NovelToon NovelToon
Dikhianati Suami, Dicintai Bos

Dikhianati Suami, Dicintai Bos

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.6
Nama Author: syitahfadilah

S 3

Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19. CARA MOVE ON

Sesampainya di rumah, Ramon bergegas menuju kamarnya. Ia merasa tak sabar bertemu Bella untuk mengelus perut wanita itu. Rasa lelah dan kesalnya seketika sirna begitu mengingat anak dalam kandungan Bella.

Asisten rumah tangga yang dipekerjakan Ramon khusus untuk membersihkan rumah, nampak gelagapan begitu melihat kepulangan majikannya itu. Sampai-sampai, pengepel lantai yang dipegangnya terjatuh.

"Bibi tidak sehat?" Tanya Ramon yang melihat gelagat aneh art nya itu. Ia berpikir mungkin dia sedang kurang sehat sehingga tidak fokus dengan pekerjaannya.

"Tidak, Pak." Jawabnya sembari menggeleng cepat.

"Syukurlah kalau begitu." Ujar Ramon kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Art itu menatap langkah Ramon yang kian menjauh dengan ekspresi datar, namun dari sorot matanya memancarkan rasa iba.

Sesampainya didepan pintu kamar, Ramon mengerutkan kening ketika menekan handle pintu tapi terkunci. Tidak biasanya Bella mengunci pintu kamarnya.

"Bell, aku pulang. Buka pintunya." Ramon mengetuk pintu dengan cukup kuat agar membangunkan Bella yang mungkin saja sedang tidur siang. Akhir-akhir ini, istrinya itu memang sering mengantuk.

"Bella, buka pintunya." Untuk yang kesekian kali Ramon mengetuk pintu namun tak kunjung terbuka. Perasaannya pun menjadi cemas. Khawatir terjadi sesuatu pada Bella didalam kamar.

Ramon pun berpikir untuk mendobrak pintu kamarnya, ia mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang. Namun, belum sampai, gerakannya terhenti ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.

Ramon pun menghela nafas lega melihat Bella dalam keadaan baik-baik saja. Ia langsung memeluk istrinya itu.

"Kau membuat aku khawatir, Sayang. Kenapa lama sekali membuka pintunya?" Tanya Ramon seraya mengurai pelukannya.

"Aku tadi lagi dikamar mandi, Mas." Jawab Bella. Tampak ia menggigit bibir bawahnya.

"Kamu habis mandi? Pantes kening kamu masih basah gini." Ramon mengusap air dikening istrinya itu, namun sesaat kemudian hidungnya mengendus mencium aroma yang berbeda. "Ini keringat ya, bukan air?"

"Em itu Mas, makanan yang Mas belikan tadi pedas banget. Aku sampai keringatan memakannya." Jawab Bella sambil tersenyum, terlihat seperti dipaksakan.

"Ya ampun, maaf aku gak tahu kalau makanannya pedas. Tadi aku buru-buru jadi gak kepikiran bilang sama pelayannya agar tidak memberi cabai. Tapi kamu gak apa-apa, kan? Perutmu gak sakit kan?"

Bella menggeleng, membuat Ramon menghela nafas lega. Ia khawatir makanan pedas itu bisa berefek pada kehamilan Bella.

Ramon pun merangkul istrinya itu masuk ke dalam kamar. Ia terperangah melihat penampakan ranjang yang sangat berantakan. Namun, ia tidak ingin protes sekarang. Hanya bisa menghela nafas dan harus bisa mengerti keadaan Bella yang katanya tadi pagi kepalanya merasa pusing. Itu mungkin efek kehamilannya, batin Ramon.

Tatapan Ramon berpindah ke meja yang terletak di samping ranjang. Diatasnya terdapat dua piring bekas, ia langsung menoleh menatap Bella.

"Kamu makan dua porsi sekaligus?" Tanyanya dengan kening mengkerut dalam. Ia memang pernah mendengar bahwa beberapa wanita hamil mengalami peningkatan nafsu makan, tapi apa iya Bella bisa makan sebanyak itu dalam sekali makan.

"Ah iya, Mas. Gak tahu kenapa aku lapar banget." Jawab Bella dengan santai, namun gerakan matanya seperti gelagapan.

Ramon hanya mengangguk pelan.

"Oh ya Sayang, nanti sore kita akan kedatangan dua ART lagi. Satu khusus laundry, dan satunya lagi khusus jurusan memasak." Ujar Ramon seraya duduk di tepi tempat tidur. Tadi saat diperjalanan, ia menghubungi pemilik yayasan tempatnya menyewa art yang sekarang bekerja dirumahnya, untuk dikirimkan dua art lagi.

"Serius, Mas?" Tanya Bella dengan begitu girangnya. Wanita itu ikut mendudukkan tubuhnya disamping sang suami sambil memeluk lengannya dengan manja.

"Iya," jawab Ramon kemudian mengangkat tubuh istrinya itu untuk duduk diatas pangkuannya.

"Terimakasih ya, Mas. Mas memang sangat pengertian." Bella mengecup bibir suaminya itu sekilas kemudian tersenyum lebar. Memiliki tiga orang asisten rumah tangga, sungguh benar-benar membuatnya bak ratu. Ia tidak perlu lagi mengerjakan apapun, tinggal perintah semuanya akan beres. Semuanya akan dikerjakan oleh art termasuk keperluan Ramon sebelum berangkat kantor.

"Apa kau memancingku, hem?" Ramon menarik tengkuk istrinya itu untuk mencecap bibir nakal yang sudah membangkitkan hasratnya. Namun, Bella mencegah dengan menahan dadanya.

"Ada apa?"

"Nanti malam saja ya, Mas. Sekarang badanku lagi gak enak." Ujar Bella.

Ramon terlihat kecewa, namun ia harus memakluminya. Ia tidak mau memaksakan kehendak yang membuat Bella menjadi tidak nyaman dan stres.

"Oke baiklah, kalau begitu sekarang aku mau mandi dulu." Ramon pun menurunkan Bella dari pangkuannya kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Ketika akan melangkah ke kamar mandi, tatapan Ramon tak sengaja tertuju pada jendela yang terbuka. Ia mengerutkan keningnya, tidak biasanya Bella membiarkan jendela terbuka seperti itu. Bella hanya selalu menyingkap gorden tanpa membuka daun jendelanya.

"Tadi aku tiba-tiba kepengen merasakan udara alami, jadi aku membuka jendelanya agar angin masuk." Ujar Bella yang bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya itu.

Ramon nampak mengangguk pelan. Keinginan wanita hamil memang terkadang aneh dan unik. Ia terkekeh pelan kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi. Ia harus siap meladeni masa-masa mengidamnya Bella yang mungkin akan selalu membuatnya menjadi kerepotan.

.

.

.

Sepanjang perjalanan pulang, Elmira terus melempar pandangan pada jalanan disampingnya. Sesekali ia menatap bangunan-bangunan menjulang tinggi yang seakan mengikuti pergerakan mobil yang ditumpanginya.

"El," panggil Farzan yang tengah mengemudi. Ia melirik sekretarisnya itu sekilas lalu kembali fokus pada jalanan didepannya.

Elmira pun menoleh menatap bosnya itu, "Iya Pak, ada apa?" Tanyanya.

"Apa kamu masih memikirkan Ramon?" Tanya Farzan secara gamblang. Rasanya ia tidak rela jika Elmira masih memikirkan pria brengsek itu.

"Kurang lebih begitu, Pak. Aku tidak menyangka jika Mas Ramon bisa melontarkan tuduhan sekeji itu terhadapku. Apalagi dia menyangkut pautkan Pak Farzan, aku jadi tidak enak terhadap Bapak." Ujar Elmira.

Farzan hanya menanggapinya dengan senyuman. Tapi dalam hatinya, ia merutuki semua ucapan Ramon yang telah membuat Elmira menjadi sedih. "Tidak apa-apa, anggap saja apa yang dikatakan Ramon itu hanya angin lalu. Tidak usah terlalu dipikirkan."

Elmira mengangguk pelan, tapi tetap saja ia merasa tidak enak pada bosnya itu.

"Kamu tahu, El? Cara move on yang paling baik adalah nikmati dulu rasa sakitnya. Sebulan, dua bulan, tiga bulan atau seberapapun waktu yang dibutuhkan. Tapi harus selalu ingat! Jangan membuat diri sendiri sakit. Percaya, seiring berjalannya waktu, pada akhirnya Kamu akan mati rasa terhadap seseorang itu, dan kamu akan lupa rasa sakit yang pernah Kamu alami karena dia. Semua luka pasti akan sembuh, kamu akan berada pada titik dimana kamu hanya mendengar namanya saja sudah tidak tertarik. Segala apapun tentang dia udah malas banget buat tahu."

Elmira terkekeh pelan mendengar ucapan pria disampingnya itu. "Sepertinya Pak Farzan pernah melakukan cara itu? Lugas sekali cara penyampaiannya."

"Iya, aku memang pernah melakukannya. Tapi aku gagal, sampai detik ini aku tidak bisa melupakannya." Ujar Farzan seraya tersenyum kecut.

"Sepertinya Bapak sangat mencintai dia?" Elmira jadi merasa kepo dengan kisah percintaan bosnya itu.

"Sangat, aku sangat mencintainya bahkan lebih dari diriku sendiri." Tutur Farzan.

"Wah beruntung sekali wanita itu."

Farzan menanggapinya dengan senyuman, andai Elmira tahu bahwa wanita yang sangat dicintainya itu adalah wanita yang saat ini duduk disampingnya.

Suasana pun menjadi hening, hanya suara kendaraan yang beradu dijalanan yang terdengar. Hingga tak lama kemudian, mobil Farzan pun telah terparkir di pelataran rumah Elmira.

"Pak, terimakasih sudah mengantarku pulang." Ujar Elmira seraya membuka seat belt ditubuhnya.

"Sama-sama, El."

Elmira pun turun dari mobil, ia tersenyum pada bosnya itu kemudian mengayun langkah masuk kedalam rumah.

Farzan menatap nanar langkah Elmira, "Dia masuk begitu saja. Apa tidak ada niat untuk mengajakku singgah dirumahnya sebentar saja untuk sekedar ngopi atau mengobrol ringan?" Farzan mendesahh pelan, kenapa ia bisa lupa jika Elmira bukan wanita yang suka sembarangan mengajak laki-laki meskipun kini didalam rumahnya ia tidak sendirian, ada bu Sri yang menemaninya.

"Ya Tuhan, jika perasaanku padanya adalah rencana dan kehendakmu, maka bolehkah aku memintanya untuk menjadi takdirku. Dan jika takdirku benar adanya dirinya, persatukan kami dalam ikatan yang Engkau ridhoi." Gumam Farzan kemudian melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah Elmira.

1
Tieh Ratih
nah hubby to siapa nya mama
Dewa Rana
apa itu bukan Fiona
Dewa Rana
meneteskan air mata Thor, bukan menitihkan
Dewa Rana
memangnya Elmira sudah pernah periksa kesuburannya?
Dewa Rana
kok pulang kampung Thor
Nurlinda: hehehe typo kak, harusnya itu "Karena"
total 1 replies
Dewa Rana
gentle Thor, bukan gantle
Dewa Rana
mudah2an yg setengah lagi masih ada sama farzan
Dewa Rana
tender Thor, bukan tander
Dewa Rana
mobil di bagasi Thor?
Sophia Aya
Luar biasa
Sophia Aya
Lumayan
Sophia Aya
mampir Thor
Nurlinda: makasih KK
total 1 replies
Istuti Nurhayati
yaaah....kok cepet ya ....
dah sampe di penghujung saja...
terimakasih sudah menyajikan cerita yg baik, banyak pelajaran hidup dlm berumah tangga dan cinta yg sebenarnya....,Teruslah berkarya tetap semangat ...
💖💖💖💪💪💪
dedew
Luar biasa
dedew
Lumayan
Aceng Saepudin
Luar biasa
Nurlinda: terima kasih kk
total 1 replies
Istuti Nurhayati
buahnya sakit hati Elmira bahagia ....
Istuti Nurhayati
selamat menikmati deritamu ya ramon.....
Istuti Nurhayati
Buruk
Elsa Pasalli
kalau aku dari Sulawesi Selatan tapi merantau ke Kalimantan jadi sekarang menetap di Samarinda...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!