Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Aku melihat Lisa dan keluarganya menatap kearah kami. Tapi aku bersikap seolah tak mengenal mereka.
Aku bisa melihat raut mereka yang terkejut, karena melihat Dimas datang bersamaku.
"Maaf jika aku telat, baru selesai rapat penting dengan klien dari Singapura. Aku datang bersama sekertarisku, tidak masalah kan!" kata Dimas berbohong, lalu duduk di kursi kosong. Ia menarik kursi kosong di sebelahnya dan mempersilahkan aku duduk.
"Anna, duduklah disini. Kamu bisa mengerjakan pekerjaanmu disini." kata Dimas. Aku menunduk sopan lalu duduk di sebelahnya.
"Terimakasih Tuan!" jawabku. Lalu mengeluarkan laptop dari tas. Memang masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.
"Nggak papa Dim, sama sekali bukan masalah!" kata Lisa. Pandangannya kembali kearahku yang duduk disebelah Dimas.
"Anna!" ucap Lisa dan mama nya bersamaan.
Aku yang sedang mengotak-atik laptopku mendongakkan kepalaku. "Ya nyonya!" jawabku menatap nyonya Linda, dengan memasang senyum manis. Dulu aku memanggil mama pada mamanya Lisa. Tapi sekarang tidak. Aku merubah panggilanku pada mereka.
"Kamu Anna kan?" tanya nyonya Linda.
"Benar nyonya!" jawabku, lalu mengulurkan tanganku kehadapannya. "Perkenalkan, saya sekertaris tuan Dimas yang baru." ucapku.
"Kamu lupa sama saya?" tanyanya. Ia tak menyambut uluran tanganku, jadi aku menarik kembali tanganku.
Aku menggeleng dan masih terus tersenyum. "Mana mungkin saya lupa, tapi sekarang posisinya berbeda. Saya sekarang sebagai sekertaris tuan Dimas, bukan lagi sahabat putri anda nyonya." jawabku halus tapi menohok.
"Baguslah kalau kamu sadar. Kamu pasti tau kan, Dimas dan aku akan segera menikah? Karena aku sedang mengandung anaknya." kata Lisa. Aku mengalihkan atensiku pada Lisa. Ia terlihat pongah dan menyebalkan, aku benar-benar ingin menjambak rambutnya, dan menampar wajahnya.
"Saya tau nona, saya tau jika anda hamil di luar nikah!" jawabku singkat, dan sarkas.
"Nggak masalah hamil di luar nikah, yang penting bapak nya tanggung jawab!" ucap Lisa dengan lantang. Dasar tidak tau malu, aib nya jadi di ketahui orang banyak. Karena beberapa pengunjung resto ini menatap kearahnya.
"Tuan, sepertinya saya pindah tempat duduk saja. Saya tidak akan bisa fokus bekerja jika mendengar suara cempreng!" kataku pada Dimas. Dimas mengangguk setuju tanpa senyum di bibirnya. Aku tau dia sedang bersandiwara.
Aku melirik Lisa sekilas, dia mendelikkan matanya mendengar sindiranku.
"Pesan apapun yang kau inginkan, kau juga belum makan siang sejak tadi." kata Dimas.
"Baik tuan, permisi nyonya, dan nona!" aku mengangguk hormat dan langsung bangun dari tempat dudukku, lalu memilih meja yang berada di dekat jendela kaca besar. Hanya berjarak satu meja, dengan meja yang mereka tempati.
Aku mendengar Lisa menanyakan Dimas kenapa bisa aku menjadi sekretarisnya. Dari nadanya dia seperti sedang marah.
Tapi Dimas mengatakan jika dirinya memang tidak tau jika aku yang menggantikan mbak Helen.
Aku melanjutkan pekerjaanku yang terbengkalai, tidak ingin mendengar obrolan mereka yang menurutku sangat tidak penting.
Saat sedang mengirimkan email pada asisten Leo, tiba-tiba ponselku berdering. Aku melihat panggilan dari Rebecca sekertaris tuan River. Aku langsung mengangkatnya.
"Ya nona!" ucapku setelah aku mengangkatnya.
"Nona Anna! saya ingin memberitahukan, jika undangan makan malam, untuk pesta ulang tahun pernikahan tuan River dan istrinya diadakan besok malam di sebuah resort di Kepulauan seribu." kata Rebecca. Aku langsung mengambil buku agenda khusus mencatat agenda Dimas.
"Tidak jadi di hotel Golden Rose?" tanyaku memastikan.
"Tidak jadi nona! Karena nyonya Malda menginginkan acaranya di sebuah resort mereka yang baru di buka, di kepulauan seribu."
"Oke! Baiklah! Terimakasih sudah menghubungiku langsung Rebecca."
"Sama-sama Anna."
"Pukul berapa acaranya?"
"Pukul 7 malam!"
"Ya sudah, nanti akan saya sampaikan pada tuan Dimas."
"Saya tutup teleponnya."
"Hmm!"
Aku meletakkan kembali ponselku dan mencatat agenda besok malam di buku khusus. Setelah itu memasukkan kembali ke dalam tas ku. Aku juga mencatatnya di ponselku agar tidak lupa.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Setelah satu jam, aku sudah menyelesaikan pekerjaanku. Makanan di mejaku juga sudah habis. Aku melirik ke meja yang di duduki Dimas dan Lisa, mereka sedang membuka buku entah buku apa. Di sana juga ada 2 orang wanita berpakaian serba hitam, ku pikir mereka adalah WO yang akan mengurus acara pernikahan tipuan Dimas dan Lisa.
Aku memutuskan pergi ke toilet karena kandung kemihku terasa penuh. Setelah mengosongkan kandung kemih ku, aku bercermin dan mencuci wajahku. Aku memoles kembali make-up yang sudah mulai pudar. Hanya memakai bedak dan lipstik tipis-tipis, juga merapihkan rambutku.
Saat sedang mengikat rambut, tiba-tiba Lisa datang mendekatiku. "Kau pasti sengaja mendekati Dimas, agar dia tergoda lagi denganmu. Aku yakin jika kau sengaja menggoda Dimas kan?" katanya tiba-tiba. tapi aku tidak perduli. Aku sama sekali tidak ingin menghiraukan perkataanya.
Setelah mengetahui kebusukannya, aku benar-benar muak melihatnya. Saat masih menjadi istri Dimas dulu, ternyata dia sering mendatangi kantor Dimas. Dan mengatakan hal yang tidak-tidak tentangku. Aku baru mengetahui setelah Dimas menceraikanku. Dia sendiri yang mengatakan jika dirinya senang dan puas, karena berhasil membuat Dimas menceraikanku.
Mendengar hal itu aku marah besar, pantas saja sebelum Dimas menceraikan ku, sikap Dimas berubah padaku. Ternyata otaknya telah di racuni oleh rubah betina ini.
Aku merapihkan penampilanku dan menyemprotkan parfum ke tubuhku lalu bersiap keluar. Sama sekali tidak meladeni perkataannya.
Dan ternyata hal itu membuatnya marah. "Kau tuli ya. Aku sejak tadi mengajak mu bicara Anna!" teriaknya dengan wajah marah.
Tapi aku benar-benar tidak perduli. Saat akan keluar, ada 2 orang wanita yang masuk ke dalam toilet.
"Mbak! Mbak jangan lama-lama ya di dalam toilet ini." kataku.
Mereka berdua mengerutkan keningnya. "Memangnya kenapa mbak?" tanya salah satu dari mereka.
"Toilet ini sepertinya ada penunggunya. Sejak tadi aku mendengar suara wanita berteriak dan marah-marah. Hiiie, seram!" kataku dengan ekspresi seolah ketakutan.
"Dasar sialan! Jadi kau menganggap ku setan Anna!" Lisa murka mendengar perkataan ku. Ia akan menarik bajuku, tapi aku berpindah tempat mendekati pintu.
"Mbak dengarkan! Ada lagi suara wanita, tapi tidak ada wujudnya. Mengerikan sekali, sudah ah aku mau keluar. Hati-hati ya mbak!" pesanku. Kemudian lari meninggalkan toilet. Aku mendengar Lisa berteriak memanggilku dan mengumpatku dengan perkataan kasar.
Sesampainya di depan, aku melihat Dimas juga berjabat tangan dengan ke 2 wanita berpakaian seragam hitam. Aku kembali duduk di kursi ku dan menghabiskan jus melon kesukaanku.
"Anna!" panggil Dimas. Aku lekas mendekatinya.
"Sudah tuan?" tanyaku.
"Sudah!" jawabnya singkat. Aku mengangguk patuh, dan mengambilkan jas yang tergantung di balik kursi lalu memakaikannya ke tubuh Dimas.
"Apa klien kita sudah datang?" tanya Dimas. Aku yang tak tau apapun di buat gelagapan dengan pertanyaannya.
"Klien?" kataku bingung. Setelah Dimas mengedipkan sebelah matanya, barulah aku paham, jika Dimas sedang bersandiwara.
"Oh, klien ya. Iya tuan, Sekertaris tuan River tadi telepon, jika tempat meeting nya pindah di restoran hotel Golden Rose, mungkin setengah jam lagi mereka sampai." kataku.
"Ya sudah! Kita pergi sekarang. Hubungi Leo, katakan padanya untuk menghendel kantor. Setelah pertemuan dengan River ini aku tidak akan kembali ke kantor." katanya.
"Baik tuan!" jawabku. Lalu mengeluarkan ponselku. Berpura-pura mengirimkan pesan pada asisten Leo.
"Ma, kak Weni, aku harus segera pergi karena ada pertemuan penting." Dimas berpamitan pada calon mertuanya dan kakak iparnya.
"Iya Dim, pergilah. Nanti mama akan katakan pada Lisa kalau kamu ada pertemuan penting."
Dimas mengangguk dan langsung berjalan menuju keluar restoran.
"Permisi nyonya Linda dan nyonya Weni. Saya pergi dulu." aku menundukkan kepalaku hormat. Sebenarnya kedua orang tua Lisa itu baik. Tapi aku tak tau kenapa bisa mereka memiliki anak yang jahat dan licik seperti Lisa.
"Ya Anna!" jawab mereka bersamaan. Setelah itu, aku berlari mengejar Dimas yang sudah sampai di luar restoran.
semoga Othor nya beri kesempatan Dimas segera bisa bangun dan pulih kembali yaaa 👍😢