"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.16 Peraturan Aneh
Dahlia kembali masuk ke dalam rumah makan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dia menyimpan sate yang dia beli dan memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya karena takut nya ada yang tidak suka melihat dia berlama - lama duduk bersantai.
Tak lama berselang, pekerjaan Lia pun selesai.
"Lia, kamu belum makan, kan?" tanya Mbak Nah.
Iteung, Enah, dan Lia kini tengah berjalan beriringan menuju ke mes.
"Belum, mbak. Nanti saja kalau sudah sampai di mes", jawab Lia.
"Kalau gitu, kamu makan dulu, abis itu kita gantian mandi ya, Lia. Soalnya aku takut kalau ke kamar mandi sendirian", ujar Iteung.
"Ahh, kamu ini. Padahal kamu sudah lebih setahun tinggal di sini, kenapa masih juga takut ", ucap Enah.
"Bukan soal lama dan tidaknya tinggal di sini, mbak. Kan, mbak tahu sendiri kamar mandi kita berada di luar. Mana seram lagi ", ucap Iteung.
"Ahhh kamu, teung. Itu kan, hanya rumor saja."
"Hemm,... memang nya tempat ini angker ya, teung?", tanya Lia penasaran.
"Katanya sih begitu. Beberapa orang yang pernah bekerja di tempat ini mengatakan jika tempat ini angker. Mereka pernah melihat penampakan hantu di sekitar sini. Beberapa dari mereka pada nggak betah dan minta pulang dan tak pernah lagi kembali."
"Huss,...kamu jangan ngomong sembarangan, Teung. Sama saja kamu nakut - nakutin temen", tegur Enah.
"Ya bukan begitu, mbak. Tapi buat apa juga kita nutupin cerita yang begituan, kan?" ucap Iteung.
"Emm,... maaf sebelumnya, tapi aku juga tadi pagi melihat ada wanita yang lagi menangis di pojokan dekat jemuran. Apa menurut kalian wanita itu adalah hantu? Atau memang ada teman kerja kita yang sedang galau dan nangis di sana?", ujar Lia.
Ucapan Lia sontak membuat Enah dan Iteung saling pandang dan mereka menatap Lia dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Kamu serius, Lia?", wajah Iteung tegang. Lia menganggukkan kepalanya.
"Kan, Mbak. Apa aku bilang, tempat ini memang angker," Nyali Iteung semakin ciut untuk pergi ke kamar mandi seorang diri.
"Nggak mungkin lah, teung. Mungkin memang benar ada orang yang sedang galau dan nangis di pojokan", ujar Enah. Dia seperti enggan mempercayai cerita horor yang Lia alami karena selama ini dia memang tak pernah melihat secara langsung penampakan makhluk - makhluk menyeramkan itu di rumah ini. Meskipun dia sering kali mengalami kejadian - kejadian aneh.
"Tapi bukannya yang terakhir berangkat kerja tadi pagi adalah Lia, kan mbak?" ucap Iteung.
Lia semakin yakin bahwa tempat kerjanya yang sekarang ini angker. Namun diantara mereka bertiga, mungkin hanya Enah yang tidak mempercayai akan hal - hal yang berbau mistis seperti yang dialami oleh Iteung dan Lia.
Mungkin lantaran dia belum pernah mengalami kejadian - kejadian mistis seperti yang dia dan Iteung alami, pikir Lia.
"Sudah,... sudah. Nggak usah cerita yang begituan. Udah malam. Ayo buruan kita mandi lalu setelah itu istirahat," ujar Enah.
Mereka menuju ke kamar masing-masing dan sesuai seperti kesepakatan Iteung, ia menunggu Lia selesai makan setelah itu mereka mandi bergantian.
Malam harinya,....
Sama seperti malam - malam sebelumnya, kembali malam ini Lia tertidur dan terbangun sudah berada di tempat yang sama sekali tidak dia kenal.
Dari kejauhan, Lia melihat sosok bayangan yang berjalan ke arah nya.
"Kanda Mahesa,...kau kah itu?" tanya Lia.
Bayangan itu semakin dekat dan kini jelas terlihat bahwa yang datang menghampiri Lia adalah Mahesa.
"Dinda,... ini aku", ucap Mahesa.
Saat mengetahui jika yang ada di hadapannya adalah Mahesa, tanpa malu - malu, Lia langsung memeluk pemuda tampan itu.
"Kanda,... sekarang kita ada di mana?", tanya Lia. Gadis itu heran karena tempat ini berbeda dari tempat yang kemarin.
"Jangan takut Dinda, kita ada di tempat yang aman", jawab Mahesa.
Mahesa menghampiri Lia yang tengah duduk di atas ranjang besar dan sangat mewah milik nya. Dia juga ikut duduk di sana dan memeluk istrinya itu.
Lia masih merasa takut karena tidak mengenal tempat itu. Mahesa mengetahui kecemasan Lia. Dia kemudian berkata kepada Lia, "Kamu tidak perlu takut, kita ada di istanaku." Lia terkejut mendengar dia ada di istana Mahesa. Tapi bukankah istana Mahesa sangat jauh. Dan lagi pula, tempat ini bukan seperti di istana Mahesa yang dia lihat tempo hari.
"Ini adalah istana milikku sendiri. Istana ini dulunya adalah milik seorang raja jin ifrid yang aku kalahkan. Sekarang istana ini adalah milikku," ucap Mahesa.
Lia menganggukkan kepalanya meskipun dia belum sepenuhnya faham akan maksud perkataan Mahesa.
"Kanda,... bisakah kanda jelaskan apa maksud perkataan kanda kemarin?", tanya Lia.
"Maksud Dinda, perkataan yang mana?", Mahesa sedikit heran dengan pertanyaan istrinya.
"Kanda melarang ku makan makanan dari rumah makan, jelaskan padaku kenapa kanda melarang ku makan di rumah makan itu," tanya Lia.
"Kamu akan tahu nanti alasan nya. Lebih baik kamu turuti saja pesan kanda. Kalau bisa kamu larang juga teman kamu makan makanan apapun yang diberikan oleh keluarga Pak Karso", ujar Mahesa.
Entah karena alasan apa, Mahesa seperti enggan menjelaskan alasan dia melarang Lia makan apapun makanan yang berasal dari rumah makan atau makanan pemberian pak Karso atau pun keluarganya. Namun justru hal itu membuat Lia menjadi penasaran.
Akan tetapi meskipun demikian, Lia juga tak mungkin makan makanan yang ada di rumah makan itu karena dia sendiri merasa jijik setelah melihat apa yang dilakukan oleh semua makhluk - makhluk tak kasat mata itu.
"Kenapa kanda tidak menjelaskan alasannya sekarang saja", rengek Lia.
"Dinda,... nanti juga kamu akan tahu sendiri.. Sekarang ayo kita tidur. Sudah malam,"
Lia pun akhirnya mengikuti ajakan Mahesa untuk tidur. Tapi tentu saja keduanya melakukan apa yang biasa suami istri lakukan sebelum tidur. Setelah selesai, barulah keduanya tertidur pulas.
***
Pagi hari tiba,.....
Pagi sekali Lia sudah bangun dan segera mandi. Kali ini dia tidak kesiangan lagi karena pukul empat pagi Mahesa membangunkan dia sebelum pemuda jin itu pergi.
Sampai kini, terkadang Lia merasa aneh. Dia memang benar - benar bertemu dengan Mahesa dan melakukan hubungan suami-istri dengan pemuda yang merupakan suaminya itu. Tetapi anehnya hal itu mereka lakukan seperti mimpi saja.
Dahlia hanya mampu menarik napas menyadari keanehan yang terjadi dalam kehidupan nya kini.
"Loh Lia, ...kamu sudah bangun?", tanya Iteung yang baru saja hendak ke kamar mandi.
"Sudah,... hari ini aku tidak kesiangan lagi seperti kemarin", ucap Lia.
"Kalau begitu, tungguin aku mandi ya, soalnya aku takut mandi sendirian," pinta Iteung.
"Ya sudah,...kamu mandi sana. Aku mau jemur pakaian dulu di sana," tunjuk Lia ke arah tempat jemuran.
Iteung pun segera mandi dan Lia menjemur pakaiannya. Tak berapa lama kemudian terlihat Iteung yang keluar dari kamar mandi dan menjemur pakaian juga. Semua orang di sini memang menjemur pakaian pagi buta dan mengangkat jemuran saat sore. Mau tak mau, Iteung lah yang bertugas mengangkat semua jemuran itu karena di antara mereka hanya dia yang tidak terlalu sibuk di rumah makan.
"Kamu sudah selesai mandi nya, teung?", tanya Lia.
"Udah,... yuk kita berangkat sekarang!", ajak Iteung.
Dahlia dan Iteung berangkat lebih dahulu ke rumah makan.
Sampai di sana mereka sudah bertemu Enah yang sedang sibuk dengan pekerjaannya di sana.
"Mbak Nah sudah di sini sejak tadi?", tanya Lia.
"Iya", jawab Enah singkat sembari melempar senyum seperti ciri khas wanita itu yang murah senyum.
" Tumben hari ini mbak Nah nggak masak banyak kayak kemarin. Atau mungkin ini cuma perasaan ku saja", ujar Lia.
"Oh iya, ... aku belum kasih tahu kamu ya? Hari ini kan hari Selasa. Jadi hari ini kita buka nya sampai jam 5 saja," kata Enah.
"Hah, kenapa begitu?" Lia sangat heran.
"Nggak tahu kenapa, tapi kata Pak Karso sih biar kita nggak terlalu capek", jawab Enah.
Lia merasa sedikit aneh dengan peraturan yang dibuat oleh Pak Karso. Kenapa lelaki itu menyuruh menutup rumah makan lebih awal dari hari - hari biasanya..? Pikir Lia.