BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 33
Kirana bangkit, meneguhkan hatinya dan juga membuang jauh urat malunya. Dengan bertumpu pada lututnya, Kirana menghampiri bosnya yang juga setengah berdiri dengan bertumpu lutut. Kirana mendekat. Pandangan keduanya bertemu. Kirana dengan mata berkaca-kaca dan pandangan sayu karena berharap bosnya itu akan menghentikan kegilaannya. Sedangkan Arsen dengan pandangan biasa saja dan terkesan cuek.
Kedua tangan Kirana perlahan terulur dan langsung melingkar di leher Arsen. Ya Tuhan, kenapa rasanya aku sudah seperti wanita penggoda begini. Jerit Kirana dalam hati. Perlahan Kirana mendekatkan wajahnya ke wajah Arsen karena adegan yang sempat ditontonnya tadi berawal dari sebuah ciuman. Cup! Kirana menempelkan bibirnya di bibir Arsen, namun bosnya itu hanya diam saja.
Sengaja! Ya, Arsen memang sengaja diam saja dan tidak membalas ciuman Kirana karena ingin melihat sejauh mana usaha dari istrinya itu untuk meluluhkannya.
Ya Tuhan, masa iya aku harus menggigit bibirnya seperti yang biasa dilakukannya kepada ku. Lagi-lagi Kirana bergelut dengan pikirannya sendiri. Namun apa boleh buat. Bukankah urat malunya tadi sudah dibuangnya jauh-jauh. Harusnya dirinya sudah tidak memiliki urat malu lagi kan? Kirana memutar otaknya untuk mengingat adegan apa saja tadi yang sempat ditontonnya.
Kirana melepas tautan bibirnya kemudian bibirnya itu berpindah ke telinga Arsen. "Buka sayang, bagaimana aku bisa masuk kalau kamu tidak membukanya." Lirih Kirana dengan suara dibuat seseksi mungkin dengan dibumbui d3$@h@n serta 1um@t@n pelan di daun telinga Arsen.
Ah sialan! Arsen merinding dibuatnya. Arsen benar-benar tidak menyangka istrinya itu bisa s3bin@1 itu dalam sekejap. Tapi Arsen suka. Memang itu yang dia inginkan. Tanpa aba-aba Arsen langsung membanting pelan tubuh istrinya itu ke atas kasur dan langsung menindihnya.
"Sudah pintar rupanya." Arsen menyeringai dan langsung menyerang bibir istrinya dengan brutal untuk memancing g@ir@hnya. Tangannya juga tidak tinggal diam, mencoba melepas pengait bra istrinya dan langsung melemparnya. Bra itu pun melayang ke udara dan akhirnya nyangkut di atas lampu tidur yang masih padam karena lampu utama kamar masih menyala terang.
Sepasang bukit kembar istrinya langsung terpampang jelas di depan matanya. Tanpa menunggu waktu Arsen langsung menyerangnya.
"Aaaahh!" Satu d3$@h@n lolos dari bibir Kirana yang membuat Arsen semakin bersemangat memainkannya dengan lidahnya. Arsen meraih tangan kanan istrinya itu dan langsung mengarahkannya ke miliknya.
Kirana langsung berjingkat saat tangannya menyentuh sesuatu yang masih lemas karena masih tertidur pulas. Kirana pun kembali menarik tangannya. Namun Arsen lebih dulu menahannya dan kembali mengarahkan tangan Kirana untuk memegang miliknya.
Kirana pasrah! Ya Tuhan, apa memang harus seperti ini? Kenapa lembek begini? Ingin rasanya Kirana menjerit. Awalnya Kirana hanya menempelkan tangannya saja. Namun entah mengapa seolah-olah instingnya yang bekerja. Tangannya itu perlahan mulai memberikan sentuhan-sentuhan kecil dan berakhir dengan r3m@$@n-r3m@$@n hingga membuat Arsen merem melek karena begitu menikmatinya.
Lama keduanya melakukan pemanasan hingga keringat mulai membasahi tubuh keduanya. Namun sayangnya senjata milik Arsen tak juga berdiri tegak seperti yang diharapkan oleh pemiliknya.
Ah sialan! Umpat Arsen dalam hati karena dirinya benar-benar merasa tidak bisa menjadi laki-laki sejati. Padahal dirinya tadi sudah sempat merasakan getaran juga kedutan di miliknya. Arsen pikir miliknya itu akan segera berdiri, namun nyatanya tidak.
Sreeeeekkkk!!
"Aaaahh!" Kirana langsung melepaskan pagutannya saat merasakan selembar kain yang menutupi tubuh bagian bawahnya ditarik oleh bosnya. Ya, Arsen berharap dengan melihat milik istrinya itu miliknya bisa segera terbangun.
Arsen kembali m31um@t bibir istrinya dan tidak memberi celah sedikitpun untuk istrinya itu memberontak. Dan lagi-lagi Kirana hanya bisa pasrah. Tangan Arsen mulai bermain-main dipusat tubuh bagian bawah istrinya. Mengelus-elusnya dengan penuh kelembutan. Membuat Kirana merasa seperti tersengat aliran listrik bertegangan tinggi. Dan lama-lama membuatnya gelisah, seolah-olah ada yang ingin meledak dari dalam tubuhnya.
"Aaahh! Tu-Tuan." Kirana melepas tautan bibirnya dengan nafas tersengal dan juga suara yang terbata. "Se-sebentar." Kirana mendorong tubuh suaminya yang ada di atasnya. Namun tubuh kokoh itu tidak bergeser sedikitpun. "Sa-saya ma-mau pi-pipis Tu-Tuan." Suara Kirana tersengal-sengal karena sepertinya dirinya sudah di ujung tanduk.
Arsen nampak menyeringai. Pasti istrinya itu hampir keluar. Arsen semakin mempercepat gerakan tangannya di bawah tubuh istrinya dan membuat istrinya itu semakin gelisah.
"Tu-Tuan, se-sebentar. Aaaahh, Tu-Tuan. Ak-aku ma-mau pi-pipis." Ujar Kirana lagi.
Arsen seolah tuli, tidak mendengar rintihan sang istri. Justru rintihan istrinya itu semakin membuatnya bersemangat dan mempercepat gerakan tangannya. Mulutnya pun bergerak aktif memainkan kedua bukit kembar istrinya bergantian. Hingga.......
"Aaaaaaaahhhh!!" Kirana akhirnya mendapatkan pelepasan pertamanya. Tubuh Kirana langsung lemas tak bertulang. Arsen terlihat menyeringai karena berhasil membuat istrinya terkapar tak berdaya. Namun sayang miliknya itu belum juga menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
"Tu-Tuan, maaf saya ngompol." Lirih Kirana pelan karena sudah tidak memiliki tenaga lagi.
Arsen segera beranjak dari atas tubuh istrinya kemudian turun dari atas tempat tidur. Tak lupa dirinya menarik selimut untuk menutupi tubuh polos istrinya. Setelah itu ia langsung melangkah menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Arsen keluar dari ruang ganti dan mendapati istrinya itu ternyata sudah tertidur lelap. "Dasar bodoh!" Maki Arsen pelan. Namun dirinya benar-benar merasa beruntung karena bisa mendapatkan gadis sepolos istrinya itu. Tidak seperti wanita-wanita yang selama ini dikencaninya, bekas orang lain. Cih! Sekarang dirinya sudah mendapatkan mainan baru, jadi dirinya tidak akan pernah lagi menyewa wanita-wanita bayaran itu.
Arsen melangkah mendekati nakas di mana ponselnya berada. Diraihnya ponselnya itu kemudian dirinya melangkah menuju ke balkon kamarnya. Sambil berdiri menyandar pada pembatas balkon, Arsen menekan nomor ponsel sekretarisnya. Dan saat panggilan itu tersambung, sekretarisnya itu langsung memberikan laporan kepada dirinya bahwa mereka sudah tiba di salah satu rumah sakit yang ada di luar negeri. Namun sayangnya semua donor kornea mata yang tersedia tidak ada satupun yang cocok dengan Pak Irwan. Jadi pihak rumah sakit memintanya untuk menunggu selama beberapa saat lagi. Tak lupa Arsen meminta, lebih tepatnya melarang sekretarisnya itu memberikan kabar apapun tentang kondisi Pak Irwan kepada Kirana dan hanya mengizinkannya memberi kabar kepada dirinya saja.
Sekretaris Niko merasa curiga dengan permintaan bosnya itu. Namun dirinya juga tidak memiliki pilihan lain selain menuruti semua permintaan bosnya. Sekretaris Niko masih sayang dengan pekerjaannya. Jadi dirinya memilih menurut saja.
Setelah mengakhiri panggilan teleponnya dengan sang sekretaris, Arsen kembali menyeringai. Ya, itu semua ia lakukan untuk dijadikan alat agar istrinya itu mau menurut dengannya.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
ntah lah karna jawaban ny hny othor saja yg tau😅😅