Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Ini Mimpi Buruk.
Trisya dan Devan yang berada di salah satu ruang istirahat yang tertutup yang disediakan di dekat lokasi pernikahan. Ternyata pernikahan mereka ditunda sebentar dengan alasan yang diberikan Devan. Devan membawa Trisya untuk berbicara sebentar.
"Kamu kenapa tidak mengatakan kepadaku jika kamu cucu dari tuan Haryanto?" tanya Devan seperti orang gila yang frustasi mondar-mandir seperti setrikaan dengan keringat dingin dan sementara Trisya hanya duduk santai di atas kursi.
"Kamu sama sekali tidak pernah memberiku kesempatan untuk berbicara. Jadi kapan aku bisa melakukannya," jawab Trisya santai.
"Kamu karyawan baru di perusahaan Royale. Jika kamu cucu dari tuan Haryanto seorang pimpinan perusahaan Royale dan seharusnya kamu memiliki jabatan dan bahkan lebih tinggi di atasku. Bukan menjadi karyawan baru. Jadi aku mana punya pikiran jika kamu adalah cucunya," tegas Devan.
"Kau sendiri tau bagaimana Kakek. Kau lihat saja bagaimana Rangga. Keluarga kamu dan Perusahaan memiliki peraturan. Kami harus memulai dari bawah dulu dan tidak bisa langsung mendapatkan posisi yang tinggi. Walau kami keturunan dari Haryanto. Jadi itu sebabnya aku menjadi karyawan biasa," jelas Trisya.
"Saat aku mendekatimu. Seharusnya kau mengatakannya tegas Devan!"
"Aku tidak diizinkan untuk mengungkapkan identitasku dan lagi pula tidak ada yang bertanya padaku," sahut Trisya dengan santai.
"Astaga!" Devan semakin frustasi dengan mengusap kasar wajahnya sampai ke rambutnya.
"Trisya kita akan menikah, kau tahu bahwa aku sudah melamarmu dan seharusnya sekecil apapun rahasia yang kau miliki. Harus kau ungkapkan. Bukan malah diam saja dan ini sama saja penipuan!" tegas Devan.
"Bukankah aku sudah mengatakan. Jika kau tidak memberiku kesempatan untuk berbicara. Aku sama sekali tidak menipumu dan aku juga ingin mengungkapkan siapa diriku sebenarnya sebelum kita menikah.Tetapi kamu terus saja berbicara dan apa yang bisa aku lakukan," sahut Trisya dengan santai yang mengangkat kedua bahunya.
"Sial!" Devan semakin gila yang sudah mengacak rambutnya. Dia terlihat bukan calon pengantin lagi.
Apa yang di katakan Trisya benar. Semua terjadi karena kesalahan Devan. Dia terlalu banyak mempromosikan diri kepada Trisya, sampai tidak mencari tahu seluk beluk bagaimana calon istrinya itu.
Trisya sama sekali tidak menipu dan Devan juga sangat mengetahui bagaimana struktur kedisiplinan dari Haryanto, mengenai orang-orang yang bekerja di Perusahaan Royale. Devan mengetahui bagaimana proses Rangga dan sampai Rangga diakui sebagai cucu pemilik perusahaan.
Jadi sama halnya yang terjadi pada Trisya saat ini yang memang tidak akan mungkin diakui sebelum berhasil mendapatkan jabatan yang layak.
"Bagaimana ini!" gumamnya bingung.
"Apa yang bagaimana? Kakek merestui pernikahan kita dan tidak ada yang salah atau tidak akan ada yang berubah," sahut Trisya.
Trisya benar. Haryanto yang memang mengetahui calon suami Trisya dan tidak dipermasalahkan Hariyanto. Untung saja Devan memang memiliki prestasi yang sangat banyak di Perusahaan yang mungkin tidak menghalangi Devan akan menjadi bagian dari keluarga kolong merat itu.
Tetapi Devan yang mungkin tidak percaya dengan apa yang dia hadapi dan bagaimana tidak membuat dia semakin frustasi. Dia menganggap wanita yang sangat percaya diri sekali ingin dia nikahi ternyata anak dari pimpinan dan selama ini dia menganggap bahwa Trisya orang miskin yang masih ingin merintis.
"Tidak Trisya. Kita tidak bisa menikah. Ini tidak bisa dilanjutkan," ucap Devan tiba-tiba yang membuat Trisya kaget dengan dahi mengkerut.
"Apa maksud mu?" tanya Trisya.
"Ya, karena kamu tidak akan membutuhkanku. Keluargamu bisa menghidupi mu dan bahkan dengan penuh kemewahan dan untuk apa kita menikah. Kamu tidak akan butuh uangku lagi," ucap Devan yang tidak percaya diri sekarang.
Mental Devan saat ini benar-benar menciut yang lebih baik mundur daripada melanjutkan yang dia tidak tahu bagaimana akan ke depannya.
"Memangnya aku menikah denganmu karena uang. Aku sejak awal tidak pernah menginginkan apa-apa darimu dan aku menerima lamaranmu karena aku bisa melihat kamu tulus kepadaku dan justru karena kamu melihatku sebagai wanita biasa dan kamu mau bersamaku," sahut Trisya.
"Tapi tetap saja ini sangat aneh," ucap Devan yang memijat kepalanya.
"Devan kamu sudah menyiapkan pernikahan ini dan keluargaku sudah jauh-jauh datang kemari. Kamu jangan mempermalukan diri kamu sendiri dan juga keluarga kamu di depan orang ramai dan terlebih lagi jangan mempermalukan keluargaku!" tegas Trisya.
"Kamu juga harus memikirkan diri kamu, bagaimana mungkin kamu membatalkan pernikahan ini dan apa yang akan dikatakan Kakek. Kamu mau mendapatkan masalah di perusahaan?" tanya Trisya dengan mengingatkan Devan.
"Ya. aku mana tahu kalau kamu adalah cucu pimpinan," sahut Devan dengan suara menekan dengan pergerakan tangan.
"Itu karena kamu tidak bertanya kepadaku. Jadi kamu jangan menyalahkanku atau menuduhku menipu. Untuk apa aku menipu dan melakukan semua ini. Aku sudah mengatakan menerima lamaranmu karena aku bisa melihat kamu tulis kepadaku dan tidak memandang diriku seperti apapun," sahut Trisya dengan menegaskan.
Devan hanya bisa menghela nafas berat. Dia sudah tidak tahu lagi harus berkata apa. Mungkin ada jalan yang terbaik atau bagaimana. Devan hanya penuh kebingungan. Apakah akan melanjutkan pernikahan itu atau tidak.
"Kamu jangan mencari permasalahan dan jangan membuat kekacauan di hari pernikahan ini. Kamu yang memulai semua ini dan kamu yang harus mengakhirinya," ucap Trisya dengan tegas.
***
Ternyata Devan dan Trisya tetap melanjutkan pernikahan itu karena Devan tidak punya pilihan. Walau dia tidak tahu bagaimana menikah dengan seorang cucu dari pimpinan perusahaan tempat dia bekerja.
Acara ijab kabul yang berjalan dengan lancar dengan kedua pasangan itu dan juga para tamu undangan yang sekarang berdoa. Devan sampai detik ini masih keringat dingin dan mulutnya bungkam yang tidak pamer lagi.
Akhirnya doa selesai dengan Trisya dan Devan saling berhadapan. Mereka berdua sama-sama bertukar cincin.
"Astaga cincin yang aku belikan mungkin jauh lebih mahal dengan harga pita rambutnya," batin Devan
Trisya yang mencium punggung tangan suaminya dan Devan juga mencium lembut kening Trisya.
"Kalian berdua sudah sah menjadi pasangan suami istri. Semoga pernikahan kalian langgeng dan dikaruniai anak-anak yang tampan dan cantik-cantik," ucapan penghulu memberikan nasehat singkat. Devan dan Trisya menganggukkan kepala.
Tetap saja eksperesi wajah Devan yang tampak tidak semangat dan tidak ada bahagia-bahagianya sama sekali dan mungkin Trisya sekarang jauh lebih lega dengan Devan yang mengetahui siapa dirinya dan dengan begitu dia tidak akan pernah lagi mendengar ocehan Devan tentang membanggakan dirinya.
Di sisi lain Trisya juga sangat bahagia karena pernikahan ini adalah jalan menuju dia menjadi seorang pimpinan.
"Mah ternyata istri Devan bukan orang sembarangan. Dia orang kaya, kalau istilah katanya crazy rich dengan harta yang tidak akan habis sampai 7 turunan," ucap Astri dengan berbisik-bisik dengan ibu Devan.
"Iya. Kamu Devan. Devan mengatakan wanita itu wanita biasa dan sedang bekerja keras untuk keluarganya dan ternyata bukan," sahut ibu Devan.
"Aku sudah menduga sejak awal, masa iya wanita cantik dengan penampilan seperti itu udah berasal dari keluarga sederhana," Mia juga ikut-ikutan.
Keluarga Devan juga kaget saat keluarga Trisya memperkenalkan diri. Mereka mungkin bisa jantungan yang sama-sama masuk rumah sakit masal.
Devan kembali mengusap wajahnya kasar menggunakan kedua tangannya sampai ke rambut.
Bersambung
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi