"ABANG HATI-HATI!!!" teriak seorang anak kecil menarik tangan Arrazi yang berdiri diatas pagar jembatan. Hingga keduanya terjatuh di alas jembatan yang berbahan beton.
"Aduh!" rintih gadis kecil yang badannya tertindih oleh Arrazi yang ukuran badannya lebih besar dan berat dari badan kecilnya. Laki-laki itu langsung bangun dan membantu si gadis kecil untuk bangun.
Setelah keduanya berdiri, si gadis kecil malah mengomel.
"Jangan berdiri di sana Bang, bahaya! Abang emang mau jatuh ke sungai, terus di makan buaya? Kalo Abang mati gimana? Kasian Mami Papinya Abang, nanti mereka sedih." omel gadis kecil itu dengan khawatir.
Menghiraukan omelan gadis kecil di depannya, Arrazi menjatuhkan pantatnya di atas jembatan, lalu menangis dengan menekukan kedua kaki dan tangannya menutupi wajah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 18 : ULET KEKET
Daniah hanya nyengir mendapat omelan dari Arrazi yang mengomentari dirinya lama di kamar mandi hanya perkara resletingnya yang susah di buka saat dirinya baru keluar kamar mandi. Lalu gantian Arrazi masuk kamar mandi.
"Ngomel mulu, darah tinggi baru tau rasa!" umpat Daniah. Setelah Arrazi menutup pintu kamar mandi.
Lalu Daniah mengeringkan rambutnya , ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Tubuhnya serasa remuk setelah seharian menyalami para tamu. Ia ingin langsung tidur, namun tiba-tiba terngiang di benaknya ucapan Halwa saat tadi sore.
"*Nia, siap-siap ya di unboxing sama Dokter galak malam ini*."
Sekujur tubuh Daniah langsung merinding, ia rasakan juga wajahnya memanas. Aaarrrgggghhhhh! Kenapa Halwa mengatakan hal itu sih? Daniah harus cari cara agar terhindar dari Arrazi malam ini. Bagaimana pun caranya.
Daniah belum siap untuk menyerahkan diri seutuhnya untuk sang suami. Daniah bahkan masih belum menerima kalau Arrazi itu sudah berstatus sebagai suaminya. Daniah tidak ada cinta sama sekali dengan Arrazi.
Mata Daniah berbinar saat tangannya menyentuh bedcover. Ia dapat ide. Daniah langsung berguling dari sisi kanan ranjang sampai sisi kiri, membungkus tubuhnya dengan bedcover. Yang tersisa hanya kepalanya saja yang menyembul seperti ulet.
"Nah aman kalo gini!" serunya senang.
Daniah memejamkan mata.
"Sayang, kamu ngapain kayak gitu?" sontak pertanyaan itu membuat mata Daniah terbuka lebar.
Ia melihat sosok yang baru saja memanggilnya dengan sebutan 'SAYANG' itu berjalan ke arahnya, lalu duduk di sisi kirinya. Kedua tangan laki-laki itu berada di sisi tubuh Daniah, ia mengukung Daniah sambil menatap wajahnya dengan dekat. Ada senyum terukir di bibir Arrazi.
Daniah menelan salivanya, jantungnya jangan di tanya lagi, sudah pasti berdisko di dalam sana.
"Om mau ngapain?" ujar Daniah dengan suara tertahan.
"Kok masih Om sih manggilnya, saya kan suami kamu." protes Arrazi dengan kening yang berkerut tidak suka.
"Lagian kamu ngapain gini sih sayang. Mau menghindari malam pertama kita? Emangnya bisa?" tanya Arrazi dengan seringai di bibirnya, ia menambah jarak kedekatan wajahnya dengan istrinya.
"Apaan sih Om. Jangan dekat-dekat!" omel Daniah, sok berani. Padahal dalam hatinya ia sangat takut. Grogi juga.
"Kamu manggil saya Om lagi, hm? Sepertinya kamu mesti saya beri pelajaran." ujar Arrazi tedengar horor di telinga Daniah.
Mata Daniah membulat saat melihat bibir Arrazi yang mau hendak menciumnya. Mata yang tadinya membulat kini terpejam, seolah menunggu akan apa yang terjadi.
"Daniah. Hei! Daniah bangun!" suara itu di barengi dengan tepukan di pipi Daniah, hingga gadis yang baru saja melepas status lajangnya itu membuka mata.
"Hah..." ucap Daniah pelan. Ia mengangkat pelan wajah laki-laki di depannya sedang memperhatikannya dengan kening berkerut.
Yang tadi itu mimpi?
**Flashback on**
Arrazi baru saja keluar dari kamar mandi dengan badan yang lebih fresh dan wangi. Setelah mengeringkan rambut dengan handuk. Arrazi menoleh ke arah ranjang, di sana ada perempuan yang baru saja ia nikahi sedang tertidur dengan badcover yang melilit membungkus badannya hingga ke leher, hanya bagian kepalanya saja yang menyembul. Mirip ulet keket.
Terukir senyuman tipis di bibir Arrazi melihat kelakuan random sang istri, pasti tujuannya ingin menghindari atau menjaga diri. Padahal Arrazi pun tidak berminat untuk menjamah sesenti pun tubuh istrinya itu untuk malam ini. Ia ingin segera tidur.
Setelah menyimpan handuk bekas mengeringkan rambut. Arrazi merebahkan tubuhnya di ranjang sebelah kiri istrinya, agak berjarak. Sebelum tidur, Arrazi sempat melirik ke arah Daniah yang sudah tertidur pulas. Ia memperhatikan wajah Daniah.
Beberapa detik kemudian badan yang terbungkus badcover itu terlihat menggeliat. Pasti tidak nyaman tidur dengan kondisi seperti itu. Arrazi dengan inisiatif rasa kemanusiaannya membantu Daniah untuk melepaskan badcover yang membungkusnya itu.
Ia beranjak dari rebahan ke posisi duduk, lalu menggeser tubuhnya mendekati Daniah dengan pelan Arrazi melonggarkan bungkusan badcover di tubuh istrinya. Badan Daniah merespon dengan mata yang masih terpejam, Daniah menggulingkan tubuhnya ke arah Arrazi, hingga badcover yang melilit di tubuhnya terlepas.
Arrazi bernafas lega. Kemudian ia kembali pada posisi semula. merebahkan badannya. Saat matanya hendak terpejam. Arrazi merasakan pergerakan dari ranjang, siapa lagi kalau bukan pelakunya bukan Daniah.
Perempuan itu berguling ke arahnya, lalu berakhir nemplok di badan Arrazi. Tangan kiri Daniah memeluk perut Arrazi dan kepalanya mendarat di dada bidangnya. Merasa tidak nyaman dengan posisi seperti itu, Arrazi menepuk pipi Daniah yang berada di atasnya.
**Flashback of**
"Mau sampai kapan natap saya?" suara Arrazi kembali menyadarkan Daniah.
Mendengar hal itu, Daniah mengerjapkan mata. Membangunkan dari lamunannya. Beneran tadi itu mimpi, Arrazi yang hampir menciumnya? Huuufftt.....aman berarti.
Beberapa detik kemudian Daniah berteriak saat menyadari dirinya sedang memeluk tubuh Arrazi, saat meraskan pergerakan dari Arrazi. Daniah bahkan refleks mendorong lalu menendang badan Arrazi hingga terjatuh dari ranjang.
FYI. Daniah memiliki kekuatan di atas rata-rata seorang perempuan, karena ia memiliki keahlian bela diri taekwondo sejak kelas 5 SD.
"Ooouuuhhh!" rintih Arrazi merasakan nyeri di badannya karena terjun bebas dari ranjang akibat dorongan dan tendangan dadakan dari sang istri.
"Om! Om nggak papa?" tanya Daniah yang saat itu langsung turun dari ranjang menghampiri Arrazi yang masih terbaring di lantai.
"Maaf Om, saya nggak sengaja!" ujar Daniah, ia hendak membantu Arrazi, namun laki-laki itu menolaknya dengan menepis tangan Daniah yang mendarat di bahunya untuk membantunya bangun.
Arrazi berdiri dengan tangan memegang pinggang yang terasa nyut-nyutan. Lalu ia duduk di tepi ranjang.
"Maafin saya Om. Saya beneran nggak sengaja." cicit Daniah merasa bersalah.
"Ck! Kuat juga ya tenaga kamu." sindir Arrazi.
"Maaf. Lagian ngapain sih pake dekat-dekat saya segala. Mana peluk-peluk lagi. Saya kan kagetan orangnya." ujar Daniah malah mengomel dan membalikkan fakta.
"Heiii bocah! Ada juga saya yang ngomel saka kamu! Kasur ini luas, tapi kamu menguasainya, saya cuma kebagian di pinggiran. Kamu yang dekat-dekat sama saya. Kamy juga yang peluk-peluk saya!" Arrazi balik mengomel.
Daniah terdiam, sepertinya benar yang di katakan Arrazi, kalau Daniah yang menguasai kasur mengingat dirinya yang tadinya ada di kanan ranjang, saat bangun malah berada di kiri, mepet dengan Arrazi dan Daniah memeluknya.
Sepertinya Daniah ingat kalau dirinya sebelum tidur terbungkus dengan badcover, badcover itu terlepas dan masih berada di ranjang bagian kanan.
"Maaf." cicit Daniah sambil memainkan ujung piyama yang di kenakannya.
"Ck! Maaf kamu tidak menyembuhkan sakit yang saya rasakan!" ketus Arrazi.
"Ya udah sini saya bantu pijit. Mana yang sakit?" tanya Daniah, lalu mengulurkan tangannya menuju badan Arrazi.
FYI again. Meskipun badannya kecil, mungil, namun otot Daniah sangat kuat. Ia pun bisa memijat. Ilmu pijat ia dapatkan sejak kecil saat dirinya di kampung halaman Kakeknya. Kakek sering sekali meminta Daniah untuk memijatnya.
Dan di rumah pun, Papinya sering minta tolong kepada Daniah untuk memijatnya. Katanya pijatan Daniah sangat pol! Lalu Daniah di beri upah paling sedikit 20 Rb oleh Papinya.
Melihat tangan Daniah yang terulur ke arahnya, Arrazi langsung menepis tangan itu.
"Tidak perlu, saya tidak mau badan saya di sentuh sama kamu!" ketus Arrazi.
Daniah memutar matanya jengah. Ada juga yang bicara seperti itu perempuan terhadap laki-laki yang jahil ingin menyentuhnya. Lah, sedangkan saat ini Daniah berbik hati untuk memijat badan Arrazi yang sakit di sebabkan olehnya.
"Elah Om....Om....lagian siapa juga yang mau nyentuh-nyentuh situ. Saya mau mijit, ngurutin badannya Om, anggap aja sebagai permintaan maaf saya."
"Tidak perlu." ujar Arrazi dengan dingin.
"Nggak usah gengsi! Sini saya pijitin biar nggak sengklek badannya nanti." paksa Daniah, ia meraih tangan Arrazi, namun Arrazi menarik kembali tangannya dari tangan Daniah. Tak mau ngalah, Daniah menarik kembali tangan Arrazi dengan kuat.
Sekuat-katnya Daniah, namun kekuatannya tidak bisa mengalahkan kekuatan laki-laki yang hobi nge-gym itu.
"Sebentar aja sini saya pijitin, nggak bakalan sakit....Aaaa hmmmppphhtt!"
Tangan Daniah malah tertarik oleh Arrazi, kakinya pun tak sengaja tersandung dengan kaki Arrazi dan akhirnya badan mungilnya meluncur bebas menindih badan Arrazi yang kehilangan keseimbangan, badan laki-laki itu bersandar di empuknya ranjang.
Bukan hanya badan mungil Daniah yang mendarat di atas badan Arrazi, bibirnya pun mendarat di bibir suaminya. Dua pasang mata itu saling menatap.
"AAAAAAA!" teriak keduanya setelah beberapa detik baru menyadari posisi yang begitu awkward. Masing-masing langsung beranjak menjauhkan diri.
"First kiss gue!" gumam Daniah sambil menyentuh bibirnya.
***
Setelah kejadian itu, Daniah memilih untuk melanjutkan tidur di sofa. Ia tidak mau kedua kalinya tidur berdekatan dengan Arrazi dan berakhir seperti tadi. Bagaimana dengan Arrazi? Ia acuh dengan pilihan istrinya itu. Terserah Daniah mau tidur dimana.
Yang sekarang ia rasakan adalah sakit di bagian punggung dan bahu akibat dorongan kuat istrinya itu. Arrazi pun sudah sangat mengantuk ingin tidur. Kedua insan yang sudah berstatus sebagai suami istri itu kembali tertidur di tempat berbeda.
Jam menunjukkan pukul 9 pagi, Daniah maupun Arrazi belum ada yang membuka mata sama sekali. Mereka masih menikmati tidurnya. Hingga suara HP berbunyi, terdengar di telinga Arrazi. Ia tidak membuka mata, hanya tangannya saja yang bergerak untuk mengambil HP yang berada di atas nakas, samping ranjang.
"Zi, lo nggak streamingan semalam? Padahal gue udah nungguin. Hahaha." suara itu sontak membuat mata Arrazi terbuka lebar. Siapa lagi kalau pelakunya bukan Dhafir.
"Fir, gue robek mulut lo ya!" ancam Arrazi dengan suara berat, khas orang bangun tidur. Dhafir malah tertawa mendengar ancaman Abang sepupunya.
"Zi, semua kado wedding lo sama Nia udah gue simpen di apartemen lo ya. Sama amplopnya juga ada di tas warna coklat."
"Lo sekarang lagi di apartemen gue?"
"Iyeee, kurang baik apa lagi coba gue sama lo. Ntar kalo gue nikah pokoknya lo harus ngelakuin apa yang gue lakuin sekarang."
"Gue minta lo ngelakuin itu?"
"Ya nggak sih. Tapi sebagai Adek sepupu yang baik......"
"Baik kalo ada maunya." sindir Arrazi sudah hafal sekali dengan kelakuan dan motif Adik sepupunya itu.
"Kali ini nggak. Gue tulus Zi. Sumpah, suer. Gue cuma mau....."
PIP!
Arrazi langsung mematikan sambungan sepihak. Mengabaikan yang menelpon, sudah pasti Dhafir di sana sedang memakinya karena mematikan sambungan telepon. Beberapa detik kemudian ada notifikasi dari Dhafir.
**Dhafir** : Anak durhaka emang, nggak ada rasa terimakasih-terimakasih nya!
Arrazi mengabaikan chat itu, kini ia memilih untuk ke kamar mandi, membersihkan diri. Badannya pun terasa masih sakit dan pegal-pegal. Saat Arrazi sudah berdiri, netranya menangkap sosok perempuan yang sudah sah menjadi istrinya masih tertidur di sofa.
Arrazi memperhatikan waja Daniah yang begitu tenang dari tempatnya. Mata Arrazi tiba-tiba membulat, kakinya reflek berlari ke arah Daniah dan tanganya langsung menahan badan Daniah yang hampir terjatuh dari sofa, karen gerakan perempuan itu.
Beberapa detik kemudian, punggung Arrazi kembali meluncur bebas ke lantai dan badannya tertimpa badan Daniah, karena gerakan tubuh Daniah kaget mendapati Arrazi yang begitu dekat dengan dirinya dan tangan Arrazi yang menempel di punggungnya, seolah sedang memeluknya. Arrazi yang kurang seimbang akhirnya mereka terjatuh.
"Om mau ngapain hah? Senang banget dekat-dekat sama meluk-meluk saya! Genit banget jadi orang!" omel Daniah saat dirinya sudah berhasil berdiri dan menjauh dari Arrazi.
Meski badannya bertambah sakit, Arrazi menguatkan diri untuk bangun.
"Heii! Harusnya kamu bersyukur sudah saya tolong. Kalau tidak badan kamu yang kecil dan rapuh itu akan hancur membentur lantai." ujar Arrazi dengan kesal.
Akh, bisa-bisanya masih pagi begini dirinya sudah di buat emosi oleh istrinya. Bukannya berterima kasih, dia malah menuduh Arrazi yang tidak-tidak. Kalau tahu akhirnya seperti ini, lebih baik Arrazi abaikan saja Daniah jatuh dari sofa itu.
"Sembarang kalo ngomong. Meskipun saya cewek. Saya nggak serapuh yang anda pikirkan, Om!" ujar Daniah denga ketus, ia tidak terima bila tubuh menjadi bahan body shaming oleh Arrazi.
Arrazi acuh. Karena saat ini fokusnya kepada punggung dan bahunya yang terasa kembali nyut-nyutan, bahkan lebih parah. Arrazi memilih untuk pergi dari hadapan perempuan yang sudah membuat badannya sakit dua kali, lalu ia masuk kamar mandi sesuai tujuan awalnya.
Daniah kembali duduk di sofa sambil menggerutu akan sikap Arrazi, ia mengambil HP yang ada di atas nakas samping kanan sofa. Saat menyalakan layar yang mati, ia langsung mendapatkan banyak sekali notifikasi chat dari teman, kerabat, keluarga yang mengucapkan selamat atas pernikahannya dan banyak doa kebaikan untuk dirinya dan Arrazi sebagai pasangan suami istri.
Daniah tersenyum kecut sambil membaca chat itu. Pasalnya Daniah pun tidak tahu bagaimana kedepannya hubungan antara dirinya dengan Arrazi yang berlandaskan perjodohan itu. Baik Daniah maupun Arrazi belum menerima pernikahan ini.
Daniah agak pesimis untuk bisa menjadi pawangnya Arrazi yang garang itu. Senyum kecut Daniah berganti menjadi kekehan saat ia membuka chat dari Eliza.
**Eliza** : Nia, demi keberlangsungan hidup lo supaya aman, damai, sentosa, please lo jangan nekat dan jangan ngikutin jiwa psikopat lo ya Nia! Lo yang di sana sama Dokter galak itu, ngapa gue yang ketar-ketir ya? Nia, aman kan?
Chat dari Eliza yang di kirim 30 menit yang lalu. Daniah tersenyum miring.
**Daniah** : Untuk saat ini masih aman. Nggak tau nanti.
Setelah Daniah mengirimkan balasan chatnya, Eliza langsung menelpon.
"*Nia, lo masih hidup*?"
"Apaan sih? Nanyanya kek gitu."
"*Ahh, syukurlah......eh Nia, sumpah gue nggak berhenti mikirin kalian. Dia baik-baik aja kan? Lo nggak ngapa-ngapain dia kan? Dia juga masih hidup kan*?"
Eliza mencecar banyak pertanyaan. Namun yang membuat kening Daniah mengerut adalah Eliza menyebut orang ketiga di pertanyaannya.
"Siapa yang lo maksud dia?"
"*Suami lo lah. Siapa lagi*?"
"Kok lo malah nanyain dia sih? Yang ada lo harusnya nanyain gue bukan dia!" protes Daniah.
"*Tadi udah gue tanya elo Nia. Dan gue nggak yakin lo aman, buktinya lo bisa nerima telepon dari gue. Justru yang nggak aman itu dia, soalnya tinggal bareng psikopat kek lo*."
"Asem lo El!" umpat Daniah, namun di balas kekehan oleh Eliza.
"*Canda sayang. Gue percaya kok, hati lo lembut kek pantat bayi. Nggak akan nekat ngelakuin hal di luar nurul dan fikri*."
Kening Daniah mengerut.
"Mereka udah nikah El?"
"*Hah? Siapa*?"
"Nurul sama fikri?" tanya Daniah dengan polos, ia masih belum connect, maksud dari anam kedua orang itu yang saat ini sedang viral di plesetkan oleh netizen.
Yang di ingat Daniah dari Nurul dan Fikri adalah teman masa SMA yang merupakan sepasang kekasih.
"*Ahahaha! Ngapa jadi lemot gini temen gue habis malam pertama." ceplos Elza. Daniah menjengahkan mata. Mana ada malam pertama* .
"Ish masih bocah juga, mulutnya ya....udah ah, gue banyak urusan. Bye." ujar Daniah langsung mematikan sambungan telepon sepihak, saat dirinya mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, menampakkan seorang laki-laki yang keluar dengan berbalut handuk yang menutupi dari pinggang hingga atas lutut, membiarkan perut kotaknya terekspos.
Melihat itu, Daniah menelan salivanya. Tak menyangka akan di hidangkan dngan pemandangan seperti itu di pagi hari. Eh, menjelang siang. Arrazi tak menyadari ada sepasang mata yang tengah memandangi tubuhnya, ia sibuk mengeringkan rambut dengan handuk kecil di kepalanya.
Begitu Arrazi melepaskan handuk kecil dari kepalanya, Daniah segera memalingkan kepalanya, menghadap jendela kamar hotel yang masih tertutup gorden berwarna putih.
ha..ha...ha