Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putusnya Hubungan Aleena Dan Angga
Sementara itu disalah satu kamar hotel, Aleena terbaring ditempat tidur dengan gaun yang hampir terbuka dan ditutupi selimut saja. Perlahan dia sadar dan membuka matanya.
"Uuh … apa yang terjadi? Kenapa kepalaku terasa pusing dan berat ya?", gumam Aleena yang berusaha bangun sambil memegangi kepalanya.
"Kamu sudah sadar?".
Aleena berjingkut karena terkejut mendengar suara pria yang baru pertama kali dia dengar.
"Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan disini?", tanya Aleena dengan wajah panik.
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya siapa kamu? Aku sudah memesan kamar hotel ini sebelumnya. Apa kamu bagian dari 'service hotel' ini?".
Pemuda itu bicara dengan sikap yang tenang dan penuh wibawa.
Dahi Aleena mengernyit heran mendengar pertanyaan pemuda dihadapannya.
"Apa maksudnya dengan bagian dari 'service hotel' ini? Kamu pikir aku wanita seperti apa hah! Eh? ".
Aleena tampak kesal saat dia bicara pada pemuda itu. Namun saat dia berusaha berdiri dan mendekati pria itu tiba-tiba kepalanya semakin pusing.
"Apa kamu seorang aktris? Kamu sengaja ingin mendapat perhatianku kan?".
Pemuda itu menggoda Aleena dengan sikap yang tenang dan senyum yang manis.
"Siapa juga yang berusaha menggodamu?". Aleena menanggapi dengan sikap sinis lalu berdiri tegap dihadapan pemuda itu.
"Ngomong-ngomong... Jam berapa sekarang?".
Sambung Aleena setelah melihat pakaian yang masih dia kenakan.
"Sekarang... Jam 9 malam".
"Apa? 9 malam? Berapa lama aku tertidur? Oh! Pestanya? Aah... Papa pasti akan marah padaku".
Aleena mulai panik setelah mendengar jam. Dia pun langsung merapikan gaun dan mengenakan sepatu miliknya sebelum pergi meninggalkan kamar pemuda itu.
"Kamu bilang pesta? Jika yang kamu maksud pesta diballroom hotel ini, itu sudah selesai. Tapi sepertinya masih ada beberapa tamu yang belum pergi".
Pemuda itu menanggapi dengan sikap yang tenang sambil terus memperhatikan Aleena yang kini sedang panik dan bersiap pergi.
"Benarkah?", tanya Aleena lagi memastikan.
"Kamu sangat panik ketika mengenai pesta, tapi apa kamu tidak panik karena berduaan dengan pria asing? Bahkan sampai tidur dikamar hotel bersama pria asing?", ujar pemuda itu lagi menggoda Aleena.
"Pakaianku masih utuh, dan tidak ada perubahan apapun padaku, jadi aku yakin kalau kita tidak melakukan apa-apa. Bahkan ketika aku tidur dihadapanmu, tidak ada sesuatu yang terjadi".
Aleena menanggapi pemuda itu dengan senyum ceria.
Senyum Aleena membuat pemuda itu terlena. Dia terus memperhatikannya tanpa mengalihkan pandangan.
"Aku harus pergi. Terima kasih sudah membiarkanku istirahat dikamarmu. Meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa tidur disini".
Aleena bicara sambil berlari keluar meninggalkan kamar hotel.
"Bagaimana dia bisa bersikap tenang saat situasi seperti ini?", gumam pemuda itu sambil tersenyum menatap bayangan Aleena yang telah keluar dari kamarnya.
...****************...
Diballroom hotel.
Sebagian tamu sudah mulai pergi dari tempat acara pesta. Masih ada beberapa tamu yang tersisa disana.
"Terima kasih sudah menyempatkan diri datang kemari".
Ayah Angga masih menanggapi tamu-tamu yang hendak pergi dari hotel sambil berjabat tangan dengan mereka.
Hah hah hah
Aleena terlihat terengah-engah setelah berlari sambil mengangkat bagian bawah gaunnya. Dia langsung mendekati keluarganya dan keluarga Angga yang sedang berkumpul bersama.
"Maaf, aku melewatkan pestanya. Bagaimana dengan pengumuman… "
Plak!
"Darimana saja kamu?! Bisa-bisanya kamu pergi meninggalkan pesta begitu saja!".
Belum selesai Aleena bicara, tamparan sang ayah sudah mendarat tepat dipipi sebelah kanannya hingga pipi Aleena yang sebelumnya putih kini terlihat memerah.
"Itu Pah. Tadi aku tidak sadar… "
Aleena hendak menjelaskan kepada sang ayah dengan kepala yang masih tertunduk karena takut. Pipinya masih terasa panas, namun Aleena menahannya.
"Tidak sadar apa?! Tidak sadar masuk ke kamar hotel bersama seorang pria! Iya?!".
Lagi-lagi ucapan Aleena dipotong sebelum selesai, namun kali ini bukan oleh sang ayah, melainkan oleh ibunya.
Mendengar kata-kata sang ibu, sontak membuat Aleena mengangkat kepala dan kembali ingin menjelaskan.
"Tidak, Mah. Aku tidak pergi bersama dengan pria. Tadi aku …".
"Aleen, tadi aku menunggumu lebih dari satu jam. Lalu aku mencarimu diantara kerumunan tamu pesta dan berkeliling hotel ini seperti orang gila. Tapi pada akhirnya bukan kamu yang aku temukan, melainkan kenyataan kalau kamu mempermainkan aku dibelakangku", ujar Angga yang mulai bicara dengan sikap yang dingin pada Aleena.
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah mempermainkanmu".
Aleena bertanya dengan raut wajah yang terlihat bingung.
"Lihat ini! Kamu bilang tidak mempermainkanku?!".
Angga menunjukkan pada Aleena rekaman CCTV yang ada pada ponselnya.
Mata Aleena terbelalak melihat rekaman itu. Dia menggelengkan kepala sambil berusaha menjelaskan.
"Itu tidak seperti yang kamu lihat. Aku memang dibawa masuk ke kamar hotel, tapi saat itu aku sedang tidak sadar dan aku tidak kenal dengan laki-laki itu. Angga, percayalah padaku!".
"Kak Aleen, bagaimana bisa Kakak tidak sadar, sedangkan Kakak hanya minum jus saja dan bukan alkohol?".
Diana pun ikut bicara dan menyudutkan Aleen untuk mendapatkan perhatian semua orang.
"Memang aku tidak minum alkohol, tapi sepertinya ada yang mencampurkan sesuatu dalam minumanku".
Aleena berusaha keras menjelaskan apa yang terjadi padanya.
"Kita minum jenis minuman yang sama. Bahkan kita ada disana saat menerima minuman dari pelayan, bagaimana bisa kamu bilang ada seseorang yang mencampurkan sesuatu?".
"Angga, aku tidak berbohong. Saat aku ke toilet tiba-tiba kepalaku pusing dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi setelah itu!".
"Berhentilah membuat alasan! Mana mungkin kamu tidak tahu, sedangkan disini terlihat jelas kalau kamu bermesraan dengan pria lain!".
"Angga, aku tidak seperti itu! Tolong percaya padaku! Pah, Mah, Om, Tante!".
Aleena mulai putus asa menjelaskannya karena tidak ada satupun yang percaya padanya. Dia menatap semua orang agar mau percaya.
"Aleen, mulai sekarang … hubungan kita berakhir sampai disini".
Aleen terdiam sesaat karena terkejut mendengar ucapan Angga.
"Ga, kamu bercanda kan? Ini hanya salah paham saja. Aku tidak melakukan hal yang kamu katakan. Tolong percaya padaku! Apalagi kita akan mengumumkan pertunangan kita".
Mata Aleena mulai berkaca-kaca saat menatap Angga dan meminta kepastian darinya.
"Pertunangan kita tidak akan pernah terjadi, karena aku sudah mengumumkan akan bertunangan dengan Diana".
Lagi-lagi Aleena terkejut. Dia mematung mendengar ucapan Angga. Tangannya yang memegang Angga perlahan mulai terkulai lemas dengan tatapan mata yang kosong dan air mata yang mulai mengalir dipipinya.
"Apa? Bagaimana bisa? Kenapa kamu melakukan itu?".
Suara Aleena terdengar sedih. Ada banyak kepahitan dan rasa kecewa dalam nada bicaranya hingga siapapun yang mendengarnya pasti ikut merasa sakit.
"Aleen, jangan malah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kamu perbuat sendiri! Jika kamu tidak melakukan sesuatu yang memalukan, maka ini tidak akan terjadi. Aku malu karena sudah menjadi ayahmu, jadi hentikan omong kosongmu sekarang juga!".
Pak Bastian terlihat sangat marah pada Aleena. Bahkan dia tidak menahan diri meskipun berada didepan banyak orang.