Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
Dinginnya AC dan angin yang menerpa dari balkon sangat terasa menembus kulit Rian yang tidak tertutup apapun dan adanya rasa kebas yang terasa di tangannya menyebabkan Rian dengan terpaksa membuka matanya yang masih terasa berat. Bertapa terkejut dirinya melihat Andin berada di sampingnya dengan keadaan tanpa busana.
Rian teringat kejadian beberapa jam yang lalu, bayangan yang menggairahkan kini bermain di pikirannya. Rian melirik kearah seprai putih yang melekat di kasur, ada noda di samping Andin. Noda darah yang kering kini jelas terlihat di seprai itu. Rian memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan dirinya. Ada rasa bersalah dirinya kepada Andin karena telah merebut kehormatan wanita suci itu meski ia sadar bahwa kesucian wanita itu sudah miliknya. Rian memijat pelipisnya untuk meredakan pusing di kepalanya.
Rian mengangkat tangannya dengan pelan dan lembut karena tangannya kini menjadi bantal Andin.
Rian meraih selimut yang telah tergeletak di lantai dan menutup tubuh putih mulus bagaikan kapas itu dengan selimut. Sekali lagi tatapannya tidak lepas pada noda darah yang melekat pada seprai.
Rian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi sambil meremas rambutnya karena menyesal telah menyentuh wanita yang tidak ia cintai.
"Pasti dirinya sangat sakit hati" batin Rian mengingat malam panas yang ia lewatkan.
Setelah membersihkan dirinya, Rian keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang melilitkannya di pinggang.
Langkah pelan Rian di tujukannya ke lemari yang berbaris di dinding kamar sebelah kanan. Rian mengambil kaos berwarna hitam dengan celana pendek berwarn silver lalu memakainya.
Setelah berpakaian lengkap, Rian melangkahkan kakinya ke balkon kamar yang terletak di sebelah kanan ruangan. Balkon yang cukup besar itu menyediakan dua kursi dan beberapa tanaman hias.
Rian berjalan mendekat kearah pagar. Wajah cantik Ara tergambar jelas di memorynya. Rian membuang nafas dengan kasar setelah dirinya teringat ucapan Ara.
"Apa yang akan Ara lakukan jika ia mengetahui bahwa aku sudah melakukannya dengan wanita itu?" Rian bermonolog. Rian mengusap wajahnya dengan kasar merasa frustasi akan apa yang ia lakukan beberapa jam yang lalu.
"Aku mencintaimu Ara" ucap Rian pelan namun bisa di dengar oleh Andin.
Pasalnya Andin terbangun karena merasakan perih di bagian bawahnya. Andin melebarkan penglihatannya ketika ia menyadari bahwa dirinya tidak berada di kamarnya sendiri. Andin ingat kamarnya bernuansa biru namun sekarang dirinya berada di kamar yang bernuansa silver dan coklat. Ingatan Andin telah kembali, bibirnya terbuka dengan tangan kanan berusaha menutup mulutnya. Ia teringat bagaimana nikmatnya malam pertama dengan suami tampannya itu. Andin melihat kesisinya namun tidak ada lelaki yang telah mengambil mahkotanya itu.
Udara dingin dari arah balkon menuntun Andin untuk mendekat ke sana.
"Sepertinya ada seseorang di sana" Andin bermonolog pada dirinya sendiri.
Andin melangkahkan kakinya mendekat kearah balkon meski tertatih-tatih. Andin melihat Rian berbicara sendiri dan menyebut nama wanita lain yang tidak ia kenal.
Andin membekap mulutnya ketika mendengar isi hati lelaki yang beberapa jam lalu menjadikannya sebagai seorang istri dan merebut mahkota yang ia jaga selama ini. Hatinya seperti di tikam oleh pisau setelah mendengar suaminya mengucapkan perasaan cinta kepada wanita lain yang tidak ia ketahui.
Andin yang berada di ambang pintu balkon dengan selimut melilit di tubuhnya kini membalikan badan dan berjalan menuju kamar mandi. Ada genangan air mata yang sulit ia tahan. Andin bingung harus bagaimana? Dia harus memaklumi apa yang terjadi antara dirinya dengan Rian. Pasalnya pernikahannya ini terjadi bukan karena cinta. Pintu kamar mandi itu dia tutup rapat dan di kuncinya. Andin menatap tubuh polosnya di pantulan kaca.
Dengan suara tangis yang di tahan, Andin mengamati tubuh polosnya yang penuh tanda kemerahan. Andin tidak bodoh masalah seks. Dia tahu semua tanda merah yang menempel di tubuhnya itu adalah kerjaan Rian.
Andin menyentuh setiap cap kemerahan itu. Hatinya terasa teriris teringat ucapan cinta Rian namun bukan untuknya tapi untuk wanita lain setelah semalam mereka bergulat selama 2jam.
Andin berjalan mendekat ke arah shower. Di nyalakan airnya dan dia duduk dibawah shower dengan kedua lututnya di peluk.
Dalam derasnya air yang menerpanya, Andin menangis sampai sesegukan di sela-sela tangisannya.
Rian yang merasakan ada seseorang langsung menolehkan kepalanya kebelakang namun dirinya tidak melihat seseorang ada di belakangnya.
Rian kembali menatap gelapnya langit dan merasakan dinginnya malam.
Andin yang berada di kamar mandi kembali menegakan tubuhnya setelah puas menangis. Andin melanjutkan membersihkan tubuhnya.
Setelah ritual mandi selesai dirinya baru ingat bahwa dirinya lupa membawa pakaian ganti yang masih berada di dalam koper. Andin bingung mau keluar menggunakan apa.
Andin mengintip keadaan didalam kamar. Dirinya membuka sedikit pintu kamar mandi lalu memunculkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.
Penglihatannya menyebar kemana-mana. Mencari keberadaan suami yang tidak mencintainya.
“Sepertinya dia masih sibuk menyesal di balkon” rutuk Andin lalu menutup kembali pintu kamar mandi dan mengambil handuk lalu melilitkan di tubuhnya.
Dengan langkah yang begitu pelan tanpa suara dirinya keluar hanya menggunakan handuk berwarna putih yang panjangnya hanya mampu menutupi bagian dada sampai pangkal pahanya.
Rasa sakit di bagian bawah pusatnya menyebabkan dirinya berjalan seperti kura-kura.
“Bisa-bisanya dia habis merebut kesucianku, langsung menyesal dan mengaku mencintai orang lain. Dasar beruang kutub... tidak punya perasaan” rutuk Andin pelan sambil berjalan menuju kopernya berada. Koper yang di letakan oleh Elsa setelah dirinya sah menjadi istri tuannya.
“Ehmm... apa katamu ? Ulangi!” terdengar suara berat dari belakang Andin. Suara lelaki yang membuatnya begitu kesal. Langkah kaki Andini terhenti kala mendengar suara berat Rian. Andin tidak berani berbalik menghadap lawan bicaranya.
Rian melihat tubuh seksi istrinya, membangkitkan sesuatu yang sempat tidur tadi. Sesuatu yang pernah di remas oleh wanita yang ada di hadapannya. Rian yang begitu menikmati permainan yang mereka mainkan beberapa jam lalu.
Rian menggelengkan kepalanya mengusir pikiran kotor di otaknya.
“Kenapa ngendap – ngendap seperti maling saja” ujar Rian sambil memperhatikan tubuh langsing sang istri.
“Kamu ini bodoh atau amnesia sih? Kamu pikir aku ini apaan? Boneka? Atau hewan?” Suara Andin meninggi sambil membalikkan tubuhnya menghadap Rian.
"Aku kira kamu tidak terlalu bodoh ya tuan, kamu pasti tahu apa yang menyebabkan aku berjalan begitu pelan?" ujar Andin ketus karena teringat ungkapan cinta Rian kepada wanita lain.
Mata Rian tidak bisa lepas dari pandangan indah yang ada di depannya. Rian fokus dengan wajah cantik kemerahan yang berada di hadapannya. Rian berjalan mendekat kearah Andin mengikis jarak di antara mereka. Kini mata mereka saling mengunci. Rian dengan lembut menyambar bibir ranum milik Andin. Rian merasa begitu ketagihan dengan bibir tersebut. Rian ingin merasakannya terus-terusan.
Andin mendorong tubuh kekar yang ada di hadapannya. Namun usahanya gagal. Andin yang tadinya melawan kini pasrah dengan sikap suaminya. Andin hanya berpikir positif saja karena dirinya sedang menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri.
Ciuman yang lembut kini berubah menjadi ciuman panas. Oksigen yang masuk ke dalam paru-paru kini menipis sehingga terasa sesak. Rian melepas pagutannya dan menyatukan dahinya ke dahi sang istri. Setelah begitu banyak oksigen di hirupnya Rian langsung menggendong Andin ke atas tempat tidur.
Otak gadis cantik itu mulai berkeliaran memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Matanya seolah terhipnotis dengan ketampanan lelaki yang menyandang status suami.
Andin menutup matanya di saat tubuhnya telah di turunkan ke atas kasur.
"apakah adegan panas akan terjadi kembali?" batin Andin.