siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MIMPI RAYHAN
******* Rayhan Hardiansyah *********
Selesai menelpon para sopirku aku Kembali duduk santai di belakang rumah Ibu mertuaku. Merogoh saku celana yang berisi sebungkus rokok. Walaupun aku cukup candu, namun aku nggak pernah sembarangan dalam merokok.
Aku menyesap pelan batang rokok yang sudah ku nyalakan. Aku Kembali mengingat sesuatu yang di katakan Shena yang cukup membuatku gelisah. Apakah dia terluka dengan sikapku? Tapi aku juga menderita dengan kehidupanku.
Aku sangat terpukul kehilangan Naila, dan sekarang ada Shena yang harus ku beri perhatian khusus. Aku merasa menjadi lelaki yang tidak berguna atas apa yang aku lakukan. Pikiran dan respon fisikku saling bertentangan. Aku tidak memikirkan kebahagiaan Shena. Tapi saat dia membutuhkan apapun fisikku reflek bergerak cepat
Dekat dengannya cukup menyiksa, seketika ada bayangan Naila berada di tubuh Shena. Aku Kembali merasa bersalah, merasa aku sangat tidak berguna. Menghianati Naila dalam pernikahanku dengan Shena.
“Maafkan aku Nai”
Aku menghela napas dengan berat, aku mencoba tenang. Aku nggak mau mencari masalah di rumah mertuaku. Sampai aku tidak sadar sudah banyak batang rokok yang aku habiskan. Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal, kenapa aku semakin candu dengan benda sialan ini!
Aku membuang asal bungkus rokok yang sudah kosong. Sebelum aku masuk aku menyikat gigiku untuk menghilangkan jejak bau rokok di mulutku. Aku juga mengganti bajuku biar bagaimanapun aku harus memikirkan Kesehatan Shena yang sedang mengandung anakku.
Selesai mengganti bajuku, aku merebahkan tubuhku di sebelah Shena. Aku menatap tubuhnya yang sudah terlelap. Shena tidak sekurus dulu, walaupun dia tetap terlihat kecil. Aku Kembali menghela napas mala mini aku harus berhimpit tidur dengannya di Kasur kecil ini.
Dia sudah tertidur pulas walaupun tangannya masih setia di atas perutnya. Aku mencoba menyingkirkan tangannya karena mungkin itu akan membuatnya sesak
Aku baru sadar tidur berdua itu cukup nyaman. Apakah aku terlalu naif? Ku gelengkan kepalaku beberapa kali. aku kemudian memilih untuk tidur karena memikirkan itu membuatku tambah pusing.
Aku tertidur cukup lelap dan pagi ini aku terbangun saat matahari sudah menampakkan diri dengan cahayanya yang cukup menyilaukan mata. Aku terbangun dan hamper terjatuh, aku berpegangan erat di kursi, kenapa aku bisa tidur di kursi ini?
Aku celingukan memperhatikan sekeliling. Tidak ada siapapun di tempat ini. Langit biru dan juga warna putih yang cukup indah. Aku duduk menikmati suasana yang indah
“Mas”
Aku terperanjat kaget, aku memandang Shena yang terlihat cantik. Dia tersenyum dan mendekati aku, aku menyipitkan mata memperhatikan dia
“Shena?”
“Aku ingin bersamamu Mas, kenapa menjauh? Aku mengandung anakmu, Mas. Tidak bisakah kamu mencintaiku, walaupun hanya sehari saja.” Ucapnya dengan tatapan sendu.
Aku menggelengkan kepala, kenapa Shena tiba – tiba berkata seperti itu? Aku Kembali menatapnya dengan heran. Tapi tiba – tiba Naila muncul di belakan Shena. Ia terlihat marah dengan tatapannya yang datar.
“Naila?”
“Kamu, pembohong, Mas. Kamu lupa dengan janjimu dulu? Aku menunggumu Mas. Kenapa kamu menduakanku?” wajah Naila terlihat sedih.
“Tidak…tidak Naila!” teriakku
Naila berlari menjauh dari tempat itu, aku langsung berlari mengejarnya. “Dengar Naila aku nggak akan melupakanmu, aku hanya mencintai kamu” ucapku sambil berteriak.
Naila terlihat semakin marah “Kamu melupakanku mas, kamu menduakanku”
“Tidak Naila, aku nggak melupakanmu. Kamu satu – satunya Wanita yang aku cintai sampai kapanpun”
“Kamu sudah memiliki istri Mas. Aku mencintaimu tapi aku nggak mau membuat istrimu menderita”
“Aku hanya mencintaimu Naila”
Aku berteriak mengejar Naila. Namun, aku gagal mendekatinya, aku berteriak frustasi. Aku Kembali kehilangan Naila, aku tidak bisa jauh darinya, aku tidak bisa kehilangan dia lagi.
“Naila!”
Aku menangis histeris, kenapa ini terjadi denganku? Aku sudah mengubur perasaan cintaku Bersama Naila, aku tidak bisa mencintai orang lain selain Naila. Aku merasa berhutang nyawa dengannya.
“Kamu sudah gila, Mas Rayhan!”
Aku berbalik arah melihat Shena yang berteriak memakiku. Dia berjongkok dengan tubuhnya yang semakin menghilang.
“Kamu akan semakin terluka karena janjimu sendiri Mas!” ucap Naila
“Kamu akan kehilangan segalanya, setelah apa yang kamu perbuat sendiri” suara Shena terdengar jelas
Suara Shena dan Naila saling bersautan di telingaku.
Aku melangkah dan berlari mencari keberadaan naila dan Shena yang telah menghilang. Seketika suasana menjadi aneh, penuh kabut dan aku hanya bisa melihat kabut putih yang kian menebal.
Aku meremas kepalaku dengan keras, aku berteriak memanggil Shena dan Naila bergantian. Sampai akhirnya aku kelelahan dan membuatku terjatuh. Seketika aku terperanjat dan langsung membuka mata.
Aku semakin kaget, sampai tubuhku bergeser dan membuat Kasur bergoyang. Aku melihat Shena yang berada di hadapanku, apakah aku sedang bermimpi?
“Mas”
Dengan degupan jantung yang masih cukup kencang aku memperhatikan Shena dengan tatapannya yang aneh.
“Kenapa Mas?”
“Kenapa kamu memelukku?” tanyaku
“Kamu yang meluk aku sejak tadi. Tidak sadarkan jika tanganmu yang masih di perutku” ucapnya dengan suara tegas.
Aku langsung memperhatikan itu. Benar saja, ternyata aku yang memeluknya tanpa aku sadari. Aku langsung melepaskan pelukanku dan turun dari Kasur. Aku berdiri dengan tegak mencoba menenangkan hatiku.
Aku bermimpi dan memeluk Shena di dunia nyata, aku cukup syok mengingat mimpiku tadi. Aku mengelus dada, berulang kali aku menghela napas untuk menormalkan detak jantungku.
“Aku sudah mengatakan tadi malam. Jika kamu tidak mau tidur denganku, aku akan tidur dengan Ibu. Tiak perlu bersikap seolah – olah aku memanfaatkanmu mas”
Aku terperangah mendengar ucapan Shena, dia berkata cukup berani. Aku memandangnya Kembali, seketika itu dia menunduk, apakah dia menangis?
Aku masih mematung memperhatikan Shena yang duduk dengan wajah menunduk cukup lama. Sampai ku sadari dia memang menangis. Setelahnya dia bangun dan mengelap wajahnya dengan kerudungnya
Shena tidak pernah membuka kerudungnya di depanku selama ini, hanya waktu malam kami Bersatu itu saja.
Aku memandang jam di dinding kamar, ternyata hamper subuh, aku melangkah keluar kamar mengikuti Langkah Shena. Aku mengambil air wudhu berniat untuk sholat subuh yang tak pernah kulakukan Ketika aku di rumahku sendiri.
“Rayhan mau ke mushola?” tanya Ibu yang sudah sibuk di dapur
“Iya Bu” jawabku “Ibu lagi ngapain pagi – pagi sudah sibuk?” sambungku
“Ibu mau buat sarapan” jawabnya
“Tidak perlu repot Bu, nanti kita cari sarapan di luar saja”
“Kalian jarang dating. Lagian ibu juga sudah terbiasa kok” ibu tersenyum dan memilih untuk melanjutkan masaknya.
Aku masuk ke kamar mandi, kubersihkan tubuhku dan setelahnya aku pergi ke mushola melaksanakan sholat subuh, entak kapan aku terakhir melakukannya sebelum ini, aku sudah lupa. Perasaanku rasanya damai, apakah aku terlalu jauh meninggalkan tuhanku? Aku sampai melupakan kenikmatan sholat. Tidak sadar air mataku menetes, iya aku menangis
Aku melihat air mataku yang jatuh di telapak tanganku. Apakah aku mendapat teguran karena perbuatanku sendiri? Setelah selesai sholat aku pulang ke rumah mertuaku
Sepulang dari mushola aku mendengar suara merdu Shena yang sedang mengaji. Melihatku datang dia berhenti dia menatapku dengan datar.
Shena melipat mukena dan sajadahnya, setelah itu dia Menyusun pakaian kami ke dalam tas. Bukankah kami akan nginap selama beberapa hari?
“Kenapa Menyusun pakaian?” tanyaku heran.
Dia menatapku sekilas dengan tatapan datarnya “Kita pulang Mas.” Ucapnya sabil melangkah pergi. Aku terdiam memandanginya. Kenapa Shena berubah pikiran? Apa karena aku? Ah entahlah aku nggak tau.
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua