Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Kak,maafin aku yaa belum bisa jadi adik yang baik buat kakak. Aku gagal lagi jagain kakak dari mama sampek kakak kayak gini. Aku gak tau masalah apalagi yang ada di antara kalian,tapi apapun itu aku akan tetap ada di belakang kakak" Alvaro berucap lirih seraya memandangi wajah sayu Aqilla yang masih terpejam.
Tangannya kanannya memegang erat jemari pucat Aqilla yang terasa dingin. Sedangkan tangan kirinya tergerak untuk mengelus lembut pucuk kepala sang kakak. Hatinya remuk melihat wajah Aqilla yang tampak lelah saat terpejam. Tampak sekali bahwa Aqilla tidak bahagia selama ini.
Perlahan Aqilla mulai mengerjapkan mata sebelum terbuka sepenuhnya. Ia memandangi sekeliling kamar dan mendapati wajah teduh sang adik yang tertidur di pinggir ranjang sambil memegang tangannya.
Di pandanginya garis wajah Alvaro yang mirip sekali dengan Teguh, sangat berbeda dengan dirinya. Mengapa selama ini ia tidak menyadari perbedaan itu.Air matanya luruh seketika dengan Isak tangis yang berusaha ia redam. Bagaimana jika Alvaro akhirnya tau,apakah ia akan tetap menyayangi Aqilla seperti sekarang.
Aqilla dengan cepat menghapus air matanya ketika melihat Alvaro terbangun. Bibir ranumnya tertarik menampilkan senyum yang semanis mungkin, meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja sekarang. Dia tak ingin memperlihatkan kesedihan nya kepada sang adik.
"Ehh kak Aqilla udah bangun? Apa yang kakak rasain,ada yang sakit gak? Atau kak qilla mau makan, aku suapin yaa?" ujar Alvaro sembari menyambar makanan yang sudah tersedia di atas nakas.
Dengan telaten Alvaro menyuapkan makanan sedikit demi sedikit ke mulut Aqilla. Perlakuan Alvaro kembali membuat hati Aqilla teriris. Ibu kandung nya saja tidak pernah melakukan ini, malah adik yang berbeda ayah itu yang sangat perhatian padanya.
"Maafin aku yaa kak, aku tadi pulang nya telat. Kalau aja aku cepat pulang pasti aku bisa belain kakak tadi. Emangnya ada masalah apa lagi sih kak, Sampek kak qilla di kurung sama mama."ucapnya memandang Aqilla lekat.
" Kok malah kamu yang minta maaf kan kamu gak salah. Lagian emang kakak yang salah udah buat masalah di sekolah. Ya sebenernya cuma salah paham aja tapi kakak gak ada bukti Sampek mama di panggil ke sekolah. Jadi wajar kalau mama hukum kakak" Aqilla tersenyum getir melirik ke arah lain. Tak ingin kesedihan nya dilihat sang adik.
"Pasti ada yang jahatin kak qilla ya di sekolah. Terus kakak di fitnah kan. Aku percaya kok kalau kakak gak mungkin buat ulah. Kakak yang sabar yaa,aku gak tega liat kakak kayak gini. Aku janji akan jagain kakak terus selamanya" ujar alvaro. Ia meletakkan kembali piring yang baru setengah di lahap oleh Aqilla itu di atas nakas. Tangan kanannya bergerak mengelus punggung sang kakak.
Suasana kembali hening. Kedua insan berbeda gender itu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Aqilla terlihat berpikir menimbang-nimbang apakah dia harus memberitahukan kepada Alvaro mengenai status mereka. Tetapi,ia juga belum siap jika nantinya Alvaro malah menjauhinya. Ia belum siap untuk kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuk ia tetap bertahan.
"Dek, makasih yaa kamu selalu ada buat kakak. Kamu udah jagain kakak terus dan maaf kakak udah ngerepotin kamu. Harusnya kakak yang ngejaga kamu bukan sebaliknya."lirih Aqilla.
"kakak ngomong apa sih, aku kan anak cowok udah pasti lah aku yang harus jaga kakak. Lagian sesama saudara itu saling tolong menolong dan menyayangi. kecuali bang Adnan sih, kayaknya galaknya mama nurun deh ke bang Adnan." Alvaro tersenyum hambar mengingat saudara sulungnya itu.
" kamu gak boleh ngomong kayak gitu, gimanapun juga bang Adnan itu saudara kandung kamu. Walaupun galak atau ngeselin dia pasti sayang banget sama kamu."ujar Aqilla menggenggam tangan Alvaro.
"Kak Qilla kan juga saudara kandung ku. Apa sih ngomong nya gitu. Kata-kata nya ambigu tau nggak. Udah lah kakak gak usah mikirin bang Adnan,mendingan kakak istirahat aja mumpung mama masih di rumah makan." jawab Alvaro.
Dengan sigap ia membantu Aqilla merebahkan diri. Dan memastikan bahwa posisi tidur Aqilla sudah nyaman. Setelahnya dia menarik selimut Aqilla menutupinya hingga sebatas leher. Dan berjalan meninggalkan kamar bernuansa putih itu.
"Tapi aku bukan kakak kandungmu Varo. Apa kamu masih sayang kalau kamu tau kita hanya saudara tiri. Dan aku terlahir dari hasil pemerkosaan yang udah buat mama kayak gini" batin Aqilla. Ia terus memandangi Alvaro yang masih tersenyum di ambang pintu sebelum hilang dari pandangan.
^^^^
Pagi ini Miranti dan Aqilla sudah berkumpul di ruang kepala sekolah bersama Nathan dan ibunya. Nathan dan Aqilla berdiri di belakang kursi yang di duduki oleh orang tua mereka. Dengan pak Burhan selaku kepala sekolah dan buk Maria guru BK yang telah duduk berhadapan dengan mereka.
Pak Burhan memperbaiki kacamatanya dan menghela napas panjang sebelum memulai pembicaraan. Di tatapnya satu persatu wajah mereka yang menegang,terutama Miranti yang tampak sekali sedang tidak bersahabat.
"Jadi begini Buk, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kalian sudah berkenan datang kesini. Sebenarnya masalah ini tidak terlalu besar hanya saja Aqilla dan Nathan sudah tertangkap basah sedang berpelukan di toilet sekolah. Seperti yang kalian ketahui, peraturan di sekolah kami ini sangatlah ketat. jangankan berpelukan, ketahuan berpacaran di area sekolah saja di larang. Di tambah berita ini tersebar di sosial media."jelasnya.
"jadi mau tidak mau saya harus memberikan kebijakan kepada mereka. Aqilla merupakan salah satu siswa berprestasi di sekolah ini dan kejadian ini dapat membuat ia terancam di blacklist dari daftar murid yang akan masuk Universitas Negeri lewat jalur prestasi. Dan Nathan merupakan siswa baru,tapi sudah membuat nama baik sekolah tercoreng."sambungnya.
"Tapi pak,saya dan Aqilla tidak melakukan apa pun. Foto yang tersebar itu tidak seperti sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Ini fitnah pak, dan saya yakin jika Siska dan teman-teman nya dalang dari ini semua. Bapak harus adil juga dong,masa kami berdua doang yang di hukum"sergah Nathan memotong pembicaraan pak Burhan.
Nathan sangat tidak terima jika masalah sepele seperti ini saja harus di perbesar. Apalagi kalau sampai Aqilla di blacklist sangat tidak adil untuknya.
"Iyaa, saya tau. Tapi foto kalian itu udah tersebar dan membuat heboh dunia maya. Dan itu membuat nama baik sekolah tercoreng. Jangan Sampek orang-orang berfikir bahwa guru disini tidak becus mendidik kalian." terang pak Burhan.
Miranti diam tidak ada niatan untuk membela Aqila di depan kepala sekolah. Dia sudah muak dan geram karena Aqilla sudah membuatnya malu. Jika saja bukan buk Maria yang secara langsung meminta ia untuk datang ke sekolah,bisa di pastikan Miranti tidak akan peduli dengan masalah sang putri.
"Begini saja, Nathan dan Aqilla kalian saya kasih surat peringatan pertama. Jika kejadian ini terulang lagi maka kalian harus tanggung sendiri akibatnya. Dan ibu-ibu mohon kerja sama nya yaa. Tolong beri pengertian kepada mereka. Saya bukan melarang untuk berpacaran karena itu hak mereka,tapi tidak di lingkungan sekolah." jelas pak Burhan.
"kami bukan pacaran pak,saya kan udah bilang Aqilla di jebak. Jangan karena Siska anak donatur sekolah terus bisa seenaknya gini dong pak,gak adil itu namanya"sanggah Nathan.
Wajahnya tertekuk menahan kesal akibat tidak terima dengan pendapat pak Burhan. Ya memang ia akui kalau dirinya menyukai Aqilla. Tapi bukan berarti dia tidak tau tempat di mana untuk berpacaran. Untuk mengutarakan perasaannya saja dia tidak berani.
"Yasudah tidak apa-apa pak, memang anak saya aja yang salah. Saya terima semua keputusan bapak. Dan saya mohon maaf sudah lalai mendidik dia. Jika tidak ada lagi yang perlu di bicarakanlah saya mohon pamit pak karena harus bekerja lagi." ucap Miranti yang sedari tadi diam.
Di rasa sudah cukup, Miranti segera menyalami pak Burhan untuk pamit pulang. Wajahnya sudah memerah menahan malu.Ia tidak ingin berlama-lama di ruangan itu hanya membicarakan masalah bukan prestasi aqilla. Sedangkan Aqilla hanya tertunduk menatap ujung sepatunya yang lusuh.Sama sekali tidak tampak jika dirinya anak dari kalangan berada.
Dengan cepat Miranti meninggalkan ruangan kepala sekolah tanpa menoleh ke arah Aqilla. Seluruh pasang mata memperhatikan dirinya yang berjalan di koridor sekolah di susul oleh Aqilla di belakangnya.
Bukkk... Kepala Aqilla membentur badan Miranti yang tiba-tiba saja berhenti di hadapannya. Sedari tadi dia berjalan mengikuti Miranti sambil menunduk karena malu di lihat murid satu sekolah. Dan kini keduanya sudah berada di parkiran sekolah.
Aqilla meringis, tangannya terulur memegangi kepalanya yang sedikit sakit. Perlahan ia mulai menaikkan pandangan ke arah Miranti yang kini sudah menatap nya tajam. Pandangan Miranti langsung menghunus dalam ke manik mata milik Aqilla.
"KAMU ITU KALAU JALAN PAKAI MATA. NGAPAIN SIH KAMU IKUTIN SAYA KESINI. BELOM PUAS BUAT MALU SAYA DI DEPAN SEMUA ORANG HAH!! "bentak Miranti.
"em-maaf ma, Aqilla gak sengaja nabrak mama. Aqilla juga minta maaf udah buat malu mama. Aqilla janji gak bakal ulangi lagi. Aqilla mau ikut pulang bareng mama boleh yaa, soalnya Aqilla lagi gak enak badan." ucap Aqilla dengan suara bergetar menahan tangis.
"ENAK AJA KAMU MINTA PULANG BARENG SAYA. KAMU PIKIR SAYA SUDI SATU MOBIL DENGAN ANAK HARAM KAYAK KAMU. Satu hal lagi, gak usah manja. Kamu masih punya kaki kan, kalau kamu mau pulang jalan sana gak usah bikin repot"ketus Miranti.
Miranti mulai melangkahkan kaki untuk memasuki mobil sedan merah miliknya. Meninggalkan Aqilla yang masih berdiri di tempat memandangi kepergian nya. Bahu Aqilla bergetar naik turun,dengan susah payah ia menelan salivanya dan meredam rasa sakit yang semakin bergejolak.
Dengan terpaksa ia kembali berjalan sendiri untuk pulang ke rumah. Miranti bukan hanya meninggalkan nya tapi juga tidak memberikan nya sepeserpun uang untuk ongkos pulang.Aqilla berjalan tertatih menyusuri jalanan dengan panas yang begitu terik menyengat kulit.
Pandangannya beralih menatap seorang anak kecil yang duduk di sekolah dasar sedang di jemput oleh ibunya. Bagaimanapun juga dia hanya seorang anak perempuan yang juga butuh perhatian dan kasih sayang dari sang ibu. Ia juga ingin di antar ke sekolah dan di beri kecupan atau sekedar kata-kata penyemangat untuk memulai hari.
"Ya tuhan, kapan yaa Aqilla bisa di jemput ke sekolah sama mama. Sampai kapan mama benci sama Aqilla. Atau nunggu Aqilla udah gak ada dulu baru mama sadar kalau Aqilla juga anaknya. Walaupun gak di harapkan kehadirannya. Mama kangen gak yaa nanti kalau jauh dari Aqilla" Aqilla berucap lirih,ia terus memandangi momen indah di hadapannya yang belum pernah ia rasakan.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.