Myro Veniar yang merupakan pangeran ke 3 dari Kerajaan Veniar, tanpa dukungan dan perhatian dari orang-orang, dikirim ke wilayah utara untuk melawan pemberontakan besar di utara hanya dengan ratusan pasukan.
Jika ia menolak perintah sang raja, Myro akan dianggap sebagai pemberontakan lalu diturunkan sebagai pangeran atau bahkan dieksekusi mati. Tapi, pergi ke utara untuk melawan pemberontakan besar tanpa dukungan sama seperti pergi menuju kematian juga.
Bagaimana cara Myro mengatasi pilihan di antara hidup dan mati ini? Apakah dia mampu bertahan di tengah sengitnya persaingan kekuasaan antara pangeran serta menjadi pangeran yang berhasil menjadi raja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ark Vest, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 : PANGERAN PERTAMA
"Bagaimana mungkin? Kavaleri perkasa yang aku latih secara bertahun-tahun, hancur begitu saja?", kata Erald berdiri di depan kereta kudanya menatap kavaleri miliknya dibantai seperti orang kesurupan. Jika bukan karena tahu Erald bukan prajurit melainkan seorang pangeran, dia mungkin akan di serang oleh pasukan Ares juga.
"Pangeran Erald, kita harus mundur", kata kusir kereta kuda Erald gemetar ketakutan, bagaimanapun apabila terjadi kesalahan, dirinya akan menjadi korban.
Erald kembali sadar akibat teriakan kusirnya, tapi sudah terlambat sebab lebih dari setengah kavalerinya terbunuh. Walaupun mereka mencoba memberi perlawanan, mereka tetap mati di bawah formasi pasukan Ares. Beberapa kavaleri mencoba melarikan diri, tapi mereka ditembak mati oleh panah, cuma sebagian kecil orang yang melarikan diri hidup-hidup.
"Hentikan! Hentikan! Jangan serang lagi! Aku menyerah!", teriak Erald panik, ia belum pernah menghadapi situasi berdarah yang seperti ini.
Lagipula selama hidupnya hingga saat ini, dia selalu hidup damai di ibukota tanpa melihat darah. Oleh karena it, dia hampir muntah akibat situasi di depannya. Apabila bukan karena takut seluruh kavalerinya dibantai, Erald pasti akan pergi dari tempat berdarah ini.
Meskipun Erald mencoba berteriak hingga menangis, pasukan Ares mengabaikannya. Bahkan, Ares bertindak semakin ganas seperti iblis di tengah medan perang, puluhan prajurit telah tewas di bawah pedangnya.
Erald mencoba berlari panik menuju medan perang untuk menghentikan Ares tanpa pikir panjang, untungnya kusir kuda yang menjadi bawahan setianya menghentikan Erald "Pangeran, jangan gegabah! Anda tidak boleh mendekati medan perang yang berbahaya bagi hidup anda! Sekalipun kehilangan seluruh pasukan, anda dapat membangunnya kembali memakai bantuan Tuan Viscount. Tetapi jika anda mati, semuanya akan berakhir".
Pikiran Erald yang tadinya bingung kembali menjadi jelas akibat pengingat bawahannya, ia melihat ke arah Myro dan berteriak menangis, kalau bukan karena Myro terlalu jauh dia akan memeluk kaki Myro secara langsung "Saudara ketiga, aku mohon hentikan pasukanmu! Aku menyerah! Aku tahu aku salah! Aku mohon agar saudara ketiga memberikan belas kasihannya!".
Jiral yang terpesona oleh kekuatan pasukan Ares tahu bahwa dia harus bergerak, bagaimanapun bukan hal yang bagus bagi para pangeran untuk saling membunuh "Pangeran Myro, adikmu telah menyerah, aku rasa tak perlu lagi melanjutkan pertarungan ini. Bagaimana begini, selama anda menghentikan pasukan anda, aku akan memberitahu para penjaga ibukota dan berbicara kepada yang mulia supaya mengabaikan pembunuhan yang pasukan anda lakukan di depan gerbang ibukota?".
Myro sebelumnya khawatir pembunuhan Ares bersama pasukannya akan dipermasalahkan oleh pejabat ibukota, tetapi perkataan Jiral tadi membuat Myro lega.
Apalagi pasukan Erald hampir lenyap sepenuhnya, tak ada gunanya meneruskan pembantaian sepihak yang terjadi. Selain itu, jika Myro menolak berhenti, orang-orang akan menganggap Myro sebagai pembunuh berdarah dingin.
Karena alasan tersebut, Myro berteriak keras "Ares, cukup!".
"Berhenti!", teriak Ares dengan wajah yang diselimuti oleh darah dari musuh-musuhnya.
Bersamaan teriakan Ares, seluruh pasukannya berhenti membunuh. Tetapi, mereka tetap membentuk formasi bertahan tanpa menunjukkan kelalaian sedikitpun, lebih tepatnya dia berhati-hati kalau terdapat musuh yang mencoba membalas dendam.
Ares mengabaikan medan perang yang berdarah, ia berjalan menuju Myro.
Banyak orang menjauh saat Ares mendekat, mereka takut terhadap aura berdarah miliknya serta jijik terhadap aroma darahnya.
Berbeda dari semua orang, Myro berdiri diam di tempatnya, tidak menunjukkan sedikitpun rasa jijik seperti orang-orang melainkan ia tersenyum mengapresiasi keberanian Ares dan kemampuannya yang memang hebat.
Ares berlutut di depan Myro "Untungnya Ares memenuhi harapan tuanku, seribu Pasukan Loyalis siap bertarung bersama tuan! Walaupun kehilangan nyawa kami, selama dapat membantu mencapai tujuan anda, kami para Loyalis akan melakukannya tanpa ragu".
"Kerja bagus, Ares!", kata Myro yang membantu Ares berdiri dengan memegang pundaknya, tanpa peduli tangannya ikut ternodai oleh darah "Aku cukup tertarik tentang yang kau bicarakan, apakah Pasukan Loyalis merupakan nama yang kau berikan? Jadi, bendera yang kalian bawa merupakan bendera Pasukan Loyalis kah? Nama yang bagus".
"Sebenarnya nama Pasukan Loyalis adalah pemberian an--", Ares berhenti berbicara sebab dia menyadari dirinya salah bicara "Seperti yang tuan katakan, bendera Loyalis mempunyai lambang perisai di hati yang bermaksud kami akan menjadi pelindung bagi tuan kami".
Saat Myro sedang berbicara bersama Ares, sebuah suara teriakan menganggu mereka "Tidak, pasukanku! Pasuka yang aku kembangkan susah payah, menghabiskan banyak waktu dan uang, bagaimana mungkin kalah dari pasukan pangeran buangan?".
Orang yang berteriak yaitu Erald, wajah Ares menjadi sedingin es akibat ucapan tadi "Tuanku, apakah aku perlu membunuhnya? Selama tuan memberikan perintah, aku tak akan ragu membunuh seorang pang--".
Lune memukul bagian belakang punggung Ares yang menyebabkan ia berhenti berbicara "Jangan ucapanmu, jangan mempersulit tuan! Aku tahu anda berbicara karena membenci ejekan terhadap tuan, akupun begitu. Tetapi ingat baik-baik, belum waktu membunuh pangeran, hal tersebut membawa banyak masalah bagi tuan kita selama dilakukan pada waktu yang salah".
Lune tak menunggu jawaban dari Ares melainkan ia berkata "Jendral Jaril, aku rasa pertandingan telah selesai, kami boleh meninggalkan ibukota bukan? Selain itu, aku harap kau akan menjadi saksi bagi kami dihadapan raja bahwa pertarungan barusan merupakan pertarungan adil yang disetujui kedua pihak, jadi masalahnya cukup selesai disini".
Jaril mengangguk setuju "Aku mengerti, nanti aku akan bicara pada yang mulia dan menteri lainnya, masalah pangeran ketiga bersama pangeran kelima selesai disini, tidak akan dilanjutkan ke masalah lain".
"Aku bisa lega sebab jaminan Jendral Jaril dapat dipercaya", kata Lune sopan "Kalau begitu, Tuan Myro, ayo pergi! Kita membuang waktu terlalu banyak di ibukota, aku khawatir kita gagal mencapai kota tujuan kita berikutnya sebelum malam tiba".
"Apa yang Lune katakan benar, aku pamit dulu, Jendral Jaril! Ada perjalanan panjanh yang harus aku lakukan agar tiba di wilayah utara secepatnya", jawab Myro setuju terhadap perkataan Lune, jadi dia kembali menuju keretanya.
Di bawah tatapan kagum dan hormat semua orang, kereta kuda Myro berjalan meninggalkan gerbang kota diikuti oleh 300 pasukan milik Lune.
Ares ikut memerintahkan pasukan miliknya agar bergerak mengikuti kereta kuda Myro sambil memastikan keamanannya juga.
Jiral menatap kepergian Myro lalu melirik ke arah medan perang berdarah yang merupakan sisa dari pertarungan tadi "Nampaknya akan cukup sulit untuk menjelaskannya kepada yang mulia".
...----------------...
Pada malam hari, di istana Kerajaan Veniar.
"Itu semua yang terjadi saat Pangeran Myro meninggalkan ibukota, demikian laporan milik saya", kata Jiral hormat kepada orang yang sedang duduk di depannya.
Sosok yang duduk menilai laporan Jiral yaitu Raja Veniar IV, ia tersenyum terhadap laporan yang di dengarnya "Apa yang kau lakukan sudah tepat! Beritahu menteri hukuman, abaikan pertarungan di depan gerbang ibukota hari ini. Kau boleh pergi, terima kasih atas kerja kerasmu".
Jiral menggelengkan kepalanya "Tugas saya untuk membantu yang mulia, bahkan sebuah kehormatan bagi saya bisa membantu anda! Karena tugasku dianggap selesai, aku izin pamit".
Setelah Jiral pergi, Raja Veniar IV mengambil salah satu dokumen di meja sambil tetap tersenyum "Myro seperti kuda hitam yang mendadak muncul mengubah seluruh papan catur. Bagaimana reaksi kalian, anak-anakku yang lain? Pertarungan yang tadinya seimbang, sepertinya mulai berubah secara drastis".
...----------------...
Di pinggiran barat ibukota, terdapat sebuah villa yang cukup mewah yang merupakan tempat tinggal pangeran pertama.
Berbeda dari Myro, pangeran pertama, Charli Trino Veniar diberikan posisi sebagai wakil kepala kepolisian ibukota.
Sejak berada di posisi ini, Charli selalu mengalami sakit kepala sebab hampir semua pejabat tinggi di kepolisian Kerajaan Veniar merupakan orang-orang pangeran kedua. Bahkan kakek pangeran kedua adalah kepala kepolisian kerajaan sebelumnya sedangkan kepala kepolisian sekarang yaitu paman pangeran kedua. Karena alasan tersebut, dia sebagai musuh terbesar pangeran kedua meneruskan tahta selalu ditekan oleh pendukung pangeran kedua.
Saat ini Charli sedang duduk di ruang kerjanya sambil meminum secangkir teh panas, ada seorang pria yang diselimuti pakaian hitam hingga menutup wajahnya berlutut di belakang Charli.
"Mengejutkan! Ternyata baik aku, ayah, saudara kedua, dan saudara yang lain terlalu meremehkan saudara ketiga kita", kata Charli menatap ke arah peta yang ia pajang di tembok "Area utara ya? Ayah benar-benar memberikan posisi yang cukup aman kepada saudara ketiga walaupun cukup sulit untuk berkembang disana sebab wilayah utara menjadi markas dari saudara keempat! Salah satu bangsawan terbesar disana, Count Farzo adalah paman saudara keempat. Mengingat sifat serakah saudara keempat, ia pasti akan menghalangi pergerakan saudara ketiga disana".