Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Masih terbayang wajah Emily , banyak hal yg ingin ia pertanyakan termasuk mengapa dia ada di sini dan apa yg terjadi? Terlebih dalam waktu bersamaan dirinya bertemu dengan Satria.
"Apa selama ini Emily bohong sama gue..? Enggak Bastian ,elo jangan berasumsi cepet kayak gitu ,besok ya besok pokonya harus temuin Emily "
Sebastian bermonolog dengan dirinya sendiri matanya tak lepas melihat angka lantai yg berubah dengan cepat .Kini ia tau tujuan mereka adalah basement.
****
"Kamu ingin membocorkan ini semua pada kekasihmu itu.?"
Satria bersuara setelah menarik dengan kasar tangan Emily hingga ke dalam mobil tak lupa tadi suara pintu mobil menggelegar pas di tutup.
"Enggak Pak saya tadi gak sengaja bertemu Bastian di ..!"
"Saya tidak suka kebohongan ,ingat jangan berani-berani memberi tau siapa pun termasuk kekasih mu jika tidak ingin saya musnahkan keluarga kamu dan memblacklist nama mu dari seluruh perusahaan."
"Pak demi Tuhan ,saya akan menjaga rahasia ini baik-baik . Tolong jangan menghitamkan nama saya Pak .!"
Satria tersenyum miring ini yg ia inginkan , tawanan nya tunduk kepadanya .Tapi sayang selama ini mereka selalu berwajah dua ,di belakangnya menceritakan semuanya untung saja Satria dengan mudah memusnahkan mulut-mulut sampah itu .
"Ada jaminan..?"
Emily mendongak menatap penuh tanya.
"Maaf Pak , Jaminan..?"
"Iya ..Jaminan apa yg akan kamu gadaikan untuk saya jika ternyata berani melanggar isi kontrak perjanjian."?
Otaknya seolah di ajak berpikir dengan cepat , Jaminan?? Bahkan Emily berasa tidak ada yg bisa di jadikan sebagai jaminan dalam hidup nya, bahkan surat rumah nya saja masih ada di bank belum ia tebus.
"Tapi Pak...Saya tidak ada yg bisa di jadikan sebagai jaminan.."
"Bagaimana jika saya memberikan satu pilihan ?"
Kening Emily mengerut..
"Pilihan..?"
Satria tersenyum penuh arti , badan nya di condongkan bahkan kini hembusan napasnya menerka pipi Emily.
"Tubuhmu. !"
"Hah.."
Sontak saja Emily mundur hingga punggungnya terasa membentur pintu mobil.
"Ya.... Setiap melakukan kesalahan maka tubuh kamu lah yg menjadi penebus nya , sayang..!"
Emily menggeleng cepat ia tersadar bahwa dalam perjanjian tidak di sebutkan seperti itu.
"Tapi dalam perjanjian kita saya cukup mengASIhi Bapak saja ..!"
Satria mengedikkan bahu nya acuh ,ia kembali memberi jarak antara ke dua nya .
"Jika seperti itu terserah kamu dan semua pilihan ada di tangan kamu."
Emily benar-benar merasa di pojokan saat ini bingung menghadapi Bos nya.
"Ayo lah Emily ,kalo sekali dua kali gak apa-apa .Kalo berkali-kali gimana?? Astaga apa sih yg gue pikirin ? Mau sekali atau dua kali tetap aja perjanjian awal tidak seperti itu."
Mobil berwarna putih itu membawa mereka pergi dari apartement ,selama di perjalanan hanya hening
meliputi ke duanya tidak ada obrolan yg berarti apalagi setelah terjadi tawar menawar tadi .
Ternyata Satria membawanya ke kawasan komplek elit ,dari awal masuk gerbang utama nya saja sudah di jaga dengan ketat hingga kini tiba di depan pintu rumah berlantai tiga.
Dari luar sudah kelihatan mewah dan elegan seperti yg ada di TV-TV yg Emily pikir.
"Sementara kita tinggal di sini, saya akan cari tau tentang dia apakah kalian ada hubungan ? Selama itu jangan pernah mencoba menghubungi pria itu, mengerti..?"
Emily mengangguk seperti terhipnotis akan tatapan Satria ,mata hazel itu tak ingin lepas seperti menikmati setiap inci dari wajah gadis nya
Gadis nya?? Bahkan Satria saja tak mengerti kenapa berani mengklaim sekretaris nya itu sebagai gadisnya ,bahkan Emily adalah satu-satunya wanita yg ia bawa ke keluarga nya.
Cup ...!
Seperti tidak pernah puas mencicipi bibir manis Emily , Satria benar-benar merasa di mabuk kepayang Lumatan itu semakin intens dirasa tanpa sadar Emily pun ikut membalas nya .
"Kamu benar-benar memabukkan sayang..Maka dari itu teruslah menjadi wanita lugu dan penurut."
Sebelum pergi Satria mencuri satu kecupan di pundak Emily mengisapnya kuat-kuat lalu setelah nya pria itu berlalu meninggalkan Emily sendirian.
"Tolong kunci semuanya jangan biarkan siapapun masuk ke sini , termasuk wanita itu."
Ujar Satria kepada para bodyguard yg dengan siaga sedari tadi menjaga di luar.
Emily melihat nama yg tertera di ponselnya , Sebastian. Ya ...pria itu menelpon nya .
"Sorry gue lagi sibuk Bas, kita bicara nanti."
Emily mengetik cepat pesan itu setelah deringan ponsel berakhir.
"Oke. Gue tunggu lo besok di taman.."
Emily membaca sekali lagi balasan chat dari sahabatnya , bahkan ia pun tak tau apakah besok masih bisa bertemu dengan pria itu? Mengingat ancaman Satria tidak main-main walaupun dirinya memang menginginkan nya.
"Anjir Em ..apa sih yg lo pikirin ,ngeres banget dah dari tadi."
Emily beberapa kali memukul kepalanya.
"Non...!".
"Astaga.."
"Maaf .. maaf non bibi mengagetkan ya ..?"
Emily tidak menjawab ,ia melihat dari atas hingga ke bawah tampilan wanita paruh baya itu seperti nya dia maid di sini.
"Bapak mengingatkan saya untuk siapkan makan malam untuk Non .Silahkan ..Non. Makan malam nya sudah siap..!"
Emily tersadar seperti nya wanita di hadapannya kini merasa tak enak telah membuat nya terkejut seperti tadi .
"Oh. Iya Bi ...Saya boleh tau kamar saya di mana ??"
Teringat sudah saat ini dirinya masih berada di ruangan tamu berdiri seperti patung selama di tinggal pergi oleh Satria.
"Mari bibi antarkan Non.!".
Emily mengangguk ia berjalan di samping wanita baya itu hingga tepat di depan pintu kamar paling besar di antara yg lain nya.
"Ya Tuhan ....Ini kamar atau aula ? Besarnya seperti harapan bangsa."
"Bibi permisi dulu ya Non..!"
Emily tersadar dalam keterpukauannya ,ia melihat ART itu menjauh hingga tidak terlihat lagi punggungnya. Tepat saat itu juga ponselnya berdering.
"Tidak perlu khawatirkan apapun ,semua kebutuhanmu sudah ada di sana sayang..!"
Emily membaca pesan dari Satria ,mata nya membola kala menyadari ucapan pria itu benar adanya bahkan hal area sensitifnya pun tersedia.
"Bi...Aku boleh tanya ??"
Wanita paruh baya yg sedang merapihkan dapur itu menoleh melihat Nona muda nya mendatangi nya.
"Iya Non.."?
Sebenarnya ada berat hati di panggil seperti itu oleh orang yg lebih tua dari nya , Dari tutur bahasanya saja Emily sudah tau wanita di hadapannya ini memiliki jiwa keibuan yg kuat.
"Sebelum nya aku belum tau betul mengenai rumah ini ,apa ini rumah utama Pak Satria??"
"Adem Satria jarang sekali ke sini Non .Bibi juga kaget ketika di kabarin akan tinggal di sini sementara waktu , terlebih Non adalah wanita pertama yg beliau bawa ke rumah ini."
Ada secercah hati yg menghangat dan Emily...