Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Cumi bakar Zio
"Mom.., apa itu cumi bakar permintaan Zio. Kenapa kalian menghabiskannya," ucap Zio cemberut dan itu membuat Emma gemas melihatnya. Zio sengaja datang lebih cepat karena tidak sabar lagi untuk memakannya.
Emma bangkit dari kursinya dan mendekati Zio, "Kenapa langsung cemberut sih anak mommy," ujar Emma mengusap kepala Fazio.
"Cuminya tinggal 2 mom, Zio kan udah cepat datang karena tidak sabar lagi ingin makan cumi masakan mommy," jawab Zio membuat Emma terkekeh.
"Hmmm.., tunggu disini sebentar," ucap Emma berjalan menuju lemari pantry.
"Tenang saja, mommy udah menyimpan cuminya untuk Zio kok, " ujar Emma setelah mengambil piring yang berisi cumi bakar dari lemari pantry. Zio yang melihat itu langsung berbinar tidak sabar lagi untuk mencicipinya.
"Ayo duduk dulu, mommy ambil piring sebentar," ujar Emma membantu Zio duduk di kursinya.
"Leon, Cio ayo dilanjut lagi makannya.." ujar Emma mengusap kepala mereka.
"Zio kesini tadi sama siapa sayang?" tanya Emma.
"Diantar supir mom," jawab Zio sembari mengunyah makanannya.
"Mom...aakk," ujar Zio mendekatkan sendok nya pada Emma. Zio tampaknya ingin menyuapi Emma.
Emma membuka mulutnya menerima suapan dari Zio.
"Enak kan mom..." ucap Zio.
"Iya enak banget," balas Emma tersenyum.
"Itu karena Zio yang menyuapi mommy," ujar Zio bangga.
"Kamu benar sekali sayang.." balas Emma. Tanpa disadarinya, Javier sejak tadi memperhatikan Emma dan Zio.
Setelah mereka selesai makan, Emma merapikan meja makan.
"Kalian duduk di ruang tengah dulu ya, kakak mau membereskan meja dulu," ujar Emma.
"Mom, Zio bantu ya," ujar Zio turun dari kursinya membawa piring miliknya ke wastafel.
"Tidak perlu Zio, biar mommy aja," ujar Emma.
"Tidak apa-apa mom, Zio pengen bantu mommy, boleh ya" pungkas Fazio.
"Leon juga mau bantu.." ujar Leon tidak mau kalah dengan adiknya.
"Cio juga," timpal Cio. Padahal sebelumnya mereka tidak pernah melakukan itu, mereka biasanya selalu dilayani di rumah mereka.
Setelah selesai mencuci piring yang mereka pakai, Emma mengajak anak-anak menuju ruang tengah, bergabung dengan Javier yang sedang menonton tv. Emma juga tak lupa membawa puding untuk mereka santap.
Sepertinya keempat laki-laki di hadapan Emma, sangat menyukai puding buatannya. Buktinya tak butuh waktu yang lama, pudingnya hampir habis.
Hanya tersisa 3 potong lagi. Bisa dihitung Emma hanya memakan dua potong saja sejak tadi.
"Dad..., kenapa daddy mengambilnya lagi. Ini kan tinggal 3 potong lagi. Dan itu seharusnya untuk kami bertiga. Daddy udah makan banyak dari tadi," ucap Leon saat Javier mengambil puding yang ada di piring. Javier mengalah hingga akhirnya menaruhnya kembali di atas piring.
"Perasaan kita makan dalam jumlah yang sama," gerutu Javier.
Emma yang melihat mereka menahan tawanya, saat melihat ekspresi Javier.
"Mom, kami pulang ya," ujar Zio memberi isyarat pada Emma agar menunduk.
"Cup..., Zio sayang mommy ," ucap Zio mengecup pipi Emma.
"Mommy juga sayang Zio," balas Emma mengecup puncak kepala Zio.
"Leon juga pulang kak, bye.." ucap Leoncio.
"Cio pulang ya kak..," timpal Lucio.
"Hati-hati di jalan ya," ujar Emma mengusap kepala Leon dan Lucio. Ketiga anak itu kemudian masuk ke dalam mobil.
"Pak, itu , saya bisa jelaskan kenapa Zio memanggil saya mommy. Saya tidak ingin anda salah paham pak," ujar Emma hati-hati. Sedari tadi ia ingin memberi penjelasan pada Javier.
"Tidak apa-apa, lagi pula Zio sepertinya sangat menyukai mu, saya bisa melihatnya tiap kali kalian berinteraksi," ujar Javier.
"Terima kasih sudah menjamu kami, masakan mu sangat enak," ujar Javier memuji Emma.
"Ngomong-omong, saya suka makan puding buatan mu. Bisakah kamu membuatnya lagi untuk ku dan membawanya besok ke kantor?" ucap Javier.
"Terima kasih untuk pujiannya Pak, besok saya janji akan bawa pudingnya untuk Bapak," ujar Emma
"Kalau begitu kami pulang dulu," lanjut Javier kemudian masuk ke dalam mobilnya.