Anna harus terjebak dengan dua orang laki-laki yang membuatnya harus terpaksa berakhir dengan Maxim yang ternyata adalah teman masa kecilnya dulu.
Ternyata Maxim dan Dexter adalah mantan rekan yang memiliki sifat berbeda jauh.
Akankah Luna menerima cinta Maxim atau malah pergi bersama Dexter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16
"Sshh..." Maxim mendesis merasakan sakit di punggungnya saat dia naik ke atas tempat tidur dan berbahan tubuhnya.
Disaat seperti ini dia baru merasakan sakitnya. Padahal belum ini dia tidak merasakan sakit apapun karena menurutnya rasa sakit terkena timah panas itu sudah biasa.
Kini, saat dia hendak istirahat rasa sakit itu muncul dan itu membuatnya merasa kesal. Maxim benar-benar merasa kesal setiap kali dia merasa kesakitan dan dia membenci hal itu.
Mendengar Maxim kesakitan membuat Anna langsung membuka matanya dan dia penasaran sebenarnya apa yang terjadi dengan laki-laki itu. Kenapa dia merasa kesakitan seperti itu?
"Ada, apa Tuan?" tanya Anna yang merasa khawatir dengan keadaan Maxim.
Tapi laki-laki itu malah bersikap acuh. Dia tidak memperdulikan pertanyaan Anna sama sekali dan mengabaikannya begitu saja. Dia masih mencari posisi yang baik untuk dia merebahkan tubuhnya agar tidak merasakan sakit di punggungnya.
Sayangnya dia tidak bisa menggerakkan tangannya yang sebelah kiri karena punggungnya terasa sakit setiap dia menggerakkan tangannya.
Akhirnya Anna memberanikan diri untuk membantu laki-laki itu dan betapa kagetnya dia ketika melihat luka di punggung Maxim.
"Hentikan itu!" sentak Maxim karena dia tidak ingin dibantu oleh Anna.
"Ke-kenapa ini, Tuan?" tanya Anna khawatir dengan keadaan laki-laki itu apalagi ketika dia melihat lukanya.
"Bukan urusanmu!" dia menepis tangan Anna yang menyentuh lukanya.
"Tapi Anda terluka, Tuan." jawabnya lagi.
Jujur saja, Anna benar-benar merasa khawatir dengan keadaan Maxim saat ini. Apalagi lukanya, dia yakin bahwa itu bukan luka biasa. Itu luka seperti bekas luka tembakan.
Sebenarnya apa yang dikerjakan laki-laki di luar sana? kenapa semakin ke sini dia semakin merasa bahwa pekerjaan Maxim sangat bahaya. Apa hubungan Maxim dengan bahaya itu? kenapa dia sampai mendapatkan luka tembakan seperti ini?
Tangannya kembali di tepis oleh laki-laki itu ketika dia hendak melihat lukanya. Anna merasa sakit hati ketika tangannya dihempaskan begitu saja oleh Maxim.
"Kenapa Tuan? kenapa Anda bersikap seperti ini padaku? kemarin Anda bersikap seolah-olah Anda begitu sangat menyayangiku dan memperlakukanku dengan begitu baik. Tapi sekarang, Anda malah bersikap seolah-olah anda tidak mengenal aku dan tidak ingin disentuh olehku. Apa kan aku hingga Tuan memperlakukanku seperti ini?" tanya Anna dengan suara yang bergetar.
Dia benar-benar tidak tahu apa kesalahannya. Dia juga tidak tahu apa yang terjadi di luar sana hingga membuat Maxim sikap seperti ini.
Mendengar pertanyaan seperti itu dari Anna membuat Maxim langsung menatapnya dengan tajam. Dia benar-benar menatap wanita itu dengan tatapan tajamnya.
"Aku tidak perlu menjawab apapun pertanyaan darimu. Kau berhak bertanya seperti itu padaku!" jawab Maxim yang membuat Anna terdiam.
"Jika begitu, biarkan aku pergi sekarang!"
"Pergilah! pergi yang jauh dan jangan pernah kembali!" sentak Maxim yang membuat air mata Anna jatuh, mengalir di pipinya.
"Baiklah, jika itu yang Anda inginkan Tuan! aku akan pergi sekarang!" Anna menghapus air matanya sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan rumah ini.
Bahkan ketika dia hendak pergi meninggalkan rumah ini, Anna tempat melihat ke arah Maxim yang tidak melihat arahnya sedikitpun. Dia benar-benar luar biasa sekali. Bahkan dia tidak menatap ke arahnya sedikitpun.
Lalu apa maksud dari hubungan mereka selama ini. Apa maksud Maxim menahannya dirumah ini.
Annan baru saja bertanya-tanya dalam hatinya. Langkah mungilnya menuruni satu persatu anak tangga melingkar yang ada di rumah ini. Dia harus pergi meninggalkan rumah tempat di mana dia tinggal selama beberapa bulan terakhir.
Tidak masalah baginya karena ini yang memang dia inginkan. Anna benar-benar ingin pergi meninggalkan rumah itu dan akhirnya dia bisa keluar juga.
Saat Anna membuka pintu utama, dia melihat ada pria yang membawanya ke rumah ini kemarin.
Mark, dia masih ingat betul bagaimana datarnya wajah pria itu ketika menatapnya.
"Apa yang Anda lakukan disini?" tanya Mark ketika melihat Anna yang keluar dari pintu utama.
"Aku ingin pergi dari tempat ini karena bosmu sudah memberikan izin!" jawab Anna memang dia sudah diusir dari rumah ini.
"Minggir," ucapnya pada Mark.
Anna benar-benar melangkahkan kakinya keluar dari rumah Maxim.
Akhirnya dia bisa keluar dari tempat ini juga. Hidup dengan Maxim membuatnya merasa sesak. Banyak yang tidak diketahui tentang laki-laki itu. Terlalu banyak rahasia yang tidak diketahuinya dan itu membuatnya merasa penasaran. Bahkan saat dia ingin tahu siapa sebenarnya laki-laki itu malah dia menjadi seseorang yang paling bersalah.
Dia seperti menjadi tersangka dalam sebuah kejahatan. Sungguh, kehidupan macam apa ini? rasanya Dia benar-benar tidak sanggup lagi menjalaninya.
Dan saat Maxim membiarkan yang pergi, itu menjadi sebuah kesempatan besar bagi Anna.
Saat Anna keluar dari rumah Maxim, kilat mulai menyambar. Bahkan gemuruh mulai terdengar mengiring setiap langkahnya. Rintik hujan mulai turun seiring berjalannya waktu hingga akhirnya, air yang dari langit turun semakin deras.
Air matanya juga turun dengan deras seiring dengan turunnya hujan. Tiba-tiba saja dia merindukan ayah dan ibunya ya sudah lama pergi meninggalkannya.
"Ayah, ibu ..." Anna menangis ketika mengingat ayah dan ibunya.
Dia benar-benar tidak menyangka bahwa dia bisa menjalani hidup seperti ini. Kemarin dia merasakan kebahagiaan ketika bersama dengan Stefano tapi langsung hancur saat mengetahui kebenaran jika laki-laki yang dicintainya itu ternyata memiliki wanita lain dan berselingkuh.
Lalu dia kembali bertemu dengan seseorang yang dia pikir adalah laki-laki bayaran ternyata laki-laki itu adalah, Maxim. Seseorang yang memiliki pengaruh besar di negara ini.
"Ahk ..." Anna berteriak di bawah derasnya hujan.
Dia benar-benar meluapkan rasa sakit hatinya saat ini. Anna baru saja kehilangan calon anak mereka dan kini dia diusir dari rumah Maxim. Itu tidak terlalu masalah baginya, tapi yang paling menyakitkan adalah ketika dia mulai memiliki perasaan terhadap laki-laki itu, Maxim malah membiarkannya untuk pergi.
"Apa kesalahanku Tuhan?" tanya Anna poster yang di bawah derasnya hujan.
"Apa kesalahan dan dosaku hingga kamu menghukumku seperti ini? aku tidak pernah lupa berdoa padamu. Aku juga tidak pernah lupa beribadah, lalu kenapa hal ini terjadi padaku Tuhan? kenapa?" tanya Anna dengan berlinang air mata.
Rasanya terlalu sulit hidupnya akhir-akhir ini. Pandangannya tiba-tiba saja buram, tapi sebelum dia kehilangan kesadarannya dia melihat ada seseorang yang datang padanya.
"Hey, bangun," ucap orang tersebut ketika dia tidak sengaja lewat dari sana dan melihat wanita yang sedang berdiri di bawah derasnya hujan.
"Hey, buka matamu! hey, bangun." dia terus berusaha untuk membangunkan wanita tetapi sayangnya tidak bisa.
Anna sudah jatuh pingsan, dan dia kehilangan kesadarannya karena terlalu lama berjalan di bawah derasnya hujan.
Bersambung