampan dari biasanya. Pak Jen pun segera meninggalkan ruangan untuk memastikan segala sesuatu berjalan lancar.
Setelah beberapa menit, Elena masuk ke dalam ruangan, wajahnya sedikit lebih santai meskipun terlihat jelas bahwa ia masih kesal. Ia berjalan mendekat ke arah Alvio dan dengan cemas memeriksa keadaan putranya.
"Syukurlah, Vio, kamu baik-baik saja," ucap Elena dengan suara lembut namun penuh ketegasan. Ia memeriksa telapak tangan Alvio yang terluka, memastikan tidak ada luka serius.
"Dia hanya mendapat goresan di telapak tangannya, Nona," jawab Pak Jen, memastikan bahwa Alvio tidak terluka parah. "Dia hanya sedikit terkejut, tapi tak ada masalah besar."
"Syukurlah," ucap Elena dengan suara yang lebih tenang, meskipun matanya masih memancarkan amarah yang belum sepenuhnya reda. "Oh, Paman, tolong hubungi bagian keamanan dan pastikan wanita itu keluar dari perjamuan. Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi. Selain itu, keluarkan keluarga Linda dari lingkaran. Blacklist nama mereka."
Pak Jen hanya mengangguk, tidak berkata apa-apa lagi. Ia segera bergegas menuju ke bagian keamanan untuk melaksanakan perintah Elena. Elena tetap berdiri di sana, matanya masih penuh dengan api kemarahan, meskipun ia berusaha menenangkan dirinya. Keluarga Linda memang sudah terlalu banyak membuat masalah.
Sementara itu, di aula perjamuan, kepala keluarga Linda yang tidak tahu apa yang baru saja terjadi, terlihat tidak senang. Ia berdiri dengan wajah merah karena amarah, tubuhnya tegap seperti sedang menunggu penjelasan. Namun, saat ia hendak berbicara, dua petugas keamanan datang dengan langkah tegas, menghampirinya.
"Ada apa ini? Kenapa kalian mengusir kami?" Kepala keluarga Linda bertanya, suaranya meninggi penuh kebingungan dan kemarahan. Ia tidak mengerti mengapa mereka diperlakukan seperti ini tanpa alasan yang jelas.
"Maaf, Tuan," jawab petugas keamanan dengan hormat namun tegas. "Kami mendapatkan perintah langsung untuk mengamankan keluarga Anda dan mengeluarkan Anda dari perjamuan."
"Perintah dari siapa?" tanya Kepala Keluarga Linda, wajahnya semakin muram. "Siapa yang berani melakukan ini tanpa alasan yang jelas?"
"Perintah dari Nyonya Elena El Bara," jawab petugas keamanan tanpa ragu. "Maaf, namun keputusan ini sudah final."
Kepala keluarga Linda terdiam sejenak, wajahnya memucat saat mendengar nama Elena El Bara. Ia tahu betul siapa dia, namun tidak pernah menyangka bahwa pertemuan ini akan berakhir seperti ini.
"Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Tuan," ujar seorang wanita yang ada di samping Kepala Keluarga Linda, berbisik pelan. "Tapi kita harus pergi."
Setelah beberapa detik, Kepala Keluarga Linda menghela napas panjang dan akhirnya mengangguk dengan enggan. Ia memerintahkan anggotanya untuk pergi. Kejadian ini menjadi sangat memalukan bagi keluarga mereka, yang bahkan tidak bisa berbuat apa-apa setelah perintah dari Elena yang tidak bisa dibantah.
Beberapa menit setelah insiden yang penuh ketegangan di aula, ketegangan semakin memuncak. Elena berdiri dengan tegas di pintu menuju ruang VIP, sementara kepala keluarga dan beberapa tamu terkemuka berkumpul di sekelilingnya, mencoba menilai apa yang baru saja terjadi.
Di dalam aula yang mulai semakin sepi itu, beberapa kepala keluarga yang masih terkejut dari kejadian tadi mulai membicarakan peristiwa yang terjadi secara diam-diam, saling berbisik dengan nada penuh kewaspadaan.
“Apakah kita benar-benar akan membiarkan semua ini terjadi?” bisik Kepala Keluarga Peringkat 3, dengan wajah penuh kecemasan. "Elena begitu... berkuasa. Seperti dia memegang kunci lingkaran ini.”
"Jangan terlalu terbuka membicarakan itu," bisik Kepala Keluarga Peringkat 2 yang duduk di dekatnya. Wajahnya tegang, tampak lebih muda dari usia sebenarnya. “Jika dia punya niat mengusir keluarga Linda dari lingkaran, itu artinya dia sedang dalam posisi yang sangat kuat. Kalau kita mengganggunya... kita yang akan menjadi sasaran selanjutnya."
Di sisi lain, Kepala Keluarga Peringkat 5, yang tampaknya merasa kurang aman, menambahkan dengan khawatir, "Tapi... apakah Elena benar-benar bisa melakukannya? Mengusir mereka tanpa alasan jelas... begitu sewenang-wenang?"
"Sepertinya kita harus lebih berhati-hati dengan keputusan itu," bisik Kepala Keluarga Peringkat 9 dengan nada lirih namun penuh kepastian. "Keluarga El Bara memiliki pengaruh besar. Sudah saatnya kita tahu siapa yang harus kita waspadai di lingkaran ini. Kita harus memastikan... bahwa kita berada di pihak yang benar."
Pikiran mereka semua bersatu: Elena El Bara bukanlah seseorang yang bisa dipandang sebelah mata lagi.
Di sisi lain, Elena berdiri tegak, tatapannya tajam. Suasana di ruang VIP tetap tegang. Ia bisa merasakan energi di dalam dirinya bergelora, seakan siap meledak kapan saja.
Pak Jen yang baru saja kembali, masuk ke dalam ruangan, membawa kabar yang pasti sudah Elena tunggu. "Nona, saya telah mengamankan semua langkah dan memastikan wanita itu keluar dari acara ini."
"Tepat sekali, Pak Jen." Elena memberi senyum dingin, namun tak satupun kelembutan terasa dalam suaranya. "Kita tidak bisa menunjukkan kelemahan sekarang." Ia menggerakkan tangannya ke arah kursi di sudut ruangan. "Panggil Kepala Keluarga Alend bastoro. Saat ini, dia harus mendengarkan saya."
Pak Jen segera pergi tanpa perlu perintah lebih lanjut.
Beberapa menit kemudian, Alend Bastoro memasuki ruangan dengan langkah hati-hati. Meski kepala keluarga peringkat 4 ini dikenal memiliki pengaruh yang besar di lingkaran, di hadapan Elena, ia tetap merasa tidak nyaman, seolah tahu bahwa segala perkataan dan tindakannya akan sangat diperhitungkan.
"Elena, apa yang telah terjadi tadi?" tanya Alend, mencoba berbicara dengan nada penuh kehati-hatian.
Elena tersenyum tipis, namun senyum itu tidak menunjukkan kebaikan. "Sebuah pelajaran, Alend." jawabnya dengan suara tajam. "Kita tidak hidup di dunia yang sama seperti sebelumnya. Kini, aku yang memegang kendali, dan setiap keputusan yang aku buat akan diperhitungkan."
Ia berjalan perlahan mendekati Alend yang tetap berdiri dengan tatapan cemas. "Keluarga Linda, sebagai peringkat 20, terlalu sering mengecewakan, terlalu sering menunjukkan diri mereka tidak tahu batas. Aku hanya menyadarkan mereka. Dan aku rasa... aku juga perlu memberi pelajaran pada beberapa orang lainnya."
Alend menunduk sedikit, jelas tidak ingin menambah masalah. Ia mengerti apa yang Elena maksud.
"Kita akan lebih berhati-hati dengan tindakan kita selanjutnya," kata Alend, berbicara seakan-akan Elena mengharapkan persetujuannya.
"Tentu saja." jawab Elena dengan tegas, mengalihkan pandangannya ke luar jendela. "Saya akan pastikan, tidak ada satupun orang di lingkaran ini yang berani melawan kami. Keluarga El Bara tidak akan pernah dianggap sebelah mata lagi."
Pak Jen kembali dengan ekspresi tenang, tetapi matanya berbicara lebih banyak. "Nona, situasi di luar... mungkin akan semakin rumit. Para kepala keluarga mulai memperhatikan langkah-langkah kita dengan seksama."
“Biarkan mereka," Elena berkata keras, suaranya penuh determinasi. "Biarkan mereka menyaksikan apa yang akan terjadi jika berani menantang kami. Jika mereka berani memukul mundur kita dengan cara mereka, aku akan tunjukkan siapa yang menguasai semua ini."
Sementara itu, di luar aula, kepala keluarga Linda benar-benar dalam keadaan panik. Beberapa anggota keluarga mereka yang tadinya sedikit berani berkomentar kini sudah mundur dan mulai berpikir dua kali.
"Apa yang harus kita lakukan, Ayah?" tanya anak sulung kepala keluarga Linda dengan nada panik. “Dia telah mengusir kami tanpa peringatan. Dan siapa yang dapat melawan keluarga El Bara? Jika ini berlanjut, kita akan tenggelam. Bahkan lebih buruk, mereka akan memastikan nama kita menghilang begitu saja."
"Tunggu," jawab Kepala Keluarga Linda dengan pelan, menatap orang-orang di sekelilingnya. Wajahnya suram. “Elena mungkin berusaha menunjukkan kekuasaannya. Namun kita juga punya cara untuk membalasnya. Tetapi... kita harus memilih momen yang tepat.”
Namun, sebelum Kepala Keluarga Linda bisa melanjutkan perkataannya, langkah cepat mendekati mereka terdengar, dan sekumpulan petugas keamanan mendekat, mengarahkan mereka keluar dari aula. Kepala keluarga Linda tersentak, tak ada jalan keluar. Mereka terpaksa mengikuti petugas itu, tanpa tahu siapa yang bisa membantu mereka lagi.
Di ruangan VIP, Elena berdiri dengan tenang, melihat kekacauan yang baru saja mulai terjadi. Satu-satunya yang terdengar hanyalah suara langkah kaki dan bisikan para kepala keluarga yang tampak mulai menjaga jarak, membangun pertimbangan untuk langkah selanjutnya.
"Semua ini baru permulaan," Elena berkata pelan kepada dirinya sendiri, suaranya terasa lebih dingin dan penuh tekad. "Aku akan buktikan bahwa siapapun yang berani melawan kami akan hancur begitu saja."