Di balik kehidupan mereka yang penuh bahaya dan ketegangan sebagai anggota organisasi rahasia, Alya, Alyss, Akira, dan Asahi terjebak dalam hubungan rumit yang dibalut dengan rahasia masa lalu. Alya, si kembar yang pendiam namun tajam, dan Alyss, yang ceria serta spontan, tak pernah menyangka bahwa kehidupan mereka akan berubah drastis setelah bertemu Akira dan Asahi, sepupu yang memimpin di tengah kekacauan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azky Lyss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Perubahan Yang Terasa
Esok hari, suasana di kampus terasa lebih cerah. Alya, Asahi, dan Akira berjalan beriringan menuju kafe dekat kampus untuk beristirahat sejenak setelah berjam-jam berlatih. Meja di luar kafe dipenuhi oleh mahasiswa lain yang sedang menikmati waktu mereka, suasana santai yang jauh berbeda dengan ketegangan saat latihan.
Alya mengamati sekitar, menghirup udara segar dan menikmati suasana yang tidak terburu-buru. Dia merasa lebih rileks, meski pikiran tentang Asahi masih terus mengganggu. Sambil berjalan, Asahi dan Akira terlibat dalam obrolan ringan, dan Alya berusaha ikut serta meskipun terkadang pikirannya melayang.
“Aku rasa kita harus sering-sering di sini. Ruang latihan itu bisa jadi membosankan,” kata Akira, sambil melirik Alya untuk memastikan ia setuju.
“Setuju,” jawab Alya, berusaha untuk tidak terdengar terlalu kaku. “Latihan di luar bisa memberikan perspektif yang berbeda.”
Asahi menatap Alya dengan senyum lebar. “Tepat sekali. Kita bisa menambahkan beberapa elemen baru ke dalam latihan kita. Mungkin kita bisa mengajak anggota lain?”
Alya tidak bisa menahan senyumnya. "Kita bisa membuat sesi latihan lebih seru. Selain itu, bisa mengurangi tekanan di markas."
Begitu mereka tiba di kafe, mereka memilih meja di luar, dikelilingi oleh pepohonan rindang dan suara tawa teman-teman sekelas. Alya merasa nyaman dan senang. Akira memesan kopi, sementara Asahi memilih teh dingin.
“Jadi, rencana selanjutnya?” tanya Akira, menatap kedua temannya dengan rasa ingin tahu.
Alya memikirkan hal itu sejenak. “Mungkin kita bisa merencanakan latihan team building. Akan lebih baik jika kita bisa memahami kekuatan dan kelemahan satu sama lain.”
Asahi mengangguk setuju. “Itu ide bagus, Alya. Kita bisa memperkuat kerja sama tim.”
Obrolan mereka berlanjut dengan antusiasme, dan tanpa mereka sadari, waktu berlalu begitu cepat. Alya merasakan hubungan di antara mereka semakin kuat, meskipun ada perasaan tak terucapkan yang menggelayut di antara dia dan Asahi. Mereka menikmati kebersamaan itu, tidak memikirkan konflik di luar sana.
---
Setelah makan siang, mereka kembali ke kegiatan kampus. Alya dan Alyss terdaftar di kelas yang sama, sehingga Alya mengharapkan waktu yang menyenangkan saat kuliah. Namun, saat ia memasuki ruang kelas, ia melihat Alyss duduk di tempatnya dengan senyum lebar.
“Mau tahu berita baik?” tanya Alyss dengan semangat.
“Apa?” jawab Alya, penasaran.
“Aku mendapatkan tawaran untuk tampil di acara kampus bulan depan! Kita bisa menunjukkan keterampilan kita!” Alyss melanjutkan, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
“Wow, itu keren! Tapi apakah kamu yakin siap untuk itu?” Alya bertanya, sedikit khawatir.
“Aku sudah berlatih untuk ini. Dan kita bisa berlatih bersama!” Alyss menjawab, matanya bersinar dengan semangat.
Alya tersenyum, merasa bangga pada adiknya. "Baiklah, kita bisa berlatih bersama. Aku akan membantu semampuku."
Selama kelas, pikiran Alya melayang kembali ke Asahi. Dia menyadari bahwa perasaannya terhadap Asahi semakin dalam, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Dalam diam, dia berharap bahwa momen-momen seperti ini tidak akan mengubah apa pun di antara mereka.
---
Hari-hari berlalu dengan cepat. Latihan menjadi rutinitas baru mereka, dan hubungan antara Alya dan Asahi semakin akrab, meskipun keduanya terus berusaha menyembunyikan perasaan mereka. Terkadang, Asahi akan memberikan senyuman yang tidak bisa membuat Alya berfikir rasional, dan itu membuatnya semakin bingung.
Suatu sore, mereka kembali berkumpul untuk latihan di markas. Akira, yang sedang merencanakan latihan baru, memutuskan untuk mengadakan sesi simulasi pertarungan. “Kita akan membagi tim. Alya dan Asahi, kalian berdua tim merah. Aku dan anggota lain tim biru.”
Alya menatap Asahi, merasakan ketegangan yang samar. “Siap?” tanya Alya dengan nada santai, berusaha menutupi kecemasan di dalam dirinya.
“Siap,” jawab Asahi, matanya bersinar penuh semangat.
Latihan dimulai, dan suasana di ruang latihan sangat menegangkan. Alya dan Asahi bekerja sama dengan baik, saling mendukung dan melindungi satu sama lain. Mereka bergerak seperti satu kesatuan, menggunakan keterampilan masing-masing untuk mengalahkan tim lawan.
Di tengah simulasi, ketika keduanya sedang menghadapi serangan dari arah yang berbeda, Alya tidak sengaja terjatuh. Dengan sigap, Asahi segera berlari ke arahnya, memegang tangannya untuk membantunya berdiri.
“Apakah kau baik-baik saja?” tanyanya, khawatir.
“Aku baik-baik saja, hanya sedikit terpeleset,” jawab Alya, mencoba tersenyum meski merasakan detak jantung yang semakin cepat.
Mereka saling menatap dalam sejenak, dan Alya merasakan sesuatu yang lebih dalam di antara mereka. Namun, sebelum ia bisa memikirkan lebih lanjut, Akira datang menghampiri.
“Berhenti sejenak!” Akira berteriak, menarik perhatian mereka berdua. “Kalian berdua sudah hebat, tetapi ingat untuk saling menjaga satu sama lain!”
Dengan itu, latihan dilanjutkan. Namun, momen itu terus membayangi Alya, membuatnya bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya dia rasakan terhadap Asahi.
---
Hari-hari berikutnya berlangsung lebih cerah. Mereka sering berkumpul dan menghabiskan waktu bersama, baik di kampus maupun di luar. Alya merasa nyaman berada di dekat Asahi, namun kekhawatiran akan perasaan yang tidak terucapkan itu selalu mengganggu.
Suatu malam, saat mereka berkumpul di markas, Asahi berinisiatif untuk mengadakan malam film. Semua orang setuju, dan suasana di dalam ruangan terasa hangat. Alya duduk di sebelah Asahi, merasa sedikit canggung, namun suasana santai mengurangi ketegangan di antara mereka.
Film mulai diputar, dan Alya merasa dirinya larut dalam cerita di layar. Namun, ketika ia merasakan tangan Asahi bersentuhan dengan tangannya, seluruh dunia seolah berhenti. Alya menoleh dan menemukan Asahi menatapnya, membuat jantungnya berdebar.
"Maaf," ucap Asahi, cepat-cepat menarik tangannya kembali.
“Tidak apa-apa,” jawab Alya, berusaha menjaga suaranya tetap tenang. "Ini hanya film."
Malam itu, meski mereka bersenang-senang, perasaan antara mereka semakin rumit. Alya merasakan ketegangan yang tidak bisa diungkapkan, dan dia tidak tahu bagaimana menghadapinya. Dan di dalam hatinya, ia berharap agar perasaan ini tidak mengganggu hubungan mereka yang sudah terjalin baik.
Alya tahu bahwa perubahan besar mungkin akan terjadi, dan ia tidak yakin apakah ia siap menghadapinya. Tetapi satu hal yang pasti: hubungan mereka tidak akan pernah sama lagi setelah malam itu.