My Hot Daddy Is A Vampire

Anna panik sekali. Dia sampai ingin menangis. Namun Victor segera mendekatinya.

"Tenanglah, Anna. Ini memang adalah salah satu efek ritual tadi. Ini bukan apa-apa. Darahnya akan hilang setelah kau mandi. Jadi sebaiknya sekarang kau cepat-cepat mandi," saran Victor. Dia lalu tersenyum tipis dan melanjutkan, "apa kau ingin aku yang memandikan?"

"Daddy! Itu tidak lucu." Anna benar-benar tak mau bercanda. Ia tentu masih merasa janggal dengan seluruh darah yang ada di tubuhnya. Terlebih baunya juga anyir, benar-benar seperti darah asli.

"Maaf. Karena ritual begini sudah biasa di keluarga ini," ucap Victor sembari memakaikan Anna bathrobe putih. "Ayo kita keluar. Kau bisa langsung ke kamar mandi, biar aku yang bicara pada semua orang," sambungnya.

Anna mengangguk pelan. Dia dan Victor keluar dari basement. Kala itu Anna dipersilahkan untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Dengan bantuan Beth, Anna pergi ke kamar. Di sana dia langsung masuk ke kamar mandi. Buru-buru Anna membersihkan tubuhnya. Jujur saja, dia merasa jijik sekali dengan keadaannya.

Sambil membiarkan air shower mengucur di tubuhnya, Anna memikirkan segala yang telah terjadi. Dia tentu tak bisa membantah bahwa semua ritual yang baru dijalaninya tadi sangat aneh.

"Ini terasa salah. Kenapa keluarga ini melakukan itu?" gumam Anna. Sampai akhirnya nama Tara terlintas dalam benaknya. Seketika dia baru teringat kalau ponselnya masih berada di tangan Bibi Laura.

Anna lantas bergegas menyelesaikan mandinya. Saat itulah dia menyadari ada yang berbeda dengan tubuhnya. Anna pun berlari ke depan cermin di wastafel.

Anna seketika terpana menyaksikan dirinya sendiri. Tidak ada yang aneh pada tubuh dan wajahnya kala itu. Malah, semuanya berubah menjadi lebih baik.

"Sial... Perasaan, ukuranku tidak sebesar ini sebelumnya. Ini juga terasa semakin kencang," ucap Anna sembari memegangi kedua buah dadanya. Dia merasa ukuran payu daranya membesar. Benar-benar ukuran yang di idamkan Anna selama ini.

Anna mendekatkan wajahnya ke cermin. Dia kagum dengan wajahnya yang tidak terlihat lagi adanya freckles di sana. Padahal seingat Anna, di wajahnya terbilang memiliki freckles yang banyak walau tidak terlalu jelas.

Setelah ditilik baik-baik, ternyata keadaan kulit tubuhnya juga sama bersihnya seperti wajah Anna. Ia juga sedikit kaget dengan ukuran pantatnya yang nampak ideal. Beberapa bekas luka di tubuhnya bahkan hilang semua. Padahal ada bekas luka yang terbilang sulit dihilangkan.

Anna merasa wajahnya semakin tambah cantik. Mata hazelnya tampak berbinar dan jelas dibanding sebelumnya.

Anna perlahan melangkah mundur. Sampai cermin bisa memperlihatkan seluruh tubuhnya.

"Apa benar ini aku?" gumam Anna. Ia mengagumi keindahan tubuhnya sendiri. Karena itu pula Anna menghabiskan waktu lama untuk bercermin. Dirinya jadi lupa ingin menghubungi Tara.

"Anna! Apa kau masih di dalam?" suara Bibi Inez terdengar dari luar.

Anna segera mengenakan handuk dan keluar. Ia melihat sosok Bibi Inez langsung menyambut.

"Ada apa, Bibi?" tanya Anna.

"Bibi Laura menyuruhku mengembalikan ponselmu. Kebetulan dia ada urusan," kata Bibi Inez sembari menyerahkan ponsel pada Anna.

"Terima kasih. Tadi aku memang mau mengambilnya," sahut Anna.

Bibi Inez tampak terpaku menatap Anna. Sepertinya dia juga sadar dengan perubahan perempuan itu.

"Bibi kenapa? Apa ada yang aneh dengan wajahku?" Anna memegangi wajahnya.

"Tidak ada yang aneh. Itu malah luar biasa. Sekarang kau merasakan efek dari ritual pembersihan tadi pada dirimu," ujar Bibi Inez.

"Jadi ini semua efek ritual tadi?" Anna cukup kaget. Karena semuanya terjadi begitu cepat. Namun sebagai perempuan, dia tentu menyukai perubahan tubuhnya yang jadi lebih indah dan cantik.