Tentang seseorang siswa laki-laki bernama Yunan, dia adalah pewaris dari Angkasa Grup. Namun, dia merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, semenjak sang ayah menikah lagi. Ayahnya lebih berpihak kepada ibu tiri dan kakak tirinya, yang berambisi mengusai perusahaan. Sementara ibu kandungnya telah meninggal dunia saat dia masih kecil.
Yunan hidup urak-urakan, dia sering mengikuti balapan motor liar di jalanan, bahkan dia sering bermasalah di sekolah. Saat ini dia menjadi siswa kelas 3 SMA di sekolah milik ayahnya. Banyak gadis-gadis yang memuja ketampanannya, mereka menyebutnya pangeran sekolah.
Tidak ada guru yang berani menghukumnya, selain guru biologi, guru cantik itu sama sekali tidak segan kepada Yunan yang notabenenya anak dari pemilik sekolah. Sehingga Yunan sangat kesal kepada guru itu.
Namun bagaimana jika ada sebuah kejadian tak terduga yang membuat Yunan dan guru biologi itu tiba-tiba menjadi sepasang suami-istri? Dan mereka harus merahasiakannya dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Track Motor
Yunan membaringkan tubuhnya di kursi sofa, tanpa sadar dia tersenyum saat mengingat bagaimana cara Dara membelanya di sekolah. Hanya Dara yang berpihak kepadanya dan mau mempercayainya kalau dia tidak salah.
Walaupun Yunan tau Dara melakukan itu semua atas rasa tanggung jawab sebagai wali kelas.Tapi apa yang dilakukan oleh Dara terhadapnya, cukup membuat hatinya tersentuh.
Ternyata Dara tidak semenyebalkan yang dia pikirkan, pantas jika banyak murid yang menyukainya, terutama murid laki-laki.
Drrrttt... Drrrttt...
Yunan mendengar ponselnya bergetar, ternyata ada telepon dari Alan. Yunan mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Bro, lu dimana? Sebentar lagi track motor akan dimulai."
"Gua masih di apartemen."
"Lu jadi gak kesini?"
Yunan melihat ke arah jam dinding, rupanya masih jam 9 malam, dia rasa tidak ada salahnya dia mengikuti track motor, karena memang sudah menjadi hobbynya. "Oke, jadilah."
Yunan segera meraih jaket yang masih tergeletak di kursi sofa, kemudian dia meraih kunci motor di atas meja.
Setelah sampai basement, Yunan memakai helm berwarna merah, kemudian dia naik ke motor sport berwarna merah.
Yunan memutar kontak ke On dan memencet tombol electric starter.
Brum...
Brum...
Yunan segera mengemudikan motor sportnya dengan kecepatan tinggi.
Begitu Yunan sampai di arena balapan motor liar, dia langsung di sambut oleh para cewek-cewek yang telah menjadi penggemarnya.
"Eh itu Yunan?"
"Oh iya itu Yunan, akhirnya Yunan datang!"
"Yunaann!"
Para gadis berteriak memanggil namanya, termasuk salah satunya adalah Mona, Mona diantar oleh April dan Mika untuk menonton acara balapan liar sang pujaan hati.
"Yunan!" Mona tidak mau kalah, dia memanggil nama pria yang telah menjadi idola di sekolahnya itu.
Mona sudah tahu betul banyak gadis yang naksir pada Yunan, karena itu dia ingin semua orang tahu kalau dialah tunangannya Yunan, suatu saat nanti jika mereka telah resmi bertunangan. Sebagai bukti bahwa dialah pemenangnya dan gadis yang paling beruntung karena Yunan telah memilihnya.
Namun Yunan sama sekali tidak menggubris panggilan dari Mona. Membuat Mona kesal, tapi dia tidak akan menyerah.
Yunan dan Alan saling menyentuhkan tinju mereka. "Hei bro, akhirnya lu datang juga. Bagaimana masalah lu sama si Malik?" bisik Alan.
"Nanti aja gue ceritanya." Yunan tidak mungkin bercerita disana pada Alan, apalagi disana ada Angga sebagai salah satu anggota pembalap liar. Yunan dan Angga memang selalu bersaing dari dulu.
Yunan segera bergabung dengan peserta lainnya yang sudah standby di garis start, dia melihat Angga yang sedang menatap kesal padanya, Angga pikir Yunan tidak akan datang, itu artinya dia memiliki kesempatan besar menjadi juara, tapi sayangnya dia malah datang.
Di garis start sudah berjajar 7 motor sport yang sudah siap menunggu aba-aba dari gadis seksi pembawa bendera.
Satu...
Dua...
Tiga...
Dalam hitungan ketiga mereka telah menguasai jalanan di ibu kota, mereka saling salip menyalip, sekarang Angga yang berada di urutan paling depan, dia tersenyum penuh bangga karena sebentar lagi akan menuju garis finish.
Namun, Angga terkejut saat melihat ada motor sport berwarna merah menyalip motornya, dia tau siapa pemilik motor itu. Padahal dia telah memacu motornya dengan kecepatan penuh.
"Brengsek!" Angga mengumpat.
Angga mencoba untuk menyalip Yunan kembali, sayangnya tidak bisa karena Yunan cukup tangguh, makanya Yunan mendapatkan julukan raja jalanan, mungkin karena itu dia sudah beberapa kali menang di tingkat nasional.
Angga tak mau kalah, dia segera menyenggolkan motornya ke motor milik Yunan, membuat motor Yunan hampir saja oleng. Sehingga Angga berhasil diurutan ke satu kembali.
"Shiitt!" Yunan mengumpat, dia menancap gas kembali motornya dengan kecepatan penuh dan berhasil menyalip motor Angga di detik-detik menuju garis finish. Hanya berbeda beberapa detik saja.
"Horeee... Yunan!"
"Yunan!"
Para penggemar Yunan bersorak memanggil namanya.
Yunan segera membuka helmnya, dia menatap geram pada Angga yang baru sampai di garis finish.
Angga pun membuka helmnya, dia menatap tajam pada Yunan. "Oke malam ini gue kalah, tapi gue pastikan besok gue pemenangnya. Lu akan dikeluarkan dari sekolah bokap lu sendiri hahaha..."
Yunan menyeringai, "Terserah lu mau bilang apa, gue malas meladeni cowok banci kayak lu, yang bisanya main kroyokan."
Angga tidak terima disebut banci oleh Yunan, "Sialan lu!"
Angga turun dari motornya, dia meninju wajah Yunan.
Bugh...
Yunan tidak terima, dia turun dari motornya, kemudian membalas pukulan dari Angga, sehingga mereka saling berkelahi.
...****************...
Yunan dan Alan sedang minum minuman bersoda di depan mini market, Yunan masih kesal kepada Angga, jika orang-orang disana tidak memisahkan dia dengan Angga, mungkin Yunan sudah habis menghajar laki-laki itu.
"Gue harap besok si Malik mau berkata jujur, apa gue harus ancam dia biar dia mau ngaku?" Alan sangat mengkhawatirkan nasib temannya.
"Gak usah, nanti lu juga ikut terseret ke masalah gue." Yunan tidak ingin Alan ikut campur dengan masalahnya.
"Tapi gue gak habis pikir kenapa kakak dan papa lu gak berpihak sama lu? Lu tuh anak dari pemilik SMA Angkasa, harusnya lu..."
Yunan memotong perkataan Alan, "Gue cuma sampah buat mereka."
"Tapi guru kesayangan gue taruhannya, kalau lu besok terbukti bersalah, Bu Dara akan mengundurkan diri sebagai guru disana."
Mata Yunan membulat, "Lu tau darimana?"
"Lu lupa ya gue anak siapa?"
Yunan baru ingat kalau Alan adalah anak dari guru Bahasa Indonesia di SMA Angkasa, pastinya desas-desus tentang masalah yang menyangkut anak pemilik sekolah telah sampai ke telinga para guru.
Yunan menghela nafas, dia sama sekali tidak tau kalau Dara rela mempertaruhkan pekerjaannya demi dirinya.
Ketenangan mereka terganggu dengan kedatangan Mona, Mika, dan April.
"Hai Yunan!" sapa mereka hampir bersamaan.
"Yunan, wajah kamu terluka, biar aku obati ya. Bagaimana kalau aku obati kamu di apartemen kamu aja? Kamu tinggal dimana?" tanya Mona, dia ingin sekali tau dimana letak aparteman Yunan.
"Gak usah, gue gak apa-apa kok." Yunan merasa risih dengan kehadiran mereka.
"Lan, gue cabut duluan ya." pamit Yunan.
"Oke." Alan menganggukan kepala.
"Eh Yunan tunggu..."
Yunan tak menghiraukan Mona, dia segera naik ke motornya, lalu memakai helm, dan memacu motornya dengan kecepatan sedang.
Mona sangat kesal karena Yunan selalu mengabaikannya, "Awas ya Yunan suatu saat nanti kamu akan jatuh cinta padaku."
"Huekk..." Alan mau muntah, dia tersendak saat meminum minumannya.
"Lu ledek gue ya?" Mona tidak terima seakan Alan sedang meledeknya.
"Dih ngapain gue ledek lu."
Mona jadi teringat Alan kan temannya Yunan, dia pasti tau dimana tempat Yunan tinggal. "Lan, gue minta alamatnya Yunan dong!"
Alan menggelengkan kepala, "Ogah, Yunan bisa bunuh gue kalau sampai gue ngasih tau alamat dia sama lu. Mending lu move on deh, sampai lebaran monyetpun Yunan kagak bakalan cinta sama lu."
Alan lebih baik cabut dari sana, dia merasa tidak enak hati melihat April dan Mika yang dari tadi mengedipkan mata padanya.
Ditengah perjalanan, Yunan memikirkan perkataan Alan tentang Dara yang rela mempertaruhkan pekerjaannya demi dirinya.
Kenapa Dara harus segitunya membela dirinya? Bagaimana kalau besok hasilnya tidak sesuai harapan, membuat Dara kehilangan pekerjaan gara-gara dirinya. Dia tidak masalah dikeluarkan dari sekolah atau dipindahkan sekolahnya ke luar negeri, tapi dia tidak ingin Dara kehilangan pekerjaannya.