"Aku mencintai Humairah, gadis cantik yang mempunyai suara indah dan merdu itu."
Shaka begitu bahagia saat kedua orangtuanya akan menjodohkannya dengan gadis yang dia kagumi. Dia merasa takdir benar-benar menyatukannya dengan Humairah, gadis sholeha, yang memiliki wajah cantik tersembunyi dan hanya dia yang beruntung mendapatkannya.
Gabungan: Sahabatku Ambang Pernikahanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Humairah melenguh panjang. Dia merentangkan tangannya ke atas, dia terbangun saat alarmnya berbunyi.
"Kak." Humairah menepuk pipi Shaka yang masih tertidur sambil memeluknya.
"Hem..."
"Ayo bangun. Katanya mau sholat subuh sama aku?"
Shaka mendengus pelan, membelakangi Humairah memeluk bantal guling.
"Kak." Humairah kembali membangunkan suaminya.
Humairah mencium pipi Shaka berulang kali membuat Shaka terganggu.
"Lima menit lagi." Shaka membalas ciuman Humairah.
"Udah adzan kak. Ayo bangun cepat, sholat enggak baik ditunda-tunda." Humairah menarik tangan Shaka untuk bangun.
Terpaksa Shaka bangun dan langsung menuju kamar mandi guna mengambil air wudhu.
"Sini tak pakain sarungnya."
Shaka mendekati istrinya, Humairah pun memasangkan sarung di pinggang Shaka.
"Jangan disentuh kak, nanti kamu ambil air wudhu lagi."
"Oke." Shaka mengangkat tangannya ke atas agar tidak menyentuh Humairah.
"Nahkan udah, ini pake pecinya."
Kini giliran Humairah yang mengambil air wudhu, sedangkan Shaka merentangkan dua sejadah di atas karpet.
"Kakak bisa?"
Shaka mengangguk. Humairah tersenyum, mereka pun memulai ibadah.
"Udah bisa nyentuh?" tanya Shaka saat sudah berdoa.
Humairah mengangguk, dia mendekati Shaka mencium telapak tangan suaminya itu, Shaka pun mencium pucuk kepalanya.
"Sini foto dulu." Shaka menarik Humairah ke pangkuannya.
Pipi mereka saling menempel. Shaka pun memotret momen itu. Dan banyak lagi gaya lainnya yang sudah pasti romantis.
"Ini dipost boleh?" tanya Shaka.
"Jangan kak. Nanti ketahuan gimana."
"Nanti aja postnya, aku postnya di akun kedua aku sayang, kusus foto-foto kita takutnya nanti hilang."
Humairah mengangguk.
Shaka mencium bibir Humairah dengan lembut, menggendong istrinya ke ranjang tanpa melepaskan ciuman mereka.
Shaka melepaskan mukena Humairah, mengikat rambut istrinya setelah itu mencium lehernya memberinya tanda kemerahan di sana.
"Kak ih."
Bukannya merasa bersalah, Shaka malah bangga dengan hasil karyanya, tanda merah itu berbekas sempurna sebab kulit Humairah yang begitu putih.
Shaka melanjutkan aksinya, entah dari mana saat ini nafsunya kali ini meningkat dan tak tahan lagi untuk tidak menyentuh istrinya.
"Kak Shaka..." Humairah menghentikan aksi Shaka yang ingin membuka piyama tidurnya.
"Pless Humairah, enggak tahan." Mata Shaka sudah memerah.
"Takut kak..."
"Kenapa takut hem?" tanya Shaka membelai rambut Humairah.
"Takut nanti aku hamil, takut nanti kalau perawan aku udah diambil, kak Shaka ninggalin aku."
"Astaghfirullah, Humairah. Kenapa pikirannya gitu amat? Aku tidak akan ninggalin kamu, soal kamu takut hamil. Kita bisa menundanya, kamu tak perlu khawatir aku bisa mengatasi hal itu, jujur aku tersiksa kalau tidak menyentuhmu Humairah. Bibir sama leher enggak cukup."
Humairah memejamkan matanya lalu perlahan mengangguk.
Shaka yang sudah mendapatkan lampu hijau langsung saja membuka satu persatu kancing piyama istrinya.
Humairah mengusap rambut Shaka yang sedang melalukan pemanasan. Mencoba untuk tidak mengeluarkan suara.
"Yang ini aja dulu, yang lainnya nanti," ucap Shaka bermain di bukit kembar Humairah.
Humairah meringis pelan, menggigit bibirnya saat Shaka semakin agresif.
"Kak jangan digigit sakit..."
Shaka sudah layaknya seperti bayi yang tengah diberi asupan.
"Shaka, Humairah, bangun nak."
Shaka menghentikan aksinya dan berteriak membalas mommynya.
"Iya mom."
Humairah menutup kembali dadanya, Shaka langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Humairah jadi malu saat mengingat bagaimana Shaka bermain di tubuhnya tadi.
...----------------...
Shaka dan Humairah ikut bergabung bersama yang lain untuk sarapan.
"Hari ini kamu udah ujian akhir semester."
"Iya mom."
"Kalian udah mikirin mau lanjut di mana?" tanya Arika.
"Arvi belum memikirkan hal itu, enggak tau kalau Shaka. Kalau Arvi kuliah di negara indonesia juga tak masalah."
Shaka hanya terdiam, dia memandang istrinya yang juga menatapnya.
"Shaka?"
"Shaka juga belum tau mom."
"Pikirin mulai dari sekarang kalian mau lanjut di mana, biar daddy gampang bantu kalian masuk ke kampus itu."
Keduanya mengangguk. Setelah sarapan dan berbincang-bincang mereka pun berangkat ke sekolah.
"Serius gue dijadiin sopir?" tanya Arvi.
"Udah jalan cepat, bawel banget," ketus Shaka.
Arvi mendengus kesal, begitulah nasib jomblo. Ini sebuah ketidak adilan, seharusnya dia juga mempunyai istri, dia dan Shaka kan kembar kenapa hanya Shaka yang memiliki, sedangkan dia tak ada.
Shaka menaroh sesuatu di tas Humairah membuat perempuan itu bingung.
"Kak Shaka naroh apa?"
"Naroh roti sama buah. Nanti kamu makan pas jam istirahat."
Humairah tersenyum lalu mengusap kepala Shaka pelan.
"Makasih."
"Imbalannya pas pulang sekolah aja." Shaka mengedipkan matanya membuat Humairah terkekeh.
"Mesum," bisik Humairah.
"Sama kamu aja kok."
"Ngapain itu di belakang? Jangan melakukan adegan dewasa di depan anak kecil," sahut Arvi yang mulai panas melihat mereka di kaca.
Shaka tidak mempedulikan ucapan saudaranya itu.
"Aku turun di sini aja."
"Enggak turunnya diparkiran."
"Nanti ada yang lihat kak."
Sesampainya diparkiran, Shaka dan Arvi melihat suasana dan sepertinya aman.
"Ayo turun."
"Oke."
Shaka menarik tangan Humairah yang hendak keluar dari mobil.
Shaka mengode kepada adiknya untuk pergi lebih dulu, Arvi pun meninggalkan mereka berdua di dalam mobil.
"Belajar yang baik." Shaka mencium kening istrinya agak lama.
"Suamiku juga jangan tebar pesona."
"Aku enggak tebar pesona, memang pesona aku yang bertebaran sendiri."
"Woi lama amat, keburu banyak orang," teriak Arvi dari luar.
Mereka terkekeh, Humairah mencium tangan Shaka lalu buru-buru keluar dari dalam mobil.
Shaka pun ikut keluar dari mobil saat Humairah sudah berlari ke arah kelasnya.
Dengan senyuman, Shaka merangkul adiknya menuju kelas.
"Gue tanya sama lo, lo udah gituan sama Humairah ya?" tanya Arvi saat mereka di koridor kelas.
"Pengen tau banget, enggak boleh kepo. Ini urusan dewasa." Shaka melangkah lebih dulu, tak ingin membahas masalah begituan.
"Eh Shaka, kita cuma beda beberapa menit ya. Jangan sok si paling dewasa lo," teriak Arvi. "Mentang-mentang udah ni-"
Shaka menoleh lalu menatap Arvi dengan tajam, Arvi langsung membungkam mulutnya sendiri menggunakan tangannya.
"Upss, hampir aja."
Shaka duduk di bangkunya lalu dia membuka ponselnya.
...Istriku...
^^^[FOTO]^^^
^^^Pap buat istriku.^^^
Tak berselang lama, Humairah membalasnya dengan stiker lucu, hal itu membuat Shaka terkekeh geli.
Baru saja bahagia, kini raut wajahnya berubah saat Naya memasuki kelas dengan santai.
Dia menatap cewek itu dengan tatapan tajam, dan Naya menyadari hal itu. Naya hanya berlalu dan duduk di bangkunya dengan tenang.
Shaka menghela napas panjang, mencoba untuk meredahkan emosinya.
Untung saja guru cepat masuk ke dalam kelas, sehingga Shaka tidak terlalu memikirkan Naya.
"Shaka keknya marah banget sama lo, Nay. Berarti dugaan kita benar, Shaka mempunyai hubungan dengan cewek itu."
"Ck kalian diam, gue lagi enggak mood." Naya meremas kertas yang dia pegang sambil menatap ke arah depan.