"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.Cheff Hidup
Di tempat kejadian, Sekompi Pasukan Polisi mendatangi TKP. Banyak korban yang berjatuhan. Ada yang mati, dan ada yang terluka. Saat pengeboman terjadi, Club' Malam itu penuh sesak. Para pengunjung menikmati Wine maupun Sampanye tanpa menyadari ada bahaya.
"Tolong....to...tolong aku..."
Terdengar rintihan seseorang meminta pertolongan dari bangunan dinding yang roboh. Pihak Polisi dan instansi terkait pun berdatangan di tempat itu. Ambulance pun berdatangan untuk membantu para korban.
"Apakah anda baik-baik saja?" Tanya petugas kebakaran yang selesai memadamkan api dan mendengar suara minta tolong.
"Kakiku ter timpa bata...nggak bisa kugerakkan."
"Baiklah, akan kupanggil petugas medis ke mari. Bertahanlah...."
Petugas kebakaran tersebut bergegas pergi. Tak berselang lama, dia kembali bersama para petugas medis yang membantu mengangkat korban ke mobil Ambulans.
"Siapa yang tega berbuat kejam begini? Club' Malam ku hancur lebur..."
Ternyata, pria yang minta tolong itu pemilik Club'Malam yang bernama Cheef. Sasaran balas dendam Bahama adalah dirinya. Namun, dia selamat berkat Perlindungan Tuhan. Tuhan belum menghendaki nyawanya. Agar bisa menguak siapa dalam dibalik kejadian tersebut.
"Jangan pikirkan itu dulu. Yang penting,anda selamat. Biarkan pihak Kepolisian yang mengusut tuntas kasusnya." Sahut petugas medis yang ikut naik bersamanya.
"Benar juga. Tuhan memberiku hidup agar aku bisa menemukan orang yang sudah berbuat kejam dan brutal!! Berapa nyawa yang melayang dalam insiden ini Dok?"
Cheef menatap sedih dan marah saat menatap puing-puing bangunan yang hancur itu. Di sana, semua porak poranda. Jerit tangis dan rintihan saling tumpang tindih. Dokter yang merawatnya, hanya diam.
"Jika aku yang menjadi sasaran nya, jangan orang lain yang jadi korbannya. Malam ini adalah Ulang Tahun ke 27 berdirinya Club' Malam ku. Banyak pengunjung yang datang. Oh Tuhanku....aku nggak sanggup membayangkan hal ini...."
Isak tangis pun pecah. Cheef sesenggukan, hatinya sedih dan pilu. Dadanya sakit, dia menangis untuk menumpahkan semua kesedihan yang tak sanggup dia tanggung sendirian. Sementara, Dokter memberi pertolongan pertama pada luka kakinya. Tampaknya, patah. Namun Dokter belum bisa memberitahu hal itu pada Cheef.
"Banyak yang meninggal di tempat. Karena kekuatan bom yang meledak sangat dahsyat!! Mungkin ada ratusan orang yang jadi korban."
Akhirnya, Dokter buka suara. Agar rasa penasaran Cheef berkurang. Namun hal itu malah membuat Cheef syok berat dan jatuh pingsan. Dokter pun menyuntikan obat penenang. Agar pasien merasa tenang.
Pihak kepolisian sibuk pada malam itu. Mereka berusaha mencari pelaku pengeboman yang memakan korban ratusan dalam sekejap. Pihak Polisi berhasil mencurigai tiga orang. Dan mereka memastikan, bahwa ketiga orang itu adalah komplotan pengeboman yang tertinggal.
Ketiga orang itu pun ditangkap. Namun, tidak ada yang hidup. Mereka meneguk pil racun ganas yang mematikan. Sudah jadi aturan bagi komplotan Organisasi Mafia itu. Siapa pun yang tertangkap, harus bunuh diri demi menghilangkan jejak agar tidak terlacak. Jika melanggar aturan, maka keluarga dan keturunannya dibantai tanpa sisa.
Bahama dan Tiger Hou yang melarikan diri dalam pengejaran itu tidak menyadari ada tiga anak buahnya yang tertinggal. Sementara pasukan yang dikoordinir oleh Snake, ketujuh- tujuh nya kembali dengan selamat.
Polisi kesulitan menemukan jejak pelakunya. Rombongan Bahama dan Tiger Hou yang melalui terowongan bawah tanah, akhirnya tiba di Markas Komando nya.
Pihak kepolisian pun kesulitan menemukan mereka. Seperti kejahatan yang sudah matang direncanakan. Pembunuhan massal yang begitu gampang mereka lakukan. Siapa manusia berhati iblis Jahanam yang tega melakukan itu semua?
"Apa yang harus kita lakukan Komandan?"
Tanya salah seorang Polisi yang berpangkat Sersan pada atasannya yang tampak kebingungan dengan kasus yang dihadapi saat ini.
"Selamatkan dulu nyawa yang masih bisa kita selamatkan. Ayo, kita bantu pihak medis menangani para korban. Untuk mengejar komplotan itu, tidak gampang. Ada orang hebat yang berdiri di belakang mereka."
Jawaban Komandan Polisi itu terdengar begitu gundah. Sang Sersan pun langsung mengerti dan bertindak sesuai instruksi Sang Komandan, membantu para korban di Tempat Kejadian.
Korban yang meninggal, langsung di data dan di serahkan pada pihak keluarga. Jerit tangis pun mewarnai insiden tragis itu. Tangisan keluarga korban pun pecah. Langit seolah ikut merasakan tragedi yang sedang melanda bumi. Mendung tebal dan hitam menaungi tempat itu. Hujan deras pun mengguyur tempat tersebut, sehingga api yang belum padam karena konsleting listrik saat pengeboman menjadi padam.
Para relawan di bantu pihak kepolisian agak kesulitan menyelamatkan para korban di tengah kegelapan malam dan kondisi hujan deras. Mobil Ambulans pun lalu lalang membawa para korban menuju Rumah Sakit terdekat.
Cheef yang tak sadarkan diri, sudah dibawa oleh pihak medis ke Rumah Sakit. Pihak kepolisian bilang, bahwa Cheef adalah saksi kunci yang bisa mengurai tuntas kasus ini. Kasus yang membawa puluhan nyawa melayang dan ratusan orang terluka. Pihak kepolisian pun menempatkan anak buahnya untuk melindungi Cheef selama perawatan di Rumah Sakit tersebut.
"Jaga orang itu, jangan ceroboh!!"
Perintah Komandan Polisi itu pada Sersan kepercayaan nya. Nada bicaranya yang tadinya gundah dan agak takut, berubah tegas penuh keyakinan bahwa kasus yang beliau tangani ini bersumber dari orang yang bernama Cheef, pemilik tunggal Club' Malam tersebut.
"Baik Komandan!!" Sahut Sersan itu dengan tegas.
"Periksa siapa pun yang menjenguk maupun orang-orang yang berusaha mendekatinya. Siapa pun yang mencurigakan, tindak tegas di tempat!!"
"Siap Komandan!!"
"Aku pergi dulu ke Markas, minta seseorang ikut membantu tugasmu!"
Komandan Polisi itu pun pergi meninggalkan Rumah Sakit, di mana Cheef dirawat. Sersan Aldrin pun mengangguk hormat dan mengantar Komandan nya pergi. Sepeninggal Sang Komandan, Sersan Aldrin menjenguk Cheef yang sudah sadar dan sedang makan.
"Siapa kamu?" Tanya Cheef heran, sampai menghentikan kegiatan makannya. Setelah sadar dari pingsannya, perutnya merasa lapar dan meminta suster untuk membawakan makanan untuknya.
"Perkenalkan, saya Sersan Aldrin yang ditugaskan menjaga anda. Bagaimana keadaan anda?"
Sersan Aldrin menjawab dengan sabar dan berusaha bersikap profesional sebagai seorang pengawal. Bukan lagi seorang Polisi yang bertugas mengintrogasi penjahat.
"Jangan tanya lagi bagaimana keadaan ku. Jika kamu tahu, dan bisa merasakan apa yang kurasakan....aku memilih mati!"
Jawaban Cheef sangat memilukan. Kesedihannya nggak bisa dia lukiskan. Namun, perut yang lapar nggak bisa dia tutupi. Perasaan apapun, jika dibarengi perut lapar pasti makanan nomor satu yang terlintas di pikiran.
"Maafkan saya, silakan dilanjutkan makannya. Saya akan menjaga dan melindungi anda di depan pintu."
Sersan Aldrin pun membungkuk hormat sebelum meninggalkan kamar pasien. Cheef hanya menganggukkan kepala. Meskipun perasaannya campur aduk nggak karuhan, rasa laparnya nggak terbendung lagi. Dia pun menyantap dengan lahap makanan dihadapannya. Dia bisa berpikir jernih bila perutnya kenyang. Dan bisa mencerna, apa yang sebenarnya terjadi, sehingga bisnisnya hancur dalam sekejap dan memakan banyak korban.