“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Sebuah Pesan Penting
Beberapa saat sebelum Alvin tiba …
Hardy membuka lakban di mulut Tiara, Hardy menyeringai tanda ia merasa puas dengan apa yang telah terjadi saat ini. Tiara terus menjerit, marah, dan memaki-maki Hardy dengan sekuat tenaganya.
“Apa maumu, ha? Kenapa kau terus menggangguku?”
“Aku mau kau kembali!”
“Aku sudah menikah!”
“Tiara, jangan berbohong. Kau hanya menikah dengannya karena sebuah perjanjian, ‘kan? Aku sudah mengetahui hal ini, sejak pertemuan kita malam itu. Lepaskan saja dia, dan kita bisa kembali. Aku pun akan melepaskan semuanya, karena hidupku hanya untukmu!”
“Tak mau! Aku sudah berjanji padanya,”
“Bagaimana nanti jika dia yang membuangmu? Bukankah itu akan sangat menyakitkan, Ti?”
“Hardy, aku tak bisa kembali padamu. Tolong jangan usik kehidupanmu. Mau aku a, aku b, aku c, tak ada urusannya denganmu!” Tiara berusaha melawan.
“Ti, karena kehilanganmu saat itu, karena kelemahanku juga, aku jadi tak bisa memilikimu lagi. Untuk sekarang, aku sudah belajar dari masa lalu. Jika aku ingin mendapatkan sesuatu, aku harus berjuang keras se-effort mungkin! Makanya, kali ini aku akan berusaha sekuat tenaga, untuk membuatmu kembali padaku! Bagaimana pun caranya, aku tak peduli!”
“Hardy, jangan egois! Aku tak ingin denganmu!”
“Tiara, jangan katakan hal gila seperti ini. Dulu aku terlalu lemah, dan tidak bisa memperjuangkanmu. Kali ini aku tak mau gagal lagi. Akan kukembalikan semua pada tempat asalnya.”
“Aku sudah tak memiliki perasaan apapun padamu! Waktu telah berlalu, kau harus menerima kenyataan, Hardy! Biarkan aku dengan jalanku, kau tak usah ikut campur!”
“Aku akan mencampuri semua urusanmu mulai dari sekarang. Jika kau menolak, aku bisa lebih gila lagi. Tubuhmu, sekarang milikku, aku bisa melakukan apapun pada tubuhmu, jika kau menolak keras permintaanku. Ah, aku jadi penasaran, pernikahan sandiwara itu, apakah Alvin sudah menidurimu? Apakah kau telah berhubungan dengannya? Aku jadi penasaran, ingin membuktikan semuanya …” Hardy terkesan begitu mengancam Tiara.
“Kurang ajar! Jangan berani menyentuhku! Jangan berani berbuat hal yang tidak wajar! Atau aku akan membencimu selamanya!”
“Aku tak peduli akan ucapanmu. Jika kau hamil anakku, tak ada alasan untuk kau membenciku, bukan?” Hardy cengengesan, ia merasa puas telah beradu kata dengan Tiara.
“Hardy, lepaskan aku!” Tiara menitikkan air matanya.
“Tidak, kali ini tak akan kulepaskan. Tiara, kau lihat ini apa?” Hardy mengeluarkan sebuah pistol dari celana belakangnya.
Tiara kaget, apa-apaan ini? Kenapa Hardy jadi seperti orang jahat? Kenapa harus ada pistol? Apa yang akan ia lakukan?
“Hardy, apa maksudmu? Jangan macam-macam!” Tiara ketakutan.
“Aku memiliki senjata tajam ini, dan belum pernah sama sekali aku gunakan. Tiara, jika kau memaksa ingin pergi, maka peluru dari senjata ini, akan menancap di dada Alvin!”
“Kenapa harus seperti ini, sih?”
“Aku bisa menghancurkan perusahaannya, dengan membeberkan bukti pernikahan rekayasa kalian. Tapi aku tak bisa menghentikannya, jika bersikeras menginginkanmu. Maka karena itulah, kau yang harus berkata pada Alvin, jika kau ingin mengakhiri semua. Tiara, menurutlah, kembalilah seperti dahulu, ke tempat di mana seharusnya kau berada.”
“Aku tak pernah tahu, jika kau adalah orang yang mengerikan seperti ini, Hardy. Hardy yang dulu menikahiku, adalah pria sederhana yang tak memiliki kekuasaan seperti ini. Kebohonganmu saja sudah tak bisa dimaafkan! Kenapa kau harus memaksa seperti ini?” Tiara geleng-geleng kepala saking muaknya.
“Aku hanya takut, kau dan dia saling jatuh cinta! Aku tak mau, kau bahagia dengan orang lain! Aku hanya ingin kau kembali padaku, Tiara! Itu saja! Jangan banyak bicara lagi, atau haruskah aku lenyapkan kau! Agar tak ada satupun yang bisa memilikimu termasuk aku?”
Hardy mulai nekad, ia mendekatkan pistol kearah Tiara. Hardy sengaja mengancam Tiara, agar Tiara takut dan takluk padanya. Tiara refleks memejamkan mata, jantungnya berdebar tak karu-karuan, saking takutnya dengan ancaman Hardy.
“Jika kau mau dirimu dan Alvin selamat, ikuti semua perkataanku. Kau harus melepaskan perjanjian kontrak sialan itu! Akan kubuat kau bahagia bersamaku. Tapi, jika kau berani menolakku lagi, aku tak akan segan-segan menghancurkan Alvin, dan semuanya. Tiara, mengertilah, aku sudah lelah. Aku hanya ingin kau, aku hanya ingin kau kembali Tiara. Maka, menurutlah padaku …”
Tiara sadar, jika ia harus mengikuti apa yang diperintahkan oleh Hardy. Jika tidak, maka Hardy pasti akan menggila. Tiara hanya berdoa, agar Alvin mengerti, dan bisa mencari cara, untuk menyelesaikan semua ini.
.
.
Beberapa hari kemudian ….
Akhirnya, kala itu Alvin terpaksa pergi meninggalkan Tiara dan Hardy. Doni terus bersikeras untuk Alvin berhenti, dan mengalah saja kali ini. Doni sudah memiliki rencana besar, karena kali ini, Hardy sudah menunjukkan taringnya.
“Kenapa kau harus menahanku? Kenapa kau membiarkan dia bersama si badjingan itu? Kau tahu, apa yang akan dia lakukan pada Tiara, ha?”
“Tuan, kurasa dia akan nekad, jika kau nekad juga. Nona Tiara memaksa kau pergi, karena dia tak mau kau kenapa-napa. Dia pasti mengetahui sesuatu. Kita cari jalan lain, untuk masalah ini. Kau tak bisa begitu saja merebut Nona Tiara dari genggaman Tuan Hardy. Kita cari jalan pintas, aku akan melakukan cara terbaik, agar dia jera.”
“Tapi dia bersama si badjingan itu! Aku takut, Tiara diperlakukan seenaknya dan dimanfaatkan olehnya! Kini aku sadar, jika aku tak mau kehilangan wanita bodoh itu! Hatiku sakit, ketika dia jauh dariku seperti ini!”
“Aku akan bergerak cepat. Tim kita sedang mencari dan melacak semuanya. Kita akan menghancurkan dia saat dia lengah, Tuan.”
“Bisakah kau bergerak cepat? Aku tak mau menunggu lama!” tukas Alvin.
“Secepatnya, Tuan. Akan kuusahakan.”
Alvin tak tenang, perasaannya hancur berkeping-keping. Namun ia harus mengikuti apa yang sekretaris Doni katakan. Alvin harus bermain pintar, untuk menghadapi orang seperti Hardy, yang ternyata diam-diam menghanyutkan.
Saat Alvin tengah melamun sendirian, tiba-tiba ponsel Tiara berbunyi, ada sebuah pesan masuk muncul di layar utamanya. Alvin refleks mengambil ponsel itu, lalu membuka isi pesan dari nomor tak dikenal.
“Hai, Mas Alvin, semoga ketika pesan ini tiba, kau langsung membacanya. Ini aku, Tiara. Maafkan aku, jika ucapanku membuat hatimu sakit. Tapi aku juga tak ingin Hardy melakukan sesuatu yang tidak-tidak padamu. Kumohon, tolong aku, bantu aku lepas dari Hardy. Hardy telah menceraikan istrinya, dan sebentar lagi dia akan menikahiku. Dia melepaskan semuanya demi aku. Harta, tahta, jabatan, dan keluarganya pun akan ia tinggalkan. Tapi aku tak mau hidup dengannya. Aku takut. Tuan, bantu aku. Kumohon …, Hardy melakukan penggelapan uang yang jumlahnya tak sedikit. Dia akan membawaku kabur ke luar negeri. Tolong segera kumpulkan bukti, penjarakan dia, Tuan! Agar dia tak bisa membawaku pergi! Aku kirimkan beberapa file, yang bisa menguatkan bukti, agar kau bisa mengusut kasusnya. Jangan balas pesan ini, aku takut ketahuan jika kau membalasnya. Ini ponsel milik ART-nya. Semoga kau mau mendengarku, Mas … ”
Alvin kaget bukan main membaca pesan dari Tiara. Kini, Alvin tahu apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Tiara. Doni pun telah membacanya, dan mereka bersiap, akan melakukan sesuatu, demi menyelamatkan Tiara.
“Tuan, kita lakukan yang terbaik. Sepertinya, Nona Tiara mencintaimu, dia sangat membutuhkan pertolonganmu. Terbukti ‘kan? Ucapannya kala itu, dia hanya ingin menyelamatkanmu, bukan berarti dia ingin pisah denganmu!”
“Baru kali ini, aku ingin memperjuangkan wanita, yang sama sekali tak ada dihatiku. Karena semua ini, kurasa dia bisa menggeser posisi Livia. Ayo, kita ke ruang IT, kumpulkan semua bukti, dan jebloskan si brengsek itu ke tahanan seumur hidup, atau bisa perlu, hukum mati sekalian!”
“Tentu saja, aku akan mendukungmu, Tuan.”