Fiandra tak menyangka jika dirinya akan berjodoh dengan seorang dosen yang selalu memarahinya bernama Ilham. Mereka di paksa menikah dan menjalani pernikahan, meskipun keduanya menolak. Keinginan kedua orang tua Fiandra dan Ilham begitu kuat untuk menikahkan mereka, hingga mereka melakukan satu cara, untuk menjebak keduanya agar bisa menikah... bagaimana kisah mereka? akankah cinta hadir di tengah permusuhan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nilai Matematika
"Yang sudah selesai langsung kumpulan saja, nanti saya nilai dan jelaskan di mana yang salah!"
Keadaan kelas masih hening. Ilham membuka laptopnya membuka sebuah file. Sesekali matanya tertuju pada Fi yang terlihat kesulitan dalam mengerjakan tugas itu. Dia pun beranjak dari tempat duduknya menghampirinya.
"Ada yang masih belum kamu Fahami?" tanyanya sambil memeriksa lembar soal Fi.
"Bingung semuanya, Pak!" keluh Fi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Ilham menarik napas panjang lalu dua membungkukkan tubuh hampir memeluk Fi. "Yang pertama di kalikan, lalu yang di bawah di bagi lalu di tambahkan dengan yang ini dan ini," ujarnya sambil menunjuk bilangan yang tertera di kertas tersebut.
"Oh gitu!" Fiandra mengangguk coba memahami setiap langkah yang di berikan oleh dosennya itu.
"Sudah ngerti?" tanya Ilham .
Fiandra mengangguk cepat.
"Ya sudah lanjutkan saja!"
"Yang lain ada yang belum faham?" tanya Ilham.
Semua mahasiswa bergeming menatapnya, entah karena mereka memang semua paham atau karena takut dengan Ilham.
"Oke! Saya anggap semua sudah mengerti kata Ilham dengan tegas lalu ia kembali ke kursinya.
Kurang lebih satu jam berlalu satu persatu mahasiswa itu mendatangi Ilham untuk menunjukkan jawaban mereka.
Dengan sekali lihat saja dia tahu mana yang salah. " Kamu salah yang ini. Perbaiki secepatnya mumpung ada waktu!" kata Ilham sambil mencoret lebar soal dan jawaban mahasiswa itu.
Mahasiswa itu pun kembali ke kursinya lalu memperbaiki jawaban berdasarkan penjelasan Ilham tadi.
Satu persatu mahasiswa itu mengumpulkan lembar jawaban dan langsung diberi nilai. Ada yang harus mengulang kembali jawabannya dan ada yang langsung diperbolehkan pulang karena semua jawabannya benar.
Kelas hampir kosong dan hanya tinggal dua tiga orang yang mengantri untuk mendapatkan nilai dari dosen mereka. Fi dengan langkah gontai menuju meja Ilham Dia sengaja menunjukkan jawaban yang paling akhir.
Setelah beberapa temannya mendapat giliran, akhirnya tiba juga saat giliran dirinya. Dia melangkah perlahan, menyiapkan hati dan telinga khawatir suaminya itu tak bisa menahan emosi.
"Ini pak!" tangan Fi sedikit gemetar ketika menyodorkan kertas itu. Ada beberapa mahasiswa yang kembali duduk untuk merevisi jawabannya.
Ilham mengambil tugas Fi dan mulai mengamati dengan seksama. Ekspresi serius dan kaget terpampang di wajahnya sementara matanya berpindah dari lembaran ke lembaran lainnya. Sesekali alisnya terangkat, pertanda ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Fi menahan napas cemas menunggu penilaian yang akan diberikan.Tiba-tiba, Ilham menghentikan pemeriksaannya dan menggelengkan kepala.
Jantung Fi berhenti sejenak saat Ilham mengambil spidol merah lalu menulis sesuatu di kertas jawaban itu.
Fi terkejut bukan kepalang hingga bola matanya melotot ketika melihat bentuk yang di lukis Ilham di kertasnya itu. Sebuah gambar hati dengan anak panah terlukis di sana. "Kenapa ada gambar hati di sani? " tanyanya sambil menunjuk kertasnya.
Ilham menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Habis bingung mau ngasih kamu nilai berapa? semua jawabannya salah. Aku gak tega memberikanmu nilai O. Jadi aku gambar emoticon love saja, biar kamu gak kecewa."
Seketika senyum terkembang di wajah Fiandra. Kali ini dirinya yang jadi salah tingkah.
"Terus nilai saya bagaimana, dong."
"Nanti malam kita belajar, sekarang kamu tunggu saya di kantin, nanti saya susul."
"Gak mau, saya mau langsung ke bengkel saja."
"Iya nanti di antar! kamu tunggu saja!"
"Gak usah, saya pergi sama Ratu saja!" Fi langsung meraih tangan Ilham, setelah menciumnya ia lalu bergegas keluar dari ruangan tersebut.
Ilham hanya geleng-geleng kepala menatap punggung fi yang perlahan menjauh.
Sementara yang lain hanya memendam keheranan ketika melihat Fiandra dan Ilham yang notabene musuh bebuyutan kini terlihat mesra di depan kelas.
apa kabar dengan duo enyak udah dapat belum berburu para duda 😍 semoga dapat ya nyak 😂😂😂😂