Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dia memulai hidupnya di ibukota setelah mengetahui siapa dirinya, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk istri nya dan teman masa kecil nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
“Hmm berarti kalian berdua saling kenal,” celetuk ibu kepala sekolah khusus wanita.
Sang siswi dan Adam langsung duduk mendengar celetuk kan ibu kepala sekolah, Budi langsung menatap Adam.
“Dam, kamu kenal dia ?” tanya Budi.
“Uh...waktu itu di lampu merah...pagi pagi...aku meno,”
“Plak,” ibu sang siswi langsung menampar Adam tanpa mendengar penjelasan Adam, ayahnya langsung menarik sang ibu dan membawanya kembali duduk.
“Ibu, tolong tenang dan jangan emosi,” ujar ibu kepala sekolah.
“Kamu berbuat apa sama anak ku hah, kamu tahu tidak masa depan dia hancur karena kamu,” teriak sang ibu.
“Mama...dia tidak salah...dia meno,”
“Kamu membela dia Aulia hah ? kamu membela dia ?” tanya sang ibu berteriak.
“Maaf, bu kepala sekolah, pak kepala sekolah, sebagai orang tua Aulia, kami sangat marah, jadi kami mohon maaf kalau kami tidak bisa menahan emosi kami,” ujar sang ayah sambil berusaha meredam kemarahan istri nya.
“Baiklah, kami mengerti, kami akan teruskan tapi tolong selesaikan dengan kepala dingin, kami di sini hanya menengahi (menoleh kepada kepala bapak kepala sekolah) maaf pak Tedjo, apa orang tua dari Adam tidak mau di panggil ?” tanya ibu kepala sekolah.
“Maaf bu Intan, Adam yatim piatu, saya sudah menghubungi wali nya yaitu om nya tapi masih belum ada jawaban, jadi sebagai wali di sekolahnya, saya, pak Budi dan bu Frida sebagai saksi hadir di sini mewakili Adam,” ujar Tedjo.
“Anak yatim lagi, pasti miskin kan, kamu memang sengaja kan membuat video itu untuk mengancam kami yang derajatnya jelas di atas kamu,” ujar sang ibu.
“Mama, aku ga ngapa ngapain mah, kenapa mama ga percaya ama aku, dia juga ga salah, dia malah meno,”
“Plak,” sang ibu langsung menampar Aulia dan ayahnya langsung mencegahnya, Aulia tertunduk memegang pipinya yang merah.
“Kamu berani melawan mama ya, kurang ajar kamu, ga tau ya mama susah payah membesarkan mu dari kecil, nyesel mama ketika besar kamu hanya jadi bintang film porno,” teriak sang ibu.
“Dia ga salah tante, jangan marahi dia, aku hanya berpapasan dengan dia di lampu merah, itu saja kok tante,” ujar Adam membela Aulia.
“Diam kamu, saya tuntut kamu nanti, sudah jelas jelas kamu yang ada di dalam film itu, jangan banyak omong,” teriak sang ibu marah sambil menunjuk wajah Adam.
“Diam....mama hanya mama tiri,” teriak Aulia.
“Plak,” kali ini sang ayah yang menampar Aulia dengan kencang sampai Aulia terhuyung ke samping,
“Diam kamu, kamu yang bikin malu keluarga,” ujar sang ayah.
“Ma..maaf pa, tapi yang di video itu bukan aku,” gumam Aulia.
“Maaf tapi ini jadi kemana mana dan membuang waktu, sekarang begini, menurut saksi ibu Frida yang saat itu menjaga perpustakaan, tidak ada orang di sana ketika dia datang, siswa bernama Adam yang sekarang duduk di antara kita hanya datang sebentar lalu pergi lagi dan tidak mungkin dia melakukan apa yang ada di dalam video dalam waktu sesingkat itu,” ujar bu Intan.
“Itu benar pak, bu, lagipula kami dari pihak sekolah tidak melihat ada siswi dari sekolah ini masuk ke dalam sekolah kami hari itu, kalaupun ada biasanya mereka menunggu di luar gerbang tanpa masuk ke dalam, jadi kami bisa yakinkan bapak ibu kalau mereka tidak berbuat macam macam di perpustakaan kami,” tambah pak Tedjo.
Tapi ayah Aulia menoleh melihat ke arah bu Frida, yang menjadi grogi karena di tatap oleh ayah Aulia,
“Ada yang ibu mau katakan ? tolong katakan semua di sini bu, jangan di tutupi atau saya bisa menuntut ibu,” ujar sang ayah.
Semua mata langsung menoleh ke bu Frida, kemudian dia menoleh melihat Budi yang mengangguk padanya,
“Sebenernya waktu itu, saya memang mencium bau aneh dari dalam gudang perpus, tapi saya tidak buka, waktu saya kembali dari toilet di sore hari dan masuk ke gudang karena melihat pintunya terbuka, saya melihat banyak sekali gumpalan tissue basah berserakan di lantai dan....”
Ibu Frida terdiam dan tidak melanjutkan, kemudian Budi menoleh ke arah Frida dan menatap tajam Frida,
“Ibu kenapa tidak cerita sama saya ?” tanya Budi.
“Saya pikir tidak penting pak,” jawab Frida.
“Dan apa bu, lanjutkan,” ujar sang ayah.
“Um...alat kontrasepsi yang sudah di pakai dan masih ada isinya,” jawab Frida perlahan.
Sang ayah langsung berdiri dan menatap Adam di sebelahnya, tangannya mengepal dan wajahnya menjadi sangat merah.
“Bukan saya om,” ujar Adam.
“Iya om, bukan dia, dia makan bersama kita berdua di restoran cepat saji,” ujar Farrel membela Adam.
“Ok, kalau kamu bilang bukan dia, bisa buktikan ? kalian makan jam berapa ? video itu di buat sore ada jam nya,” jawab sang ayah dengan nada berat karena sudah sangat geram.
“Um...kita selesai sekitar jam 2 an om (langsung mendekatkan wajahnya ke telinga Adam) Dam, lo beneran langsung pulang kan ?” tanya Farrel.
“Iya, Dam, lo langsung pulang kan ?” tambah Dina.
“Iya, gue langsung pulang...oh iya, tanya aja ibu kos kosan gue, dia negur gue karena gue belum bayar kos pas gue mau masuk kamar,” jawab Adam.
“Coba, dimana kos kamu, saya akan tanya langsung sama ibu kos mu,” ujar ayah Aulia.
Adam menyebutkan alamat kosnya, wajah sang ayah menjadi semakin merah dan dia langsung menarik kemeja Adam sampai Adam terpaksa berdiri, kemudian dia menoleh melihat Aulia,
“Jadi alasan kamu ngekos di rumah kos itu karena ada dia hah, cepet jawab,” teriak sang ayah.
“Eng...enggak pah, kebetulan...itu kebetulan,” ujar Aulia terbata.
“Haaah udahlah Lia, ga usah ngeles lagi, mama sayang kamu walau kamu masih menganggap mama sebagai mama tiri, kenapa kamu tidak jujur saja sama mama dan papa,” ujar sang ibu kepada Aulia.
“Be..bener mah, pah, Aulia pindah kesana bukan karena dia, semua kebetulan,” ujar Aulia.
Aulia menoleh melihat Adam dan nampak dia meminta dukungan dari Adam, tentu saja Adam langsung membantunya,
“Saya juga ga tau om, saya bener bener ga kenal dia, coba aja cek sama bu kos nya,” ujar Adam.
“Mana telepon ibu kos mu,” ujar sang ayah kepada Aulia.
Aulia memberikan smartphonenya yang sudah menelpon ibu kos nya, ketika di angkat, sang ayah langsung bertanya kepada ibu kos apakah dia mengenal Adam dan jawaban ibu kos,
“Oh Adam ? iya saya kenal, dia anak kos di sini juga, kamar nya ada di sebelah kamar Aulia, kenapa pak ? apa kamarnya mau di pindah ?” tanya bu kos dengan polosnya.
“Terima kasih bu,”
“Braaak,” sang ayah langsung membanting smartphone Aulia ke lantai. Tangannya naik ingin meninju wajah Adam, namun Budi dan Tedjo segera berdiri dan memegangi sang ayah agar tidak meninju Adam. Farrel dan Dina langsung memegangi Adam, ibu Intan hanya bisa tertunduk dan menggelengkan kepalanya, ibu dari Aulia langsung menangis tersedu sedu dan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Aulia terdiam dan tidak bisa berkata apa apa lagi. Setelah sang ayah sedikit tenang dan duduk kembali,
“Sudah, kalian menikah saja dan setelah itu, kamu keluar dari rumah, aku akan mencoret nama mu dari kartu keluarga,” teriak sang ayah kepada Aulia.
“Maaf pak, tapi kita tidak bisa memutuskan seperti itu, jika memang benar ada pelakunya, kita harus mencari dulu siapa pelakunya baru kita putuskan mereka bersalah atau tidak,” ujar bu Intan.
“Ibu, saya anggota dewan, bagi saya ini skandal yang sangat besar, jadi kalau ibu dan bapak sekalian dari pihak sekolah tidak bisa mengambil tindakan tegas, saya yang akan memutuskan walau Aulia adalah anak saya sendiri,” ujar sang ayah tegas.
Mendengar status ayah Aulia, ibu Intan dan pak Tedjo terdiam, mereka langsung berdiskusi karena mereka tahu kalau ayah Aulia bisa membuat reputasi kedua sekolah hancur karena skandal yang terjadi saat ini. Adam tidak bisa berkata apa apa lagi, dia tidak bisa lagi membuktikan kalau dirinya tidak bersalah karena bukti bukti mengarah kepada dirinya, dia melirik ke arah Aulia yang tertegun dan tertunduk.
“Harusnya aku ga tolong dia pagi itu (berpikir) tapi tidak boleh...mimpi itu menunjukkan kalau aku bisa menolongnya, aku jadi benar benar bingung, sekarang harus bagaimana,” ujar Adam dalam hati.
Orang tua berbuat baik, anak keturunannya akan meenuai balasan baiknya.