NovelToon NovelToon
After Divorce

After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: Desy kirana

Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Di perjalanan pulang aku berhenti ketika melihat gerobak penjual jajanan pasar. Aku ingin beli tapi tidak membawa uang. Ku periksa laci dashboard, untung ada beberapa pecahan uang di dalamnya. Dimas memang sering meletakkan uang receh di laci dashboard untuk parkir.

Aku keluar mobil dan menuju penjual jajanan pasar. Aku membeli getuk gula merah, juga 2 bungkus nasi urap untukku dan bik Mar. Dan makanan yang lainnya untuk 2 petugas keamanan rumah.

Dimas tidak menyukai makanan seperti ini, jadi aku tidak membelikannya. Setelah selesai, aku kembali ke mobil dan melakukannya.

Saat di persimpangan, aku terlalu asik mengemudi tiba-tiba ada kucing menyebrang. Hingga membuatku mengerem mendadak. Alhasil tabrakan pun tak bisa terhindar.

Brak.

Kepalaku sampai terhantuk setir mobil karena mobil Dimas di tabrak dari belakang dan sedikit terluka sepertinya. Karena aku merasa perih. "Aduh! Mampus gw!" kataku bermonolog. Lalu turun dari dalam mobil untuk memeriksa kucing. Ternyata kucing itu sudah berada di trotoar. Syukurlah batinku. Aku melihat kebelakang dan melihat body bagian belakang ringsek.

"Astaga, gimana ini. Pasti Dimas marah!"

Aku melihat pengendara mobil yang menabrakku, memintaku menepi dengan gerakan tangannya, karena akan menimbulkan kemacetan jika aku masih di tengah jalan. Aku mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil, dan menepi kan mobil di depan ruko. Aku kembali keluar dan mendekati pengendara mobil yang sudah lebih dulu keluar.

"Mbak nggak papa!" kata pengendara mobil yang menabrak mobil Dimas. Yang ternyata seorang pria tampan berpakaian rapih.

"Nggak papa kok mas! Saya minta maaf karena mengerem mendadak, tadi ada kucing tiba-tiba lari." kataku sambil menunjuk kucing Oren yang sedang melihat kearah kami. Dasar kucing Oren sialan, lihat akibat ulahmu ini, nyebrang jalan nggak liat kanan kiri. Umpatku kesal.

"Nggak papa mbak, namanya juga musibah nggak ada yang tau, tapi itu keningnya terluka mbak."

"Nggak papa mas, cuma lecet sedikit kok. Mas, saya nggak bawa uang. Saya boleh minta nomor rekeningnya nggak. Nanti biar saya transfer uang untuk biaya perbaikan mobilnya." kataku menawarkan.

"Nggak perlu mbak, saya yang menabrak mobil mbak kok, harusnya saya yang bertanggung jawab."

"Tapi itu karena saya mengerem mendadak."

"Sudah nggak masalah, sebaiknya kita perbaiki mobil kita masing-masing saja gimana." usulnya kemudian.

"Beneran nggak papa!"

"Nggak papa kok mbak. Lagian siapa yang mau kena musibah!" katanya lagi.

"Ya sudah mas, maaf dan terimakasih ya."

"Sama-sama mbak, tapi itu, keningnya nggak perlu di obatin dulu?"

"Nggak perlu mas, sebentar lagi juga saya sampai rumah."

"Ya sudah, kalau gitu saya duluan ya mbak. Saya buru-buru."

"Iya mas!" setelah mobil itu pergi, aku masuk ke dalam mobil dan melaju pulang.

Satu masalah selesai, kali ini tinggal menghadapi Dimas. Aku yakin Dimas akan marah, mobilnya ringsek parah.

Mas-mas tadi buru-buru makanya membawa mobil sepertinya ngebut. Untung saja aku mengerem di persimpangan, sehingga mas tadi memelankan laju mobilnya karena ada persimpangan, jika tidak aduuh. Aku tidak bisa membayangkannya. Mungkin aku dan pria itu sudah..... aaah. Mengerikan sekali membayangkannya. Melihat mobil Dimas dan mobil pria tadi benar-benar ringsek.

Sepanjang jalan aku bingung mencari alasan, bagaimana menjelaskannya pada Dimas. Bagaimana jika Dimas memarahiku, dan mengurungkan niatnya menikahiku karena aku merusak mobil mewahnya.

Memikirkan nya membuat kepalaku kembali sakit. aku memijit pelipisku karena berdenyut, ternyata efek benturan tadi membuat kepalaku nyut-nyutan.

Tak terasa mobil sudah masuk ke dalam halaman rumah.

Aku membawa semua makanan yang aku beli, rasanya sudah tidak berhasrat lagi untuk menyantapnya. Aku cemas memikirkan reaksi Dimas nanti.

Aku berjalan langsung ke meja makan dan meletakkan makanan yang aku beli di meja makan.

"Daddy-nya Yessa belum bangun bik?" tanyaku pada Bik mar yang sedang membuatkan jus untukku.

"Sudah An, tadi dia turun nyariin kamu. Bibik bilang kalo kamu nganter Dewi kerumah Oma nya Yessa. Terus naik lagi ke atas." jawab bik Mar.

,

Aku mengangguk dan duduk di meja makan. Menarik gelas bersih dan menuangkan air putih lalu menenggaknya sampai habis.

"Ada apa sih?"

Aku menghembuskan nafas kasar. "Aku ngerusak mobil daddy-nya Yessa bik."

"Hah! Ngerusak gimana?"

Aku lalu menceritakan kejadian yang aku alami di jalan, bik Mar melihat luka di keningku dan mengoleskan salep.

"Sudah sana temui, katakan yang sejujurnya." kata bik Mar.

Aku mengangguk dan berjalan gontai ke lantai atas. Sesampainya di kamar, aku melihat Dimas masih tidur, jam menunjukan pukul setengah tujuh kurang.

Aku duduk di tepi ranjang dekat Dimas tidur. "Mas!" aku memanggilnya pelan seraya mengusap pipinya.

Ia melirikku dan tersenyum lalu kembali memejamkan matanya. "Sudah pulang." tanyanya. Ia menarikku dan memelukku perutku, meletakkan wajahnya di depan perutku.

"Sudah!" jawabku singkat.

"Mas aku mau ngomong." kataku lagi.

"Hmm! Katakan lah." ucapnya tanpa merubah posisinya.

"Tapi mas Dimas jangan marah."

"Iya! Ada apa? Mau minta buatkan adik Yessa?"

Plak.

Aku memukul bahunya. "Aku serius mas."

"Iya sayang! Katakan saja."

"Janji jangan marah!"

"Janji!" jawabnya.

"Mas mobilnya tadi tabrakan!" akhirnya perkataan itu meluncur dari bibirku.

"Haah!" mas Dimas terkejut langsung bangun dari tidurnya. Aku tak berani menatapnya, pasti akan dimarahi habis-habisan.

"Kamu ada yang terluka tidak?" tanyanya. Alih-alih menanyakan mobilnya. Mas Dimas malah mengkhawatirkan aku.

Aku mengangkat wajahku dan menggeleng. "Aku nggak papa, cuma sedikit lecet karena terhantuk setir." kataku. Dimas lalu melihat luka di keningku.

"Kita periksa ke rumah sakit ya."

"Nggak perlu mas. Aku nggak papa, cuma mobilnya rusak parah bagian belakangnya."

"Nggak masalah sayang, nanti mas bisa bawa ke bengkel mobilnya. Yang penting kamunya nggak papa."

"Kau nggak papa kok mas!" kataku. Mas Dimas menarikku ke dalam pelukannya. Aku membalas pelukannya. Aku senang karena mas Dimas tidak memarahiku.

"Mas mau lihat mobilnya dulu ya." aku mengangguk, kami berjalan menuju ke depan rumah.

Sesampainya di bawah, aku melihat bik Mar yang sedang mengelap perabot. Ia melirikku seolah bertanya melalui lirikkan matanya.

Aku mengedipkan mataku pertanda semua baik-baik saja. Bik Mar tersenyum setelahnya. Mas Dimas terus menggandengku menuju ke depan rumah. sesampainya di sana, ia melihat mobil bagian belakang yang ringsek lumayan parah.

"Kenapa rusaknya bagian belakang, kamu di tabrak?" tanyanya.

Aku mengangguk, dan menceritakan kronologi kejadiannya. Setelah mendengar penjelasan ku, mas Dimas menarikku ke dalam dekapannya.

"Sudah tidak papa, mas telepon anak buah untuk mengantar mobil ini ke bengkel." katanya sambil mengelus kepalaku.

"Mas Dimas nggak marah?" tanyaku, dengan kepala mendongak.

Dimas terkekeh, sambil mencubit hidungku. "Hahaha, buat apa marah. Bertemu denganmu sudah membuatku sangat bahagia. Bahkan jika kau merusak semua mobilku, aku tidak akan pernah memarahimu sayang." kata Dimas lalu mengecup bibirku singkat.

"Sebenarnya aku ingin menghukummu." ucapnya lagi." aku menatapnya.

"Katamu tidak marah."

"Tapi kau harus tetap di hukum bukan."

"Hukuman apa?"

"Memuaskanku diatas ranjang." ucapnya dengan seringai mengerikan.

"His, aku tidak mau." aku menjauhkan tubuhku lalu berlari masuk ke dalam. Aku dengar Dimas tertawa bahagia karena menggodaku.

1
nanik sriharyuniati
Luar biasa
Ade Riyadi
ngakak sung
Triyas Hayu
sepertinya aura kewibawaan leo lebih dominan daripada dimas
Piet Mayong
bhuahahhahaha...
ada ada aj kau dim
Uthie
Yaa ampun... serba salah jadinya tingkah laku mereka... bikin kocakk /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Jasmine
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ ya allah ngakak q
Heri Wibowo
dimas kalah wibawa sama leo.
Jasmine
Luar biasa
anti sinetron suara hati istri
kalau d islam,perempuan yang hamil haram d talak,jd masih sah sebagai suami istri,idah perempuan hamil itu 40hari setelah melahirkan.jd kalau talaknya habis melahirkan sah"saja
Desy kirana: terimakasih penjelasannya kakak.
total 1 replies
Piet Mayong
hahahhaha...
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Uthie
Hihiiii.... berhasil di kerjain 😁
Heri Wibowo
sebenarnya Leo sama Dimas levelnya kan sama. sama-sama anak pengusaha.
Heri Wibowo
kok Dimas seperti orang ngidam gitu ya
Uthie
Hahahaaa... kocak 😂
Piet Mayong
hahhahaha...
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...
Sakura 💚🤍
Luar biasa
Piet Mayong
pengen tau marahnyadias ke Leo gimana...
Uthie
mengorbankan diri gara-gara si Leo 😂😂
Heri Wibowo
Emangnya berani menghadapi asisten Leo
Uthie
Yaaa ampun... orang tua mesti kuat jantung menghadapi kelakuan anak jaman sekarang 😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!