Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu si tuan naif (27)
"Sandiwara apa yang kalian perankan? Bahkan beberapa kali bertemu tidak pernah tegur sapa! Lantas sekarang mengumumkan kalau sudah menikah, sungguh itu lelucon tak masuk akal."
Benar, masuk akal yang dikatakan oleh Leo, karena faktanya mereka beberapa kali bertemu tidak pernah tegur sapa. Lalu, tiba-tiba membuat pengumuman akan status pernikahan. Memangnya siapa yang akan percaya?
"Terserah bagaimana kamu menanggapinya. Namun, ini sudah cukup memberi bukti bahwa kami adalah pasangan." Kenzie pun memperlihatkan dua akte nikah karena barang itu pasti akan dibutuhkan dan ternyata benar dugaannya.
"Bahkan akte nikah ini bisa dimanipulasi," ujar Leo yang tak pernah percaya kepada Kenzie.
"Lihat dan baca. Maka kebenaran di depan mata," timpal Ardi yang tak ingin masalah ini semakin rumit.
Benar saja, Leo membuka akte nikah milik mereka berdua dan membaca dengan hati-hati.
'Bulan 10 tanggal tujuh tahun 2020' setelah membaca mata Leo tak bisa berbohong akan kemarahannya yang selama ini sudah dipermainkan oleh Kenzie.
"Kita menikah sebelum aku mengenalmu," ucap Kenzie.
"Jadi, ini alasan kenapa kamu selalu kabur setiap aku bertanya?"
Kenzie mengangguk. "Dulu aku ingin berpisah dari suamiku karena tak ada rasa cinta sampai akhirnya aku mengenalmu, tapi aku sadar orang yang selalu aku maki, aku hina, bahkan aku benci ... nyatanya dialah yang selalu melindungiku," ucap Kenzie secara terus terang.
"Maaf, karena aku sudah membuatmu kecewa." Kata Kenzie lagi.
Helaan napas terdengar begitu berat, mencoba kuat sayangnya tetap saja karena bagaimanapun juga. Leo hanyalah manusia dengan hati serta pikiran untuk sebuah keinginan, tetapi sekarang bahkan tidak mengetahui cara untuk mengambil.
"Maaf, aku sudah menjadi penghalang. Maaf karena aku sempat menyimpan rasa cinta kepada istrimu" ucap Leo kepada Ardi, dengan mata berkaca-kaca lelaki itu pun mencoba mengalah.
"Aku yang seharusnya minta maaf karena secara tidak sengaja menyeretmu ke dalam masalah kita." Seulas senyum terbit di bibir Ardi, sekalipun Ardi juga tak pernah menyalahkan Leo atau Kenzie.
"Tidak, kamu adalah lelaki hebat yang mana bisa bertahan hingga meluluhkan hati Kenzie, sekali lagi selamat dan aku berharap kita bisa menjadi teman." Leo berdiri, mengulurkan tangannya untuk berjabat.
Kecewa, tetapi Leo tidak bisa memaksakan sebuah hati ketika pemiliknya jauh lebih dari orang itu sendiri.
"Leo, terima kasih karena kamu mengerti." Kali ini yang berbicara adalah Kenzie.
"Kamu tenang saja," ucap Leo seraya tersenyum.
Leo pun yang tak ingin menjadi orang ketiga akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut. Pergi dari kehidupan mereka yang mulai menata bahtera rumah tangga karena tidak ingin menjadi penghalang.
Setelah kepergian Leo.
"Maaf, aku tidak memberitahumu terlebih dulu." Kata Kenzie penuh sesal.
Ardi tersenyum, lalu mengusap air mata Kenzie. "Aku tidak marah. Setelah ini aku akan mengantarmu pulang," ucap Ardi.
Kenzie yang mendengar langsung mengernyitkan keningnya. "Mau ke mana?" tanya Kenzie.
"Keluarga Surya–,"
"Aku ikut!" potong Kenzie.
"Tidak, kamu tetap di rumah." Jawab Ardi karena ia tidak ingin keluarga Surya akan mencemooh istrinya seperti yang sudah-sudah.
"Kenapa? Apa kamu takut jika aku membuat masalah? Atau menentang mereka," ujar Kenzie karena ia tahu jika keluarga Surya memang pantas mendapatkan.
"Baiklah, aku akan mengajakmu karena sepertinya kamu adalah lawan yang pas untuk mereka." Kata Ardi yang mana tadinya menolak, tetapi sekarang ia sudah berubah pikiran karena dengan sikapnya yang memilih masa bodoh itu, kini ada Kenzie.
Akhirnya mereka berdua sampai juga di kediaman Surya setelah beberapa saat. Rumah yang begitu megah, tetapi bagi Ardi terlihat asing. Kenyataannya dia dulu pernah berada di dalam sana! Benar, di dalam rumah dan dipenuhi oleh orang-orang bertopeng.
"Ar, kenapa?" Kenzie melihat Ardi berdiri dan memaku, ia tahu jika sosok lelaki tersebut enggan untuk masuk.
"Tidak apa-apa." Jawab Ardi, lalu kembali melangkah hingga sambutan seperti biasa diterimanya.
Prok.
Prok.
Prok.
"Aku kira kamu tidak akan menginjakkan kaki di rumah ini lagi," ujar seorang lelaki yang mana adik dari Ardi.
"Bukan urusanmu!" jawab Ardi.
"Kamu hanya seorang lelaki yang buruk. Di rumah ini bahkan tidak mau menatap wajahmu, tetapi rupanya kamu masih memiliki muka untuk datang.
"Kedatanganku ke sini bukan untuk mencari keributan, minggirlah dari hadapanku." Dengan tegas Ardi memperingati sang adik yang bernama Delon.
Dua tangan membentuk kepalan, Delon yang tidak terima ingin sekali memberi pelajaran pada Ardi dengan wajah dipenuhi oleh amarah.
"Kamu hanya pria tunarungu yang tidak dianggap, mati saja kamu!"
Dengan cepat, Ardi menangkis tangan Delon yang hendak melayangkan pukulan kepadanya. Wajah yang dipenuhi oleh kebencian. Berharap sang kakak mati, itulah yang ada di dalam pikiran Delon.
"Ar ...!" Kenzie terpaksa angkat bicara, ia tidak mau jika Ardi membuang waktu pada orang yang tak bisa menghargainya.
"Cih, kamu ... kamu dasar perempuan bodoh! Apa di dunia ini kekurangan lelaki sampai-sampai mau diperistri seorang yang cacat? Menyedihkan–."
Plak!
Tanpa ragu, sebuah tamparan mendarat dengan sempurna.
"Kamu–,"
"Berhenti! Jangan pernah menyentuh istriku," cegah Ardi ketika Delon ingin membalas.
"Seandainya aku bisa memilih, maka aku akan memilih melihat setan dari pada melihat manusia macam kamu! Ternyata benar. Iblis tak selalu jahat dan manusia tak selalu baik bahkan di depanku adalah contohnya."
Senyum penuh ejek diperlihatkan oleh Kenzie, sedangkan Delon semakin muak dengan wanita yang kini menceramahinya. "Pantas saja kalian menikah, yang satu tuli dan yang satunya terlalu banyak bicara. Sungguh pasangan serasi," ujar Delon dengan wajah mengejek.
"Bahkan lebih baik dari pada menjadi manusia yang tidak tahu diri, demi sebuah kekayaan ia rela menukar nyawa sedarahnya!"
Kali ini Delon kalah telak, tidak bisa menyangkal tuduhan tersebut dan memilih menjadi patung. "Zie, jangan membuat omong kosong, lagi pula dia tidak akan setega itu–."
"Cih, bahkan kamu masih saja menjadi manusia naif." Potong Kenzie dengan senyum menghina.
Dari dalam rumah, mendengar suara tampak nyaring, membuat penghuni seketika terpancing untuk keluar.
"Kamu sudah datang?" Benar, pemilik suara tersebut adalah nenek Sari, meski beliau yang mengundang. Bukan berarti Ardi disambut hangat olehnya.
"Sedikit terpaksa. Sekarang nenek bisa mengatakannya dengan menyuruhku datang," ujar Ardi tampak santai ketika menanggapi orang yang dihormatinya tak pernah menganggapnya ada di depan matanya.
"Baik, langsung ke intinya. Semua orang tahu jika Surya memiliki anak lelaki tunggal. Kamu juga tahu siapa itu, jadi sesuai penglihatan seharusnya bisa menebak apa keinginanku." Tanpa berbelit dan tanpa ragu, nenek Sari meminta hal yang akhirnya di dengarnya juga.
"Aku harap Nenek juga tidak buta! Meski suamiku tidak pernah kalian anggap, tetapi semua itu menyangkut haknya!" Kenzie tidak terima hingga langsung bicara dan tak pernah takut untuk menghadapi manusia serakah seperti mereka.
"Kamu diamlah, bahkan keluarga ini tidak pernah menganggap dia ... apa lagi kamu, cam 'kan itu untuk ikut bertindak."
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...