Naas, kemarin Ceren memaksa hatinya untuk menerima Gilang, si teman sekolah yang jelas-jelas tidak termasuk ke dalam kriteria teman idaman, karena ternyata ia adalah anak dari seorang yang berpengaruh membolak-balikan nasib ekonomi ayah Ceren.
Namun baru saja ia menerima dengan hati ikhlas, takdir seperti sedang mempermainkan hatinya dengan membuat Ceren harus naik ranjang dengan kakak iparnya yang memiliki status duda anak satu sekaligus kepala sekolah di tempatnya menimba ilmu, pak Hilman Prambodo.
"Welcome to the world mrs. Bodo..." lirihnya.
Follow Ig ~> Thatha Chilli
.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDND~ Bab 1
Catatan dari penulis :
Dear reader, pilihlah bacaan sesuai umur. Bijaklah berkomentar karena ucapanmu mencerminkan pribadimu 😉 happy reading 🤗
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Blurb...
..."Dear Gilang, Seminggu lalu dadaku yang sesek udah mulai lega menerima hubungan kita. Tapi kini takdir seperti sedang mempermainkanku dengan membuatku menjadi ibu sambung untuk Kai, mampukah aku?"...
......................
September ceria,
Gilang datang dengan wajah pucatnya. Ia begitu terburu-buru dan penuh kecemasan.
"Duh, mamposss e...wes telat iki...telat!" ia berlari namun usahanya sia-sia dan harapannya berceceran sepanjang jalan menuju gerbang sekolah. Ia bukan anak bandel bin nakal di sekolahnya, hanya saja pagi ini ia terpaksa harus datang terlambat karena bangun kesiangan.
Meskipun sebenarnya, ia tak perlu begitu khawatir, namun tetap saja. Ia tak bisa mengandalkan koneksi. Lagipula, masnya itu adalah seorang yang profesional, hubungan keluarga tak membuatnya mendapatkan tempat atau perlakuan spesial.
Ditatapnya dengan sorot kekecewaan dan penyesalan, persis menyesali si dia yang keburu diembat orang.
"Ck!" ia menepis udara kesal, mana satpam sudah tak ada di posnya, padahal biasanya cuma tergelincir 10 menit saja satpam itu masih selalu di tempatnya, tapi hari ini....hofft! Atau mungkin karena hari ini senin...jadi satpam ikut-ikutan sibuk upacara.
"Uhukk---uhuukk..." Gilang terbatuk akibat nafasnya yang dipaksa untuk memburu karena berlari kencang, ia menyeka keringat sembari melihat gembok sekolah yang sudah terpasang cantik sedang meledeknya karena tak bisa masuk.
Kini ia harus dihadapkan dengan tingginya pagar sekolah, padahal usahanya sudah pol-polan buat lari menuju gerbang sekolah kaya lari dari kenyataan, "wedus..gimana carane naik, iki?" kepalanya yang sedikit berkeringat kok ya ikut-ikutan menyiksanya dengan memberi rasa gatal seperti gatal kena ulet bulu dan pusing dadakan, membuat Gilang harus menggaruk-garuk dan memijit-mijitnya tak karuan memikirkan bagaimana ia bisa berteleportasi dari luar gerbang ke dalam gerbang.
Tap--tap---Tap---
Matanya langsung menoleh kilat pada seseorang yang dengan luwesnya melewati Gilang dari samping dan bergegas manjatin gerbang sekolah setinggi gengsi itu.
"Woy, cupu...lo mau nunggu disitu sampe kapan? Mau sampe orang-orang ngasih duit receh apa nunggu sampe jam balik lagi biar tuh gerbang kebuka?!" tanya nya, terkesan sarkas dan kurang ajar memang! Terlebih manusia laknnaatt yang mengatakan itu adalah gadis cantik, kenapa ia baru tau di sekolahnya ada makhluk jejadian seperti ini? Setengah bidadari setengah anak kunti.
Rambut sepunggung yang masih basah itu tak malu ataupun sungkan naik ke atas pagar besi di depannya, "yeee! Malah bengong kaya kambing be go. Mau masuk apa engga, lo? Mumpung si kumis ngejar-ngejar anak-anak yang pada naik lewat tembok belakang?" tanya nya memberikan penjelasan singkat, heran saja dengan cowok satu itu. Aturan mah, pager bukan cuma diliatin, kecuali kalo dia titisan avatar!
Gilang menatap Ceren dengan wajah kebingungan, ia seperti tau jadwal pak kumis, dimana ia dan sedang apa sekarang. Apakah ia seorang mata-mata atau agen, atau justru lalat jejadian yang seneng ngintilin kumis satpam?
Gilang tersentak sadar, "mau lah. Tapi...." ia terlihat risih mengatakannya, apa jadinya jika sampai Gilang mengatakan kalau ia tak bisa memanjat seperti dirinya.
Wajah cantik merona itu masih menunggu jawaban Gilang di setengah gerbang yang telah ia naiki, kaya nunggu kepastian kapan Allah mengundang Ceren ke rumahnya, "kenapa, lo ngga bisa manjat? Akhhh, nyusahin lo." Sarkasnya lagi, namun tak urung gadis itu turun kembali dan menarik tangan Gilang lalu mengajarkan Gilang bagaimana caranya memanjat.
Wangi, cantik, gahar. Itulah kesan pertama saat Gilang melihatnya dari dekat.
Gilang sempat terkejut saat siswi bername tag Cerenia A. Y. itu mendorong punggung dan bo kongnya terlebih dahulu agar ia bisa naik duluan, "buruan, lo dulu. Gue bantuin!"
Seperti burung kakak tua yang manut apa kata majikan, Gilang mengangguk saja meski dirinya sedikit risih dengan bantuan yang terkesan tak sopan itu, perse tan dengan bukan mahrom! Yang penting ia bisa masuk ke dalam sekolah. Sekali saja dalam hidupnya, Gilang ingin merasakan debaran hebat saat melakukan aksi nakal, layaknya anak-anak SMA pada umumnya.
Blugh,
Gilang mendarat tak mulus, tuh tulang apa tahu?! Letoy bener! Ceren menoleh ke arah Gilang setengah mencibir, "jatoh lo?!" dengusnya terkekeh yang dibalas wajah meringis malu dari Gilang.
"Dah lah. Dah masuk kan..." Ceren segera bangkit dan berlari sendiri ke arah kelasnya meninggalkan Gilang sendiri dengan kesannya mengenai Ceren. Gadis itu tak sadar bahwa tindakannya kali ini membuat hati seseorang terkagum-kagum padanya, Gilang menggeleng geli, "gilakk, cantik, gokil..." kekehnya senyam-senyum sendiri, Cerenia...yeah itu namanya! Gilang menaruh nama itu di setiap inci otaknya, layaknya rumus phytagoras yang mesti ia hafalkan sepanjang masa.
Ceren berlari mengendap-endap, ia juga sesekali berhenti di balik tembok saat guru kesiswaan dan satpam menggusur anak-anak nakal untuk kemudian mereka dijajarkan di depan para peserta upacara sebagai tamu kehormatan.
"Huffttt njirrr, selamet!" ia menyugar rambutnya, lalu masuk ke dalam kelas dan menaruh tas, mengeluarkan topi dan dasi yang kemudian sepanjang jalan tangannya begitu rusuh memasang dasinya di leher sampe ngga liat-liat jalan.
Brukkk!
"Eh sorry-sorry!" Refleks Ceren. Kalo jodoh emang ngga kemana, Gilang tersenyum saat sedang berjalan bersama Jojo menuju lapangan, sepaket pakaian rapi, topi, dan dasi yang sudah lengkap terpasang.
"Lo," Ceren tertawa, "selamet juga lo..." ucapnya lantas berlalu sambil berlari saat Maghfira sudah melambai padanya, "Ren! Buru!"
"Iya!"
Tatapnya masih lekat melihat gadis cantik itu berlari, "kamu kenal Ceren, Lang?" tunjuk Jojo. Maksudnya semua orang tau siapa Ceren, tapi saling sapa itu hal tidak biasa bagi mereka yang berbeda circle, kaya semacam manusia bertegur sapa dengan alien.
Circle Gilang jelas berbeda dengan Ceren, lingkungan Gilang tuh lingkungan adem ayem persis suasana kebun bambu yang damai. Klub bahasa, klub catur, perpus, ruang ekskul dan piala. Sementara Ceren ngga jauh-jauh dari warung, BK, ruang ekskul band, weseee, ruangan prasarana dimana sohibnya adalah sapu, pel'an.
"Baru tadi pagi, doi yang bantuin aku manjat gerbang..." jawab Gilang berjalan memasuki lapangan seiring suara pak Nandar sudah koar-koar persis ambulan di atas podium sana.
Ia awalnya tak pernah peduli dengan siapapun, namun sekarang ia mencoba memaksa kinerja otaknya lebih keras demi mengingat dimana dan kelas apa.
"Si Ceren tuh kalo ngga salah IPS 2 kan?" angin pagi belum terasa melambai kulit, namun suhu udara dingin masih tersisa menusuk tulang membuat Gilang menggosok-gosok lengannya kasar, dari tempatnya ia mengedarkan pandangan, sampai ia berjinjit agar seluruh area lapang dapat ia sisir.
"Iya." Jawab Jojo.
Pandangan Gilang tertumbuk ke arah barisan siswi IPS 2 dan gadis itu memang pecicilan, sepertinya. Buktinya ia justru sedang mendongeng sambil memeragakan keseruannya yang entah apa, namun tingkahnya itu mengundang tawa temannya. Gilang ikut tertular senyuman Maghfira sang kawan yang sejak tadi sudah tergelak melihat Ceren mendongeng.
Jojo mengernyitkan alisnya melihat temannya yang mendadak gila pagi ini, apakah saat manjat pager Gilang jatuh, dan kepalanya yang mendarat duluan? Karena sepertinya temannya itu mendadak ngga waras.
"Liatin apa, Lang?" matanya penasaran dan melakukan hal yang sama, mencari apa yang tengah dilihat Gilang, apakah kedatangan guru-guru di depan tak lebih penting dari apa yang ia lihat?!
"Ceren?! Kamu liatin si Ceren, Lang....wah, jangan-jangan kamu suka ya!" tunjuknya usil, Gilang menepis telunjuk Jojo, "opo sih, cuma penasaran doang!" sergahnya meski hatinya sudah berflower meski hanya melihat Ceren tersenyum saja.
"Emhhh, nggaya pake penasaran segala. Awalnya penasaran, lanjut keinget-inget terus, akhirnya gamon. Hati-hati, si Ceren itu banyak yang suka, mana anak-anak bandel semua, wes cari aman aja Lang..." saran Jojo mematikan senyum Gilang, "engga. Aku ngga suka Ceren..." ujarnya, namun matanya tak bisa berbohong, karena kini Gilang justru mencuri-curi untuk melihat Ceren, meski suara pak Hilman Prambodo sang kepala sekolah sudah mengambil alih.
.
.
.
.
.
happy ending buat pasangan mas bodo dan cerenia, happy selalu bersama keluarga...makasih mbk sin, udah bikin novel yg greget kayak maa bodo
next, going to the next novel, gio adik bontotnya mas tama ya
kopi sudah otewe ya..