"kalau udah besar nanti, kamu mau kan jadi istri aku?" tanya davian kecil (7thn) menyerahkan cincin yang ia buat dari akar pohon pada dara
"iya, aku mau" dara kecil (6thn) tersenyum memandangi jari manis nya yang sudah tersemat cincin akar buatan davian
******
"Lo sengaja ya, deketin bokap gue, buat morotin harta nya?" davian (18thn)
"kalo om Rama mau, gue sih gabisa nolak. karena secara gak langsung, om Rama itu penolong hidup gue" dara (17thn)
"ajgg!! gue gak Sudi punya nyokap tiri kayak Lo!" davian (18thn)
.......
start : 21 Des 2024
finish : ???????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BabyZee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keburu pagi
"saya minta maaf, karna udah nyelakain kamu.. Saya akan berusaha memberikan pengobatan terbaik buat kamu, sampai kamu benar-benar sembuh"
Davian menggaruk tengkuk nya, ia canggung dan Bingung, harus bicara apa lagi. Pasal nya, dari awal dia datang hingga setengah jam dirinya disana, perempuan itu hanya diam, tidak mau bicara sama sekali.
'ini orang kaga bisu kan ya?' Batin nya kesal.
"ekhm.. ada yang kamu inginkan? Atau perlukan?" Davian menatap perempuan yang masih duduk anteng di ranjang rumah sakit itu
"tolong, bantu saya ke kamar mandi.." ucap nya pelan
'sekalinya ngomong kaga ngotak jir!' Davian menganga, mana bisa dia menuruti nya
"kalo ngga mau juga gapapa.." ucap nya lagi, setelah lama tidak mendapat respon Davian
"S-saya akan panggilkan suster.." ucap nya sebelum beranjak dari kursi
"percuma, lagi jam istirahat.." Dan akhir nya perempuan itu mau menatap Davian
Deg
'Dia.. Tampan' Rania membatin
"Y-yaudah, saya bantu.." kata Davian pada akhirnya, bukan apa-apa, Davian hanya tidak ingin wanita itu merasa sakit karna menahan buang air, mungkin juga itu alasan kenapa perempuan itu diam saja dari tadi
Davian menaruh kursi roda di samping ranjang, lalu dengan tangan gemetar dia hendak menggendong Rania
ceklek
Davian refleks memundurkan diri saat seseorang membuka pintu ruangan itu
"Biar gue aja.." ntah kenapa dara merasa lega karna datang tepat waktu, setelah sedikit mendengar percakapan mereka dari balik pintu
jika tidak, mungkin davian dan Rania...
Ntah lah..
Davian tersenyum pada dara, seolah telah kedatangan malaikat penolong, dirinya melangkah mendekati gadis itu
"makasih sayang.." bisiknya.
Rania membuang muka saat Davian mencium kening dara singkat, Dasar laki-laki, tidak tau situasi
"ayo, gue bantu ke kursi roda.." Dara tersenyum kikuk saat pandangan nya bertemu dengan Rania
Rania mengangguk singkat sebelum pindah ke kursi roda, di bantu dara dan Davian
"Lo tunggu disini aja ya.." pesan dara pada Davian
"siap, sayang.." Davian memberi hormat pada gadis itu
Dara terkekeh melihat tingkah cowok itu sebelum mendorong kursi roda Rania menuju toilet
Ceklek
"...sorry, kalo gue bikin Lo ga nyaman.." Ucap dara saat merasa tatapan Rania seperti.. Tidak bersahabat, seakan.. Dirinya sudah berbuat salah. Padahal kan, mereka baru berinteraksi hari ini
Rania hanya menggeleng, tidak berkata apapun selama berada di toilet, hanya dara yang mendominasi percakapan
Dirinya hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan, bahkan kadang-kadang hanya diam
seperti.. Malas meladeni dara
Dara menghela nafas, percuma dirinya mencoba mengakrabkan diri, jika lawan bicara nya saja tidak ingin berinteraksi
Ceklek
Davian menoleh saat dara sudah selesai dengan tugas nya, Ia melihat sedikit raut aneh dari dara
seperti.. Menahan kesal, padahal sebelum masuk toilet, Dia biasa saja
"udah?" tanya Davian saat kedua nya sudah mendekat
Dara mengangguk, memberi kode Davian untuk membantu Rania kembali ke ranjang nya
"Lo udah makan?" tanya dara saat Davian kembali duduk di sofa yang ada diruangan itu
"gak sempet yank, sebelum jam istirahat langsung kesini.." Davian merengek seperti anak kecil, tapi.. kenapa dara gemas ya?
Dara terkekeh, merasa lucu sekali cowok itu, lalu menyerahkan satu kotak makanan yang dia beli sebelum berangkat ke rumah sakit
"Ran, Lo juga makan ya?" Dara hendak membuka kan makanan yang dia bawa khusus untuk Rania, tentu saja menu yang berbeda dengan milik nya
karna Rania masih harus menjaga pola makan nya, agar kesehatan nya cepat membaik
"Ga usah, makasih.."
Dara terdiam, saat Rania menolak nya dengan terang-terangan. Melihat itu, Davian tiba-tiba saja merasa kesal
'*apa-apaan sih tuh cewek? gak tau cara ngehargain orang banget*!' Batin nya kesal, Davian menatap tajam perempuan yang sudah kembali berbaring membelakangi dara itu
"udah sayang, biarin aja, gausah di kasi makan, biar mati sekalian!" celetuk nya sarkas, tidak terima wanita yang dicintai nya di abaikan begitu saja
"Davi... Ngomong nya.." Dara tidak menyangka Davian akan bicara sekasar itu
"sini, kita makan bareng, gausah peduliin orang yang gatau diri" lanjut nya menepuk space sofa di samping nya
"Cih !" Rania berdecih saat dara dan Davian makan bersama dengan penuh canda tawa, seolah di ruangan itu hanya ada mereka berdua
ceklek
Dara dan Davian menoleh saat pintu kembali terbuka
"maaf, saya terlambat.. terimakasih kalian sudah menjaga putri saya.." ucap rena sedikit terharu saat melihat kedua nya dengan setia menunggu Rania
"gapapa bu, sudah menjadi kewajiban kami juga.." sahut dara membalas senyuman Rena, tidak ada kepura-puraan, dara memang benar-benar tulus menjaga Rania, meski pun Rania seperti tidak menerima kehadiran nya
"yasudah, kalian gapapa kalau mau pulang, biar saya yang menggantikan.." ucap nya lagi
Dara menoleh pada Davian, lalu pamit setelah mendapat anggukan dari cowok itu
"saya pamit ya Bu.. Kalo ada apa-apa, hubungi saya aja.." pamit dara, sebelum keluar dari ruangan bersama Davian
...
"Gue sebel banget yank, sama tu cewek!" Davian mengeluh saat kedua nya sudah berada di mobil
"kenapa?" sebelah alis dara terangkat, kenapa tiba-tiba Davian merasa begitu
"Gatau, orang nya gatau diri kata gue mah. Tau gitu, gue tabrak aja ampe mati!"
Plak !
"heh!! kalo ngomong jangan sembarangan!" Bentak dara dengan sebelah tangan menggeplak mulut Davian
"sakit yang..." rengek Davian mengusap usap bibir nya
"bodoamat !"
....
"ayah!!!! Bunda!!!" Raffi berlari keluar rumah saat melihat mobil Davian sudah berhenti di depan rumah nya
"halo jagoan ayah!" Seru Davian setelah keluar dari mobil lalu menggendong sang putra
"ayah kenapa baru pulang?" tanya Raffi mengingat sudah 3 hari Davian tidak pulang
"maaf ya, ayah sibuk banget soalnya.. buat gantinya, Ayah beli makan sama mainan banyak buat api.." ujar nya lagi
Raffi mengangguk antusias lalu berpindah pada gendongan ibu nya, karna tidak mungkin dara yang membawa barang sebanyak itu
.......
Pukul 22:30
Dara melihat ke samping, Raffi sudah terlelap beberapa jam yang lalu. Namun, entah kenapa dirinya tidak bisa memejamkan mata
tok tok
Dara menoleh ke arah pintu kamar, mencoba menebak siapa yang mengetuk pintu kamar nya di jam segini
"*Davi ya?" Gumam* nya sebelum turun dari ranjang menuju pintu
ceklek
"kenapa?" tanya dara saat Davian tiba-tiba memeluk nya
tidak ada jawaban, namun Davian semakin mengeratkan pelukan nya, dara mengerti perasaan nya kini, selama ini Davian pura-pura biasa saja, padahal dia hanya menutupi rasa takut nya
Dara membalas pelukan nya, meyakinkan Davian bahwa semua akan baik-baik saja. sesuai dengan yang pernah dia katakan, setiap masalah pasti ada jalan keluar nya
tanpa dirinya tau, jika Davian baru saja mendapat telpon , jika dia diminta untuk datang kerumah sakit
Rena mengatakan, Rania tidak mau makan jika Davian tidak datang kesana
memang, selama 3 hari ini davian yang menyuapi gadis itu makan, karna merasa kasihan, biar bagimana pun Davian juga masih punya hati
namun setelah melihat sikap ketus nya pada dara, membuat respect nya pada perempuan itu hilang
jadi ia memutuskan untuk sedikit mengabaikan Rania, tapi bukan nya berfikir, perempuan itu malah semakin menjadi
"gue pergi dulu ya.." Bisik nya di telinga dara
"kemana?" Dara melepas pelukan nya menatap cowok jangkung itu
"rumah sakit" ucap nya lirih, ada raut tidak rela dari gadis itu.
memang nya tidak bisa besok saja? Kenapa harus selarut ini? Apa jika davian tidak pergi, perempuan itu bisa mati?
Sejuta pertanyaan terlintas di kepala dara, tapi tidak satupun yang terlontar dari bibir nya
"hm, hati-hati.." ucap nya kemudian. Ya memang mau bagaimana lagi? ia tidak mungkin melarang nya, karna dirinya pun ikut berjanji akan bertanggung jawab pada perempuan itu
"Dilarang dong.." Davian merengek kembali memeluk gadis itu
Dara tertawa pelan, aneh sekali Davian ini.
"gue ikut aja apa ya?" tanya dara, menahan senyum nya
"jangan, nanti Raffi sama siapa? papa udah tidur soalnya.." Davian menggeleng, tangan nya mengusap puncak kepala gadis itu
"yaudah sana keburu malem.." ujar nya setelah melepas pelukan mereka
"Emang udah malem sayang..." Davian mencubit pipi dara gemas
"keburu pagi deh.." Dara nyengir, membuat Davian semakin merasa tidak rela untuk meninggalkan nya