Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER O4: TO THE NORTH ASTBOURNE.
Anak perempuan itu selayaknya orang bangsawan, berpakaian hijau dan putih dengan payung berenda manik-manik dipegangannya.
"Anak perempuan itu sedang menangis" bisik Dylan.
Kami berdua menghampiri Chairoz, dan benar saja, anak perempuan ini sedang menangis. Aku bahkan tidak bisa melihat wajahnya, dia sibuk mengusap-usap matanya.
"Jangan lakukan itu pada matamu, kau bisa merusaknya, dan-" ketika aku memegang tangannya hendak menyingkirkan dari wajahnya, di sana aku melihat dua buah manik mata yang berwarna putih, "-matamu cantik."
Anak perempuan itu berhenti menangis, terkejut akan perkataanku barusan. Dylan ikut mendekat, melihat wajahnya yang putih seperti salju. Aku bingung, kenapa rambut, manik mata, dan kulitnya bisa seputih itu. Bahkan warna kulit bangsa Vampire saja tidak seputih itu.
Apa dia seorang Hybrid?
"Wow~ matamu indah sekali. Aku belum pernah melihatnya. Kau bangsa Vampire?" Dylan memperhatikan wajah anak perempuan ini dengan saksama, dia juga mengusap titik-titik air mata di pipinya.
"Kau tidak pernah diajarkan oleh ibumu? Seharusnya yang kau tanya adalah namanya" ucapku.
"Aku Cassandra" katanya sambil terisak.
"Perkenalkan, aku Dylan dan dia adalah Gara" ucap Dylan.
Setelah Chairoz berbicara dengan beberapa orang tadi, dia langsung menyuruh kami untuk masuk ke kapal.
Kami menggunakan kapal kerajaan, yang hanya kami tumpangi dengan kereta kuda yang ikut dibawa. Setelahnya kami masuk ke dalam dan menemukan sebuah meja penuh makanan untuk kami santap. Tapi mataku lebih memilih untuk melihat banyak roti tawar di atas meja. Mereka juga menyajikan selai coklat dalam bentuk toples kaca.
"Apa kalian lapar?" Tanya Chairoz kepada kami. Cassa dengan spontan mengangguk, aku memang tidak tau apakah dia sudah makan atau tidak sebelumnya. Tapi soal aku dan Dylan, kami sarapan tadi pagi, dan tidak terlalu lapar.
Kami langsung duduk di sana. Setelahnya, Dylan dan Cassa memakan roti-roti itu meskipun banyak makanan lain yang disajikan.
Beberapa jam kami habiskan di dalam kabin, hingga akhirnya kami sampai di pelabuhan Anchores, Negeri Danveurn. Kami turun ke dermaga dan menunggu kereta kuda kami untuk diturunkan. Lalu kami pergi meninggalkan pelabuhan dan masuk ke wilayah Dorforwyn, Ibu Kota Negeri Danveurn di mana berdirinya kerajaan tertinggi bangsa Lycanthrope, Kerajaan Angkara.
"Apa Cassa juga anak muridmu?" Aku teringat dengan pertanyaan yang ingin ku tanyakan pada Chairoz.
"Iya, dia akan jadi anak muridku juga."
"Bisakah kau bercerita sedikit tentang Cassa?" Dylan bersuara. Lagipula, Cassa sedang tertidur di samping paman Lion. Dia terlihat sangat lelah.
"Cassa lahir dan dibesarkan di wilayah Azaire, Negeri Aberrstwyth. Rakyat dari Kerajaan Isambard, seorang Angel tentunya" jelasnya.
"Wow~ aku pikir Akademi Negeri Danveurn adalah sekolah khusus laki-laki" Dylan kagum.
"Hahaha, banyak dari bangsa Angel yang mendaftar tahun ini, dan Kerajaan Isambard mengirim satu anak laki-laki yang akan jadi murid di Akademi Negeri Danveurn. Soal Cassa, memang ini sedikit mengejutkanku" ucapnya.
"Apa maksudnya?"
"Cassandra adalah Angel yang berbeda. Dia terlahir dengan keperbedaan gen, mereka menyebutnya albino. Tidak ada yang tau soal orang tua Cassandra. Orang-orang menemukannya di jalanan, saat ia masih bayi. Cassandra dibesarkan di sebuah panti asuhan. Anak-anak lain tidak ada yang ingin mendekatinya. Hingga akhirnya dia tau, keperbedaannya membuat ia dibenci, karna orang-orang berasumsi bahwa Cassandra akan memberi dampak buruk untuk Negeri Aberrstwyth. Lalu, Cassandra di keluarkan dari panti asuhan. Tidak ada yang mau menerimanya. Sampai Cassandra di bawa oleh sekelompok orang asing hingga bertemu dengan seorang konglomerat di teritorial yang sama, bernama Adolf Hazard Pavoleos. Pavoleos memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Tapi disisi lain, Pavoleos mengajari Cassandra soal kemiliteran kerajaan Isambard hingga usianya saat ini. Mendengar kabar bahwa Akademi mulai membuka pendaftaran murid baru, Pavoleos mengirimkan surat dan ingin mengikutsertakan Cassandra dalam Akademi. Maka dari itu, Cassandra dikirimkan padaku hari ini."
"Dan kenapa menangis?" Tanya Dylan.
"Tentu saja dia sedih harus berpisah dengan Pavoleos, dan sekaligus takut jika orang-orang di luar dari Negeeinya juga akan membedakannya."
"Jadi begitu. Pantas saja dia menangis" ucapku sambil melihat Cassa dalam jarak dekat. Aku jadi ingin memiliki saudari perempuan, agar aku menjadi lebih dewasa seperti kak Allegro.
"Cassa adalah perempuan yang cantik, bagaimana bisa orang-orang itu membencinya."
"Begitulah cara orang-orang menghakimi. Bentuk wujud bukan lagi alasan, tapi kepada apa yang akan terjadi suatu saat nanti." Aku penasaran, seperti apa anak-anak murid di Akademi nanti.
...════════ ◖◍◗ ════════...
Kami tiba di wilayah Astbourne, wilayah yang dipimpin atas Kerajaan Dalerine. Wilayah yang dalam sejarahnya menjadi tempat tinggal Hybrid pertama, atau dia yang bernama Aeolus.
Kami masuk ke kotanya, dan ketibaan kami diperhatikan banyak orang. Mereka hanya tidak tau saja, kalau bangsa Vampire dan Angel lah yang ada di dalam kereta.
"Kota di Astbourne tidak seperti yang aku bayangkan. Aku pikir kota ini hanya sedikit yang tinggal, atau Kerajaan Dalerine menutup kota ini" ucapku.
"Karena Astbourne punya sejarah kelam?" Tebak Dylan.
"Begitulah."
Sampailah kami ke sebuah jalan di dalam hutan. Tidak tau kenapa, rasanya sangat tidak asing dalam pikiranku. Seakan aku pernah menginjakkan kaki ke dalam hutan ini. Aku akrab dengan hutan, tapi hanya hutan di wilayah Dorforwyn atau hutan di wilayah Ibu Kota Negeri Aberrstwyth, Alystra yang pernah ku datangi.
"Perasaan ini seperti aku pulang ke rumah saja" gumamku tiba-tiba saat melihat ke luar jendela dan menemukan pohon-pohon tinggi menjulang keatas yang saling bergesekan hingga membuat suara-suara aneh.
"Kau 'kan anak hutan" kata Dylan.
"Pasti kak Allegro yang mengatakannya padamu."
"Kak Allegro bilang hutan itu rumah kedua mu, kau bahkan punya rumah pohon di hutan wilayah Alystra 'kan?"
"Dia suka sekali memamerkannya, itu tempat di mana kami sering menghabiskan waktu ketika dia selesai sekolah."
Perjalanan yang cukup jauh hingga sampailah kami di hutan terbuka. Kata Chairoz, kita baru saja memasuki wilayah Astbourne bagian utara. Kami memasuki kota kecil yang ada di sini, kota ini salah satu yang memegang peran penting dalam sistem ekonomi di Negeri Danveurn, karena kota memiliki dataran tinggi. yang cocok dijadikan tempat berkebun.
"Kita memasuki kota Northborne" kata Chairoz.
Wilayah ini sangatlah luas, tapi yang membuatku penasaran adalah tebing tinggi yang mengitari tempat ini. Tebing itu bertemu tepat jauh di depan kami.
"Kenapa ada tebing setinggi itu yang seakan mengurung tempat ini?" Tanya Dylan yang ternyata punya pikiran sama denganku.
"Ini adalah tempat yang bersejarah. Dahulu sekali sebelum Lycanthrope ke-3 membuang cucunya, tempat ini adalah lembah yang mati tanpa kehidupan. Hingga peperangan menghancurkan tempat ini, dan meratakan wilayah utara. Yang tersisa hanyalah tebing-tebing dan pegunungan itu. Karenanya tanah di sini menjadi subur dan dapat di tinggali" jelas Chairoz.
"Peperangan itu tampaknya menguntungkan Negeri Danveurn juga" gumamku tiba-tiba.
"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu di atas kekelaman masa lalu?" Dylan menyenggol bahuku.
"Yang dikatakan Gara benar, tidak selalu dampak negatif saja yang bisa diperoleh dari suatu kejadian" sambung Chairoz sambil menatapku.
"Tapi horror sekali, bicara seperti itu!"
"Hahaha!"
Setelahnya, kami sampai di ujung kota dengan sebuah gapura selamat tinggal yang meyakinkanku kalau Akademi itu tidak berada di sini. Keluar dari kota, aku melihat dataran yang diselimuti rerumputan hijau kekuningan di sepanjang penjuru tempat ini hingga sedikit hutan yang ada di dekat tebing tinggi itu.
Kalau tebing itu tercipta karena peperangan, itu berarti peperangan itu menyebabkan tanah di wilayah Astbourne runtuh hingga terbentuknya lembah ini.
Aeolus yang melakukan semua ini.
"Apakah kita akan ke tebing itu?" Tanya Cassandra yang ternyata sudah bangun.
"Tepat di sisi utaranya, ada sebuah celah yang hanya beberapa orang dengan nama mereka tertulis di Akademi yang bisa melewatinya" jelas Chairoz.
"Bagaimana jika ada nama yang tidak tertulis dan melewati celah itu?" Tanya Dylan.
"Mereka hanya akan menemukan hutan yang berakhir dengan laut Odile" kata Chairoz.
Ketika kami hampir sampai di sebuah celah dihiasi gapura kuno yang tampak ditutupi dengan gelombang-gelombang bercahaya sebagai pintu masuknya, aku mendengar suara kuda dari langit sana. Aku hanya menoleh untuk melihat keluar dan menemukan kereta kuda yang didominasi dengan warna putih terbang di antara awan-awan. Melompat-melompat atau seluncuran, kereta dengan kuda bersayap itu turun kemudian menyentuh tanah. Kereta itu berjalan tepat di belakang keretaku.
"Kereta kuda Kerajaan Isambard, dari Negeri Aberrstwyth" kata Chairoz.
"Itu pasti Pangeran" ucap Cassandra tiba-tiba.
"Kau mengenalnya?" Tanya Dylan.
"Aku melihatnya sesekali ketika parade hujan, Pangeran biasanya duduk di singgahsana dan memilih butiran-butiran hujan untuk dibagikan pada tanah umat manusia sebagai suatu kemakmuran" jelas Cassandra.
Tak lama kemudian, muncul sebuah pentagram bercahaya yang begitu rumit melayang di atas tanah. Di dalam pentagram itu bukanlah tanah yang semulanya berumput hijau kuning lagi, tapi seperti ruang yang gelap.
Dari sana keluar sebuah kereta dengan kuda-kuda hitam bersurai seperti cairan lava. Kereta kuda hitam itu berjalan di belakang kereta bangsa Angel.
"Raja bangsa Demon benar-benar mengusir anaknya" gumam Chairoz.
"Mengusir?" Tanyaku.
"Aku tidak tau pasti. Aku hanya mendengar desas-desus dari rakyatnya."
Tak berselang lama, muncul dua kereta kuda dari arah yang berbeda, sepertinya mereka mengambil jalan lain menuju ke sini. Kereta kuda yang pertama sudah sangat jelas menunjukkan kalau kerajaan bangsa Mermaid juga mengirimkan anak mereka. Namun, aku tidak pernah tau dari bangsa mana kereta kedua itu berasal.
"Siapa yang di belakang itu?" Tanya Cassa.
"Itu kereta kuda kerajaan bangsa Fairy" jawab Dylan.
"Kau tau?" Sahutku.
"Semua orang pasti tau siapa yang paling suka kerlap-kerlip bercahaya."
Setelah sampai di celah, ada seseorang yang berdiri menghalangi. Orang itu seperti penjaga tempat ini.
"Bawa barang kalian, dan segeralah turun" kata Chairoz lalu turun terlebih dahulu. Ku lihat dari jendela, ternyata ada Hunter yang serupa seperti Chairoz yang keluar dari kereta-kereta itu. Mereka memakai jubah yang sama. Apa mereka adalah bagian dari tim Hunter abad pertengahan?
"Kenapa kita harus turun dan membawa koper kita sendiri?" Oceh Dylan.
"Karena tempat ini sangatlah sakral, kereta-kereta kuda ini tidak bisa memasuki celah itu" jawabku.
"Aneh sekali, kenapa pula sebuah Akademi begitu tertutup? Akademi Negeri Urcmoonth tidak begitu."
"Beda wilayah, beda pula kebijakannya."
"Ayo kita turun" ajak Cassa.
Kami bertiga, satu per satu turun dari kereta dengan koper kami masing-masing. Begitu pula Cassandra langsung membuka payung indahnya karena memang matahari benar-benar terik di puncak sana.
Aku menoleh, sengaja untuk melihat orang-orang itu keluar dari kereta mereka. Di sana ku lihat, mereka semua berdiri menatapiku dan ikut bergabung bersama kami.
"Kau yang terkenal itu 'kan?" Tanya salah satu dari mereka yang memiliki dua tanduk kecil di keningnya.
"Terkenal?"
"Wah, benar! Kau anak laki-laki yang terkenal itu" sambung anak laki-laki yang memiliki wajah cantik, dia pasti Bangsa Fairy.
"Terkenal bagaimana?" Tanya Dylan.
"Matanya yang hitam bersinar itu, seperti gerhana bulan" jawab dia yang berasal dari Bangsa Angel.
"Suatu kehormatan untuk bertemu denganmu" seseorang berjalan kearahku dan menjulurkan tangannya. Dia dari Bangsa Mermaid, aku bisa merasakan auranya.
Aku menjabati tangannya, "Sagara Hart Northcliff Andromeda, dari Kerajaan Angkara, Negeri Danveurn."
"Iris Semele, dari Kerajaan Narmadia di Negeri Thralkeld."
Lalu yang lainnya ikut berjabatan denganku dan Dylan.
"Castiel Evangelos, dari Kerajaan Isambard, Negeri Aberrstwyth" kata sang Angel.
"Xavier Damonous dari Kerajaan Damouncless, aku dari Negeri Narthford" ucap anak Demon bertanduk dua itu.
"Aku Piers Macallister, aku dari Kerajaan Uva, wilayah Fysikossilian di Negeri Irrinshire. Aku seorang Nature Fairy!" Ucap Fairy cantik yang sangat antusias memperkenalkan dirinya itu.
"Aku Dylan Max Northcliff, dari Kerajaan Claverdon di Negeri Urcmoonth."
"Northcliff?"
"Aku dan Dylan bersaudara."
"Ohh begitu."
Ketika asik mendengarkan mereka, aku melihat Castiel yang menyapa Cassandra.
"Kau anak perempuan itu 'kan, yang dirawat oleh Mr. Pavoleos."
Cassandra mengangguk dan menunduk hormat, "Namaku Cassandra. Senang bertemu Pangeran di sini."
"Aku akan marah kalau kau bersikap seperti itu, di sini aku hanya seorang Castiel."
"Baiklah... Castiel..."
"Aku penasaran bagaimana kehidupan asrama kita?" Ucap Dylan.
"Yah, kurasa akan sama menyenangkan seperti kau tertidur di atas bantal" kataku.
"Kehidupan yang nyaman?"
"Kehidupan yang tidak akan kita ketahui ketika kita sudah nyaman."
Dylan menepuk bahuku, "Kau benar. Kau selalu benar."
...To Be Continue...