"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan bagus
Mayang merasakan kepalanya pusing tak terkira, sejak selesai perdebatan tadi aku pagi, Mayang tak keluar dari kamar. Rasanya begitu sulit untuk di mengerti, tapi Mayang berusaha menyingkirkan pikiran negatif yang selama ini terus menghantuinya.
Ceklek
Mayang yang duduk bersandar di bahu ranjang mendongak saat melihat pintu kamarnya di buka.
"Dari mana saja Pah?" Tanya Mayang sambil menaruh ponselnya dan turun dari ranjang.
Pria yang di panggil hanya diam sambil melepaskan satu persatu kancing kemeja yang di pakai.
"Memangnya aku pergi kemana selain ke kantor!" Ketus Tuan Rio dengan wajah masam. "Kalau putramu itu berguna, pasti aku tidak akan susah payah ke kantor dan mengurus semua masalah di kantor!" Tambahnya lagi.
Mayang tak menjawab, tangannya bergerak untuk membantu sang suami, tapi justru ditepis oleh suaminya.
"Kau hanya bisa duduk dirumah tanpa bisa berbuat apa-apa saat perusahaan mulai goyah hingga di ambang kebangkrutan!" Tuan Rio melempar kemeja yang di pakainya asal.
Mayang tersentak dengan kemarahan suaminya yang tiba-tiba.
"M-maksud kamu apa Pah? Goyah? Bangkrut?" Mayang menatap Tuan Rio dengan wajah bingung.
Tuan Rio tersenyum sinis, "Bersiaplah angkat kaki dan tinggalkan semua kemewahan mu selama ini, karena aku tidak yakin perusahaan akan bisa bertahan." Setelah mengatakan itu Tuan Rio berlalu masuk kedalam kamar mandi. Meninggalkan Mayang yang terduduk di lantai dengan wajah syok.
"Kenapa seperti ini, perusahaan bangkrut."
Tentu saja membuat Mayang terkejut, perusahaan itu adalah perusahaan yang didirikan Kakek suaminya, sejak dulu suaminya berusaha melakukan yang terbaik, bahkan suaminya selalu pulang larut dan kehilangan banyak momen dengan Riko saat kecil. Dunia bisnis adalah hidup suaminya, tak bisa melakukan kesalahannya sekecil apapun karena suaminya adalah pria yang gigih dan disiplin.
Sejak Riko mengalami kecelakaan, di sanalah suaminya kembali memimpin perusahaan, tapi Mayang tak menyangka jika dulu suaminya begitu gigih untuk membentuk perusahaan raksasa, tapi kini justru sebaliknya.
*
*
Riko duduk disofa degan laptop didepannya, sejak pagi juga Riko tak keluar kamar, pria itu mengunci dirinya di kamar tanpa ingin diganggu.
"Bagaimana?" Tanya Riko lewat earphone bluetooth yang di pakai.
"Berjalan lancar Bos, mereka tidak curiga." Ucap seseorang diseberang sana.
"Bagus, kerja yang bagus." Ucap Riko dengan senyum menyeringai.
Menutup panggilan telepon Riko beranjak dari depan laptop.
Memandang langit gelap dari kaca besar, Riko menerawang jauh.
"Jika Tuan merasa tidak bahagia, kenapa tidak melepaskan. Lagipula jika Tuan sungguh-sungguh pasti Tuan bisa sembuh, saya akan selalu mendoakan kesembuhan Tuan." Senyum Sasmita mengembang di bawah cahaya rembulan malam itu.
"Yang kulakukan agar kamu tidak terlibat dengan masalah di rumah ini," Gumam Riko dengan pandangan lurus.
Sasmita membuka pintu saat mendengar suara kendaraan roda dua berhenti didepan rumah. Dan benar saja itu suaminya yang baru pulang kerja di jam sembilan malam.
"Baru pulang Mas?" Tanya Sasmita saat menyambut kepulangan sang suami.
"Iya sayang, Mas harus lembur." Hardi mencium kening istrinya seperti tak terjadi sesuatu.
Sasmita tersenyum tipis, setelah melihat foto tadi apakah dia harus percaya dengan suaminya jika lembur.
Hah..
Kenapa rasanya sesak seperti ini di bohongi.
"Yasudah mandi dulu, aku akan panaskan masakannya." Sasmita hendak menuju dapur tapi dicegah oleh Hardi.
"Ngak usah sayang, aku udah makan tadi di bengkel." Katanya.
Lagi-lagi Sasmita hanya tersedia kecut, bengkel katanya?
Bengkel mana yang menyediakan tempat romantis.
"Oh..Jadi kamu sangat beruntung ya Mas dapat pekerjaan itu?" Tanya Sasmita sambil menaruh sepatu suaminya di rak.
"Ya, sangat beruntung sayang." Jawab Hardi lugas, bahkan terlihat senang di raut wajahnya.
'Apa aku harus merasa senang juga,' Batin Sasmita miris.