Alea dan Radit baru saja merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang pertama, keesokan harinya Radit ditugaskan keluar kota. Siapa sangka kepulangan Radit dari luar kota merubah kebahagiaan Alea menjadi air mata.
Radit meminta Alea untuk membantu membiayai kebutuhan rumah tangga mereka dan juga membantu membiayai hidup ibu Radit yang belum lama ini menjada, dengan alasan usaha yang dia jalani sedang dalam masalah dan Radit hanya mengandalkan gajinya sebagai pegawai negeri.
Alea yang memiliki peghasilan tidak keberatan membantu sang suami. Tanpa Alea tahu, jika sebenarnya Radit telah menduakan Alea dengan Hana, teman satu kantornya.
Radit berubah menjadi suami yang dingin, menimbulkan kecurigaan bagi Alea.
Alea mencari tahu penyebab Radit berubah, Alea akhirnya menemukan fakta jika Radit menduakan cintanya.
Apa yang akan dilakukan Alea setelah tahu Radit berselingkuh?
Yuk ikuti ceritanya di Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku menjadi Kaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Resmi Bercerai
Setiap menghadiri sidang perceraiannya, Alea selalu didampingi Reina, sebagai saudara dan orang terdekat Alea, Reina setia mendukung langkah yang diambil Alea.
Apa yang dilakukan Reina, juga dilakukan Deri. Ayah dari dua anak kembar itu selalu hadir dan menemani Alea di persidangan.
Tidak hanya Reina dan Deri, Bagas yang selama ini banyak membantu Alea juga selalu hadir menemani karyawan kesayangannya itu. Membuat Alea merasa tidak sendiri menghadapi masalah yang kini dia hadapi.
Seperti saat Radit menghadirkan Hana untuk membelanya, Alea diberi kekuatan oleh Reina untuk kuat menghadapi wanita perebut suami orang itu.
"Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Radit." jawab Hana saat dimintai keterangan oleh hakim.
Wanita itu bersikukuh dia tidak pernah merebut Radit dari Alea. Entah apa maksud Hana membela diri seperti itu dan menyangkal bukti yang Alea berikan pada pengadilan.
"Hakim tahu mana yang benar dan mana yang salah." bisik Reina menguatkan Alea.
Persidangan selanjutnya kembali mengejutkan untuk Alea, ibu mertua nya ikut dihadirkan Radit untuk membelanya. Tapi kenyataannya pengakuan mama Radit memberatkan Radit.
"Putra saya tidak pernah memberikan saya uang bulanan." ucap mama Radit di depan hakim dan yang hadir di persidangan itu. Membuat Alea semakin yakin lagi untuk bercerai dengan Radit.
Penjelasan itu membuat Alea menggeleng tidak percaya, bagaimana dia bisa dibodohi Radit sedemikian rupa selama ini? Kemana dan untuk apa uang itu Radit pergunakan, Radit mencuranginya sejak lama. Dan Alea menerima saja selama ini.
Hari ini adalah sidang terakhir, dimana akan dibacakannya keputusan akhir dari gugatan cerai yang Alea ajukan. Memikirkan ini sejak kemarin malam, Alea tidak bisa tenang. Meskipun matanya terpejam, tapi pikirannya selalu saja memikirkan hari ini.
Menurut pengacara yang selalu mendampingi Alea, mereka yakin, permintaan Alea akan disetujui oleh pihak pengadilan. Dia yang akan memenangkan persidangan ini. Meskipun setiap kali persidangan, Radit selalu saja menolak permintaan Alea. Entah apa yang menyebabkan laki-laki yang pernah mendampingi hidupnya itu tidak ingin melepaskannya, jika hanya menyesali apa yang terjadi tidak menutup kemungkinan Radit akan mengulangi pembuatannya. Dan Alea tidak ingin terluka lagi.
"Kamu siap, Lea?" tanya Reina yang melihat Alea tampak tidak seperti biasanya. Saudaranya itu tampak pucat dan gugup. Reina mengerti, sekuat apapun Alea mencoba untuk tegar tetap saja dia akan sedih. Siapa yang ingin gagal dalam berumah tangga, terlebih lagi usia pernikahannya masih seumur jagung.
Siap tidak siap, Alea harus siap dengan keputusan yang akan dibacakan hakim. Jika permohonan perceraiannya dikabulkan, Alea sudah siap menyandang status janda. Jika tidak dikabulkan, maka Alea akan terus berjuang sampai permohonannya diterima.
"Alea"
Alea berbalik dan mengehentikan langkahnya, dia tahu itu suara Radit, suara yang dulu menggetarkan hatinya. Radit memang selalu menyapanya setiap mereka bertemu di persidangan. Meskipun Alea selalu dingin menghadapi sapaan Radit.
"Bagaimana kabarmu, Lea?" tanya Radit begitu sudah berdiri di hadapan Alea.
Mata mereka bertemu, dan Alea langsung memutus pandangannya. Alea tidak ingin Radit tahu, jika saat ini dia sangat gugup. Entah mengapa Alea sendiri tidak mengerti mengapa dia begitu gugup menghadapi hari ini.
"Baik." Alea menjawab singkat seperti biasanya.
"Tunggu." Tahan Radit langkah Alea, saat istri yang akan jadi mantan itu hendak berlalu dari hadapannya.
"Alea, aku tahu, aku tidak bisa menolak perceraian ini. Tapi kamu harus tahu, bahwa kamu adalah yang terbaik yang pernah mendampingiku" ucap Radit.
Selama persidangan, Radit selalu menolak untuk bercerai. Tapi dia yakin, hakim akan menyetujui gugatan Alea. Pengacaranya sudah memberikan gambaran, mereka sulit untuk menyangkal bukti-bukti yang di berikan Alea pada pengadilan.
Sekali lagi Radit harus mengakui kehebatan Alea, istrinya itu mampu menahan diri sehingga bisa mengumpulkan semua bukti kelakuan buruknya.
"Ijinkan aku... untuk sekali ini saja ijinkan aku memelukmu lagi, Alea." pinta Radit memohon.
Sedikit gemetar Alea menjawab permintaan Radit hanya dengan menganggukan kepalanya. Meskipun menyakitkan bagi Alea, tapi dia membiarkan Radit kembali memeluknya. Alea sudah memaafkan Radit, meskipun dia tetap memilih untuk bercerai.
Radit tersenyum pada Alea, dia tahu setelah hari ini tidak ada alasan lagi baginya untuk bisa bertemu Alea. Itulah mengapa Radit meminta pada Alea, agar bisa memeluk wanita yang akan menjadi mantan istrinya ini. Sekali saja, sebelum mereka resmi bercerai.
"Terima kasih sudah hadir didalam hidupku, Alea. Aku mencintaimu, maaf cintai ini membuat mu terluka." bisik Radit sambil memeluk erat Alea. Jika saja memungkinkan dia tidak akan melepaskan pelukan ini.
"Maaf untuk luka yang sudah aku gores kan di hati mu, Alea." ucap Radit lagi.
"Aku akan terima apapun keputusan hari ini." lanjut Radit.
"Aku juga ikhlas, rumah yang ku buat untuk mu menjadi milik mu, cintaku." ucap Radit mengakhiri ucapannya sambil mengurai pelukannya.
Benarkah Radit sudah ikhlas? Hanya Radit yang tahu kebenarannya.
Alea tidak bisa berkata apa-apa, dia membiarkan Radit memeluknya. Walau sebenarnya Alea harus berjuang keras melawan rasa takutnya, takut Radit kembali berbuat diluar batas. Alea terkadang masih trauma dengan apa yang pernah Radit lakukan padanya.
Sementara itu Bagas yang baru saja tiba disana segera memalingkan wajahnya, dia tidak ingin melihat pemandangan yang membuatnya cemburu. Walau dia tahu, Radit masih memiliki hak atas Alea.
Masuk ke ruang sidang, Alea dan Radit diminta duduk dihadapan hakim. Mereka duduk berdampingan, meskipun ada jarak antara kursi yang Alea duduki dengan tempat duduk Radit.
Tidak seperti Alea yang menatap lurus ke depan, mendengar dan menyimak apa saja yang di bacakan hakim. Radit lebih memilih untuk melihat Alea, kapan lagi dia bisa melihat Alea sedekat ini.
Menarik nafas panjang, Alea merasa lega. Hakim memutuskan gugatan Alea di terima, itu berarti Alea dan Radit resmi bercerai.
Radit berjalan mendekati Alea. "Aku jatuhkan talak satu padamu, Alea Permata Sari." ucap Radit yang hanya di dengar Alea.
Ada perasaan terluka Radit mengatakan kata talak langsung di hadapannya, lebih sakit saat hakim yang membacakan jika sudah jatuh talak satu padanya oleh Radit. Laki-laki itu berlalu dari hadapan Alea sambil tersenyum, entah apa arti senyum yang Radit berikan, Alea tidak bisa menduga.
"Selamat Alea. Ingat ini bukan akhir dari segalanya." ucap Deri, memberikan nasihat pada Alea yang masih berdiri terpaku di tempatnya sambil melihat punggung Radit yang menjauh.
"Alea tahu, Bang." jawab Alea. Bukan kali ini saja dia mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Deri.
"Mbak Rei yakin kamu kuat." tambah Reina ucapan Deri sambil merangkul saudaranya itu.
"Buka hatimu lagi, lihat sudah ada yang ingin masuk." bisik Reina menunjuk Bagas dengan lirikan matanya.
Pimpinan mereka bekerja itu hanya diam saja, tidak ada niatannya untuk mendekati Alea apa lagi mengucapkan selamat. Hanya senyum terlukis di wajahnya, tidak ada yang tahu arti senyum itu.
Alea menggelengkan kepala, "Tidak untuk saat ini, Mbak Rei." jawab Alea.
Dia masih mencoba menata hati untuk memulai lagi kehidupan percintaannya, meskipun Alea merasa hatinya sering bergetar disaat Bagas menatap lekat padanya. Apakah Alea sebenarnya sudah jatuh cinta pada Bagas?
"Ayo pulang." ajak Deri yang disetujui oleh Reina yang langsung mengiring Alea keluar dari ruang sidang.
Entah kemana Bagas, Alea tidak menemukan laki-laki itu di ruang sidang ini saat dia melihat sekelilingnya.
"Apa dia sudah pulang?" tanya Alea dalam hatinya.
Tiba di rumah yang dia dan Radit tempati, Alea meluruhkan tubuhnya, dia menangis. Sudah sejak siang Alea menahan rasa yang menyesakkan dadanya, tapi dia harus terlihat kuat didepan semua orang. Apa lagi, temannya satu kantor, khususnya satu tim dengan Alea sudah mengetahui perceraiannya dengan Radit.
Menatap sekeliling rumah, banyak kenangan indah yang terlintas dalam ingatan Alea. Sekuat apapun dia mencoba tegar, tetap saja Alea merasakan perpisahan itu menyakitkan.
Biarlah kali ini saja, dia menumpahkan air matanya untuk terakhir kalinya. Alea akan berusaha kembali menjalani hidup dengan bahagia setelah ini, itu janji yang dia ucapkan. Apalagi sekarang hidupnya mulai jauh lebih baik, dari saat dia bersama Radit.
"Selamat tinggal masa lalu." ucap Alea.
"Selamat datang masa depan." lanjut Alea ucapannya untuk memberi semangat pada dirinya sendiri.
...💔💔💔...
...Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjadi Kaya...