S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4. KEMBALI BEKERJA
Beberapa kali Elmira menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan secara perlahan sebelum keluar dari kamar. Dalam hatinya sudah menyusun kalimat serangan jika tiba-tiba istri baru suaminya itu menghadang.
Namun, saat melewati kamar tamu hingga sampai ke ruang tengah suasana tampak sunyi, Elmira mengernyit bingung. Kemana dua orang itu? Namun, ia tak mau ambil pusing, bagus jika Ramon tak melihatnya pergi, jadi tidak akan ada drama hadang menghadang.
Ketika berada di pelataran rumah barulah Elmira mengerti jika suami dan madunya itu sedang tak berada di rumah, setelah melihat mobil Ramon tidak ada di bagasi.
Kemana mereka pergi pun Elmira tak ingin perduli. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah, mencari pekerjaan ditempat lain jika seandainya mantan bosnya dulu tak menepati janjinya.
Sesampainya ditempat yang dituju.
Kembali Elmira mengatur nafasnya yang tiba-tiba terasa memburu sebelum memasuki gedung perusahaan tempatnya dulu bekerja. Perasaannya kini benar-benar gugup karena setelah satu tahun ia baru menginjakkan kakinya lagi di perusahaan itu. Entah masih ada yang mengenalinya atau tidak.
Elmira menuju bagian resepsionis untuk menanyakan apakah pemilik perusahaan tersebut ada atau tidak.
Seorang wanita yang bertugas di bagian resepsionis itu langsung tersenyum sumringah begitu melihat kedatangan Elmira. Wanita itu masih ingat betul dengan mantan sekretaris pemilik perusahaan.
"Wah, ada angin apa nih Mbak Mira tiba-tiba datang? Rindu apa kangen?" Godanya sambil mengedipkan sebelah mata.
Elmira hanya menanggapinya dengan senyuman tipis, lagipula tidak ada yang dirindukannya di perusahaan tersebut selain masa-masa sibuknya mengurus jadwal sang bos ketika masih menjadi sektretaris.
"Em, Pak Farzan, ada?" Tanya Elmira dengan sedikit canggung.
"Oh, jadi kangennya sama Pak Farzan nih. Bukan sama teman-teman yang lain?" Goda petugas resepsionis itu lagi sambil menahan senyumnya.
"Apaan sih. Seriusan nih, Pak Farzan ada apa enggak? Kalau gak ada aku bakal pergi." Elmira terlihat serius. Jika memang mantan bosnya itu tak berada ditempat. Mungkin sebaiknya ia melamar pekerjaan di perusahaan lain saja daripada harus pulang ke rumah. Ia ingin lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah dengan bekerja.
"Iya ada, kebetulan Pak Farzan dan Pak Arkan baru beberapa menit yang lalu datang." Ucap petugas resepsionis tersebut. "Emangnya kenapa sih nyariin Pak Farzan?" Tanyanya.
Elmira tak langsung menjawab, wanita itu menaikkan sebelah tangannya di meja resepsionis yang tingginya sedada itu, lalu menumpu dagunya. "Em begini, sebenarnya dulu itu Pak Farzan pernah janji jika sewaktu-waktu aku butuh pekerjaan. Aku bisa datang kesini minta pekerjaan. Ya siapa tahu aja disini lagi ada lowongan. Jadi karyawan biasa, atau office girl, atau cleaning service terserah deh, yang penting aku kerja."
"Wah kebetulan banget kalau gitu, Mbak. Jangankan jadi karyawan biasa, office girl, atau cleaning service. Jadi sekretaris CEO lagi pasti Mbak Mira langsung diterima. Asal Mbak tahu ya, sampai sekarang belum ada yang menggantikan posisinya Mbak Mira. Semenjak Mbak mengundurkan diri, Pak Farzan itu tidak pernah mencari sekretaris baru loh."
"Masa sih?" Elmira rasanya tak percaya jika selama satu tahun mantan bosnya itu tidak memiliki sekretaris pengganti. Lalu bagaimana pria itu mengatur jadwal setiap pertemuan jika tidak memiliki sekretaris yang membantunya.
"Ih beneran Mbak. Langsung aja ke ruangan Pak Farzan kalau gak percaya. Tanyain langsung sama orangnya."
Elmira terdiam sejenak, "Ok deh, kalau gitu aku keruangan Pak Farzan dulu." Ujarnya seraya menegakkan badannya.
"Mbak Mira, kalau seandainya jadi sektretaris Pak Farzan lagi, jangan lupa loh ya traktir kita-kita lagi kayak dulu."
Elmira hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Selain merindukan kesibukannya selama menjadi sekretaris, ia juga merindukan masa-masa berkumpul bersama teman-teman kantor. Dulu setiap gajian, ia selalu mentraktir teman-temannya karena sang bos selalu memberikannya bonus lebih.
Elmira pun bergegas menuju ruangan mantan bosnya itu. Ia kembali merasa gugup harus bertemu pria itu lagi, pria yang entah kenapa selalu saja baik padanya dalam segala hal. Terkadang Elmira dibuat tidak enak hati, khawatir jika karyawan lain akan iri melihat sang bos yang begitu baik padanya.
Sesampainya didepan ruangan yang bertuliskan CEO. Lagi-lagi Elmira mengatur nafasnya. Sebisa mungkin ia meredam perasaannya yang benar-benar gugup saat ini. Ia tidak berharap diterima menjadi sektretaris lagi meskipun benar posisinya itu belum ada yang menggantikan. Diterima jadi karyawan biasa pun ia akan terima asalkan ia bisa bekerja.
Setelah merasa lebih rileks, Elmira pun mengetuk pintu itu.
"Masuk," titah sang pemilik ruangan. Elmira pun membuka pintu itu dengan gerakan pelan.
"Permisi, Pak." Ucap Elmira setelah kembali menutup pintu ruangan.
Dua pria yang sedang duduk berhadapan di sofa dengan tatapan fokus pada beberapa dokumen diatas meja, serentak mengalihkan perhatian kearah pintu. Sontak keduanya langsung berdiri ketika melihat ternyata Elmira yang datang.
"Hai, Mira. Wah sudah lama sekali tidak bertemu denganmu." Sapa Arkan dengan memamerkan senyum lebarnya. Sedangkan Farzan nampak bengong. Merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Elmira, mantan sekretarisnya yang resign satu tahun lalu, kini berada tak jauh dihadapannya.
"Hai Arkan," balas Elmira sambil tersenyum tipis. Wanita itu masih berdiri didepan pintu. Ia benar-benar merasa gugup. Meskipun Arkan terlihat senang bertemu dengannya, tapi ia tetap saja merasa tegang. Terlebih melihat sang mantan bos, hanya diam dengan tatapan datar. Elmira jadi menduga-duga bahwa mungkin pria itu telah melupakan janjinya dulu yang akan memberinya pekerjaan kapanpun ia butuhkan.
"Mira, ayo duduk." Panggil Arkan sembari melambaikan tangannya. Elmira pun melangkah menuju sofa.
"Silahkan duduk," titah Arkan setelah lebih dulu duduk. Sedangkan Farzan masih setia berdiri dengan pandangan yang tak lepas menatap Elmira. Hingga mantan sekretarisnya itu duduk, barulah ia juga duduk.
"Kalau boleh tahu, ada apa ya kamu tiba-tiba datang?" Tanya Arkan. "Em, bukannya kepo ya, tapi kaget dan juga penasaran aja. Setelah satu tahun lamanya, kamu baru menampak diri lagi." Kekehnya.
Elmira tersenyum, sekilas ia melirik mantan bosnya sebelum menjawab pertanyaan Arkan. "Aku kesini karena sedang membutuhkan pekerjaan. Dulu Pak Farzan pernah bilang, jika nanti akan butuh pekerjaan. Aku bisa datang kesini." Jawabnya lalu sedikit menundukkan kepalanya.
Farzan dibuat tercengang. Dulu ia memang pernah mengatakan akan memberi Elmira pekerjaan jika sewaktu-waktu membutuhkannya. Namun, ia merasa penasaran, apa alasan Elmira ingin bekerja lagi, padahal wanita itu dulu mengatakan ingin mengabdikan diri pada suaminya. Tapi jika boleh jujur, ia merasa senang Elmira datang menagih janjinya dulu. Dengan begitu, ia akan selalu bersama wanita itu lagi meski hanya dalam urusan pekerjaan.
Yah, hanya dalam urusan pekerjaan. Ia tak bisa berharap lebih mengingat status Elmira telah menjadi istri pria lain.
"Wah kebetulan sekali kalau begitu." Seru Arkan sambil menepuk pelan pundak Farzan. "Posisi sekretaris masih kosong kan? Cus langsung terima Elmira saja dan dia bisa langsung bekerja hari ini." Ujarnya lalu berdiri. "Dan aku, mau pergi menjemput Fiona. Semalam dia kirim pesan minta diantarkan ke toko buku." Arkan mengedipkan sebelah matanya, kemudian bergegas keluar dari ruangan itu tanpa mau menunggu Farzan yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Akhirnya ia punya celah untuk tidak ikut menghadiri pertemuan dengan klien hari ini.
"Dasar!" Farzan menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah Arkan hilang dari pandangannya, iapun berpindah menatap Elmira.
"Em, sepertinya kamu memang harus langsung bekerja hari ini. Arkan pergi, padahal sebentar lagi ada pertemuan penting dengan klien di restoran." Ujar Farzan.
Untuk beberapa saat Elmira tercengang, "Jadi, saya diterima lagi bekerja disini, Pak?" Tanyanya memastikan.
"Iya. Dan ini berkas yang harus kamu pelajari dulu sebelum kita menghadiri pertemuan." Farzan menyodorkan sebuah map kehadapan Elmira. "Kamu disini saja dulu, aku mau keluar sebentar." Ujarnya kemudian berdiri.
"Baik, Pak." Elmira mengangguk dengan antusias. Senang sekali rasanya diterima bekerja, dan kembali menempati posisinya dulu yang ternyata tidak ada yang pernah menggantikannya.
Farzan pun bergegas keluar. Didepan pintu ruangan ia bersandar sambil mengusap dadanya yang tiba-tiba saja bergemuruh. Jantungnya berpacu dengan kencang. Setelah sekian lama, ternyata perasaannya masih tetap sama. Selalu berdebar bila berhadapan dengan wanita yang hanya bagaikan asa, yang tak mampu ia gapai.
dah sampe di penghujung saja...
terimakasih sudah menyajikan cerita yg baik, banyak pelajaran hidup dlm berumah tangga dan cinta yg sebenarnya....,Teruslah berkarya tetap semangat ...
💖💖💖💪💪💪