Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Ingin Dirimu
***
Sebelum Adam pulang ke rumah...
"AAAAAAA INI APA-APAAN SIH? HEI ANDA YA, ANDA! BELUM MENIKAH DENGAN ITU MAFIA KOK YA MALAH NGELAKUIN INDEHOY ASHOY? INI YANG NULIS BEGINIAN OTAKNYA GIMANA SIH?"
Sepanjang jam sudah berlalu dan Ayna masih berkutat dengan kegiatannya yaitu membaca buku novel dengan tema dark romance obsesi. Bahkan selama itu juga, dia berteriak sendiri saking hebohnya isi novel yang ia baca.
"Aduuhhh mataku... Aku sudah ngeliat sesuatu yang ngga layak kubaca... apalagi aku bisa mendengar suaranya... Padahal cuma tulisan hiks..."
"Tapi kok ya bikin penasaran... Ah jangan, jangan kamu lanjutkan Ayna... Ingat kata ayah! Selalu tameng diri sendiri dengan hal positif! Bukan negatif seperti ini!"
"Lanjut ah. Tinggal berapa halaman lagi sudah, toh Tuan juga belum pulang..."
Sungguh plin plan wanita muda satu ini. Tidak ingin melanjutkan membaca tapi rasa penasarannya begitu besar, jadi ia terus membacanya sampai halaman akhir. Barulah tiba di halaman terakhir, ia langsung menutup buku novel itu dengan cukup keras.
BUUGGG
"Hah... Hahaha... ENDING MACAM APA ITUUUU?"
***
"Ya Allah... Sungguh menyesal hamba baca buku ini... Kukira covernya doang yang aduhai, ternyata di isinya jauh lebih aduhai. Eh tapi, yang ceweknya tadi kelewatan polos menurutku hmmm. Walaupun begitu, memang maklum sih soalnya ceweknya kelihatan haus kasih sayang apalagi selalu disiksa kerabatnya. Wajar dia begitu dengan pasangannya. Untung jadi suami istri sampai punya anak tapi endingnya... Memang bosenin! Terus ya, ada ilustrasi ceweknya pakai baju model seperti... Boneka mungkin? Tapi cantik bangeetttt! persis yang seperti di lemari."
Sadar dengan ucapannya yang baru saja, Ayna langsung bergegas menuju ke kamarnya. Karena kurang berhati-hati, ia tersandung dan untungnya tidak sampai jatuh.
"Adeehh! Sshhh, iihhh santailah Ayna!" gerutunya.
setelah sampai di kamarnya, ia segera membuka lemari dan melihat seluruh isi bajunya dari kanan ke kiri. Ayna baru tahu jika di sisi kiri gantungan lemari, terdapat koleksi baju lolita yang jauh lebih indah dan cantik daripada yang ia pakai sehari-hari.
Seketika, Ayna tertegun. Kenapa ia baru tahu kalau ada koleksi baju lolita yang cantik sebanyak ini? Kemana saja dirinya?
"Ah, saking fokusnya di gantungan kanan aku ngga memerhatikan di gantungan kiri. Padahal yang kupakai sehari-hari ini... Sudah sangat cantik menurutku hmmm... Entahlah, Tuan Adam agak aneh, kenapa mau-mau saja membelikanku baju-baju cantik seperti ini? Padahal... Aku ini cuma pembantunya. Masa ya ngga ada wanita yang disukainya?"
Saat berkata seperti itu, dada Ayna langsung terasa sakit. Ada apa ini? Masa hanya berucap Adam punya kekasih, rasanya sakit?
"Apa... Memang benar ya? Kenapa sakit begini? Tapi Tuan bilang... Aku ini gadis kecil yang selalu dicarinya, tapi..."
DIINNNGG
DIINNNGG
Suara jam hias jati besar mengagetkannya. Saking kerasnya suara jam yang terletak di ruang tamu itu, Ayna langsung tersadar dari lamunannya. Ia melihat jam di kamarnya dan terkejut. Jarum jam pendek dan panjang menunjukkan ke angka 12. sebentar lagi, Adam pulang. Kalang kabut sudah wanita muda itu.
"Aduduh, sebentar lagi Tuan pulang! Eh, perpustakaannya-... Ah, sudah kubereskan sih. Aduuhhh mandi dulu sudah! Habis itu panaskan makan-... Eh, Tuan kan sudah makan? Aaarrggghh kenapa sih aku?!"
***
Kembali ke masa sekarang...
Sekarang, mata Adam melebar tatkala melihat penampilan Ayna yang menurutnya... Jauh berbeda dari sebelumnya.
Baju lolita yang panjangnya hanya di atas lutut, model tanpa lengan, bahkan memperlihatkan keseluruhan leher Ayna, benar-benar berbeda sampai wajah Adam memerah hingga ke telinga.
"Kamu... Kamu pakai apa Ayna?!"
"P-Pakai apa maksud Tuan?" sungguh, Ayna tak mengerti maksud Adam, sampai ia memiringkan kepalanya.
"K-Kamu..." Adam sudah tidak mampu berkata-kata, ia hanya menunjuk baju yang dikenakan Ayna agar wanita bak boneka itu tersadar sendiri.
"Baju? Eh... A-Apa yang..."
Barulah Ayna sadar apa yang sudah ia lakukan. Kali ini, wajah Ayna yang merah, bahkan Semerah kepiting rebus.
"M-Maaf Tuan... Maafkan saya! S-Saya g-ganti dulu! Maafkan saya!"
"Ayna! Tunggu!"
DUUGG
"Aakhh!"
"Aynaaa!"
Begitu panik Ayna saat menyadari apa yang sudah dikenakannya. Ia membungkuk meminta maaf kepada Adam dan berbalik ke kamarnya sendiri. Saking paniknya dia, kaki kirinya kembali tersandung di anak tangga dan ia akan jatuh. Tetapi...
GREEB
Dengan sigap pula, Adam menangkapnya. Ia meraih perut ramping Ayna agar dirinya tidak terjatuh ke arah depan. Genggaman Adam sangat kuat, sampai ia tidak sengaja menarik ke bawah baju Ayna hingga menampakkan belahan dada Ayna yang begitu berisi.
Mata Adam melebar. Ini adalah pemandangan yang begitu indah menurutnya. Tidak pernah ia melihat pemandangan seindah ini. Adam sejenak berpikir, gadis kecilnya ini... Sudah benar-benar tumbuh menjadi wanita dewasa, wanita yang sudah tumbuh di segala bagian... Termasuk bagian yang dilihatnya itu.
'Kenapa... Besar sekali?'
"T-Tuan?"
"Ya? Ah, Ayna! Apa yang... K-Kamu, Astaghfirullah! Apa yang sudah kulakukan?!"
Adam dengan perlahan melepaskan genggamannya pada perut ramping Ayna. Ia langsung sadar apa yang sudah ia lihat dan ia katakan. Pria itu mengalihkan wajahnya, menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah.
"M-Maaf kan saya Tuan... Saya, sangat ceroboh... Saya akan ganti s-secepatnya... Saya-... Eh eehhh! Tuannn!"
"Diam. Biar kuantar sampai ke atas."
"Tapi..."
Tidak disangka Ayna, Adam tiba-tiba menggendongnya menuju ke kamar. Jantung Ayna berdegup kencang, ia benar-benar bingung apa yang baru saja terjadi.
'Kenapa ini? Kenapa jantungku berdegup kencang begini? Akhir-akhir ini selalu begitu kalau berdekatan dengan Tuan... Apa aku memang mau sakit?'
Akhirnya, mereka berdua sampai di depan kamar. Adam menurunkannya tepat di depan pintu kamar Ayna yang sedikit terbuka dan dirinya sendiri masuk ke kamar sendiri tanpa sepatah kata yang keluar.
"Kenapa dengan Tuan?"
***
"Apa itu? Apa yang baru saja kulihat? Buah dada Ayna... kenapa nampak, berisi? Gadis kecilku... Haaahh, dia sudah tumbuh besar! Ngga, ngga, ngga! Dia akan dilirik oleh banyak pria yang mata keranjang! Nggaaa! Gadis kecilku, Aynaku, dia milikku!"
DUAAGGGHH
Adam langsung masuk ke kamar mandinya, membasahi diri sendiri tepat di bawah shower. Di bawah shower itu, ia teringat dengan apa yang ia lihat tadi dan tanpa sadar memukul dinding dengan keras. Nafasnya semakin memburu, jauh lebih parah daripada tadi pagi. Adam sampai merasa... Tubuhnya sedikit memanas.
"Ayna... Ayna... Haaahh... Gadis kecilku... Sayangku... Aku ingin dirimu..."
***
"Huhuhu... Gimana sih kamu Ayna? Kalang kabut sih kalang kabut, tapi mbok ya sadar gitu loh apa yang kamu pakai! Nah ini apa?! Kamu malah pakai yang model beginian sampai hampir nampak buah dadamu! Pantaslah Tuan marah! Huhuhu, semoga aku ngga dipecat. Mau kemana lagi diriku ini nantinya kalau dipecat? Mana ada tempat buatku bernaung lagi selain disini. Kembali ke rumah paman... Aku masih ngga mau mati. Tuan sudah mewanti-wantiku masalahnya... Huwaaaaa malu-maluin iiihhhh!"
Ayna berkali-kali merutuki dirinya yang begitu ceroboh, sampai ia meninju angin sekitarnya saking kesalnya. Ia berganti baju lolita dengan model yang normal seperti biasa, berkerah sampai menutupi leher dan panjangnya selutut.
"Haaahhh! Nah ini baru benar!" teriak Ayna heboh.
Setelah Ayna membereskan semua kehebohan yang terjadi, dirinya akan beranjak keluar dari kamar. Namun, baru saja ia tiba di depan pintu, ia kembali terdiam.
"Keluar? Ngga? keluar atau ngga ya? Tapi kalau keluar... Tuan pasti akan..."
Bayangan Adam yang masih marah seperti tadi pagi kembali menghantuinya. Ia takut. Tapi di saat yang bersamaan, Ayna terpukau dengan tatapan dingin Adam.
Netra hitam legam yang begitu menusuk, kilatan penuh amarah yang begitu menakutkan, bagi Ayna... Itu adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan indah di saat yang bersamaan.
Ditambah saat ia tersandung tadi, ia menatap tangan besar yang berurat nan kuat... Membuatnya menahan nafas untuk beberapa detik. Jantungnya berdegup kencang, jauh lebih kencang lagi. Wajahnya memerah, lebih merah daripada saat Adam memergoki dirinya berpakaian kurang sopan tadi.
Untuk mengalihkan diri, ia menatap ke arah Adam dan itu juga adalah kesalahan besar. Karena ulahnya itu, bibir mungilnya hampir menyentuh pipi Adam. Bisa dilihat dari sisi kanan, Adam begitu tampan.
"Tuan Adam... Kenapa Anda... Mempesona begitu? Kenapa rupa Anda... Jauh lebih mempesona daripada tokoh pria yang ada di novel yang saya baca? Kenapa..."
Tiba-tiba saja, kaki Ayna melemas. Saking lemasnya, ia tidak mampu untuk berdiri sendiri. Terpaksa ia menyeret tubuhnya sendiri menuju ke dinding tepat di samping pintu. Tubuhnya ia senderkan di dinding itu, tangan mungilnya meraba dinding kamarnya. mulutnya bergetar, kedua matanya berkaca-kaca, dadanya bergemuruh kembali, dan ia merasakan... Tubuhnya memanas.
"Tuan Adam... Tuan..."
DUG
DUG
DUG
"Ayna. Buka pintu."
"Tuan..."
Suara ketukan yang sangat kencang mengagetkannya. Ia tahu siapa itu, Adam.
Tapi, ia merasa ada yang aneh. kenapa suara Adam... Memberat?
DUG
DUG
"Buka Ayna. Buka pintumu!"
Tangan Ayna berusaha meraih kenop pintu itu, tapi ia begitu lemah sekarang. Berdiri saja dirinya tidak mampu. Ayna hanya bisa memanggil-manggil nama Adam dengan suara lemah.
"Tuan... Haahh... Tuan Adam... Toloonngg..."
BRAAAKK
Pintu langsung terbuka dengan paksa. Langkah yang begitu keras dan tegap terdengar di telinga Ayna. Benar jika pria itu adalah Adam, walaupun pandangannya sedikit mengabur.
Adam menoleh ke samping pintu, dan mendapati Ayna yang terbaring lemah. Ia hanya memandang Ayna dingin, tidak seperti biasanya yang memandang lembut. langkahnya perlahan mendekati Ayna. Ayna yang melihatnya pun, tersenyum tanpa sadar.
"Tuan..."
"Sengaja kamu hmm? Sengaja kamu mengunci kamarmu?" tanya Adam penuh penekanan.
"Tuan..."
GREEBB
"A-Aakkkhh T-Tuan... L-Lepaskan... Uhuk... S-Sakit..."
Tangan Adam meraih leher jenjang Ayna dan mencekiknya. Ia benar-benar di ambang kemurkaan sekarang, tidak peduli dengan keadaan Ayna.
"Ternyata, selain sudah tumbuh besar, kamu juga tumbuh menjadi wanita yang pembangkang ya, gadis kecil. bukannya kamu bilang waktu itu, saat bekerja disini kamu akan menuruti semua perintahku. Tapi kenapa kamu ngga membuka pintu ha? Apa memang sengaja dirimu hmm? Jawab Ayna."
Air mata keluar dari mata hazelnya, tidak menyangka ia benar-benar membuat sang majikan murka. Ia tidak tahu itu, sungguh. Ia juga tidak tahu kalau cara berpakaiannya tadi, akan mengundang kemarahan Adam. Ia tidak sengaja, dan itu benar.
"Hiks... Tuan..."
"Apa? Masih mau menyangkal? Ha! Hahahaha! Aahhh gadis kecilku... Sungguh, kamu sudah bertambah besar ya."
cekikan kencangnya Adam lepas, Ayna terbatuk-batuk. Berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"OHOK... OHOK...HAAHH... HAAHH..."
GREEBB
BRUUKKK
"Aakkh... Sakit..."
Tiba-tiba saja tanpa aba-aba, Adam mengangkut Ayna seperti koala dan membantingnya di atas ranjangnya. Kedua tangan berurat Adam menggenggam pergelangan tangan Ayna dengan kuat, mengurungnya di kukungannya. sekarang, posisi Ayna tepat ada di bawah Adam.
"T-Tuan..."
"Ssttt, diam gadis kecil. Nikmati saja. Kamu akan merasakan kenikmatan yang belum pernah kamu rasakan. Kujamin, kamu pasti akan ketagihan merasakannya."
Adam dengan suara beratnya mengatakan pada Ayna untuk diam dan menikmati sesuatu yang akan dirasanya tak lama lagi. Di pandangan Adam, Ayna seperti kucing kecil yang ketakutan. Tapi bagi Ayna sendiri, Adam yang di atasnya... Seperti sosok pria tampan dengan rahang tegas dan tubuh yang kuat. Seperti dalam novel.
'Tuan Adam... mempesona sekali... Aku, aku ingin Tuan Adam... Aku ingin Tuan Adam sekarang...'
~Bersambung~