WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tiba-Tiba
Ben merasa dirinya sudah melakukan kesalahan, jadi wajar saja jika Ana kini menolaknya. Laki-laki itu tidak memaksa, meski ada perasaan tidak nyaman setelah tubuhnya benar-benar menginginkan namun terhenti ditengah jalan. Ia berusaha tetap memahami Ana.
Ben hanya bisa duduk diam di tepi tempat tidur, ia melihat Ana berganti pakaian di hadapannya.
"Kakak pasti akan mencarimu, cepat mandi dan temui dia," ujar Ana.
"Hmm, baiklah." Ben mengangguk, ia menyeret kakinya yang terasa berat menuju kamar mandi.
Sementara Ana, gadis itu diam dan berusaha sebaik mungkin mengontrol perasaannya. Ia tidak bermaksud membuat Ben kecewa atau menyakiti hatinya, namun Ana hanya sedang tidak ingin, ia butuh waktu agar kembali sadar dari sesuatu yang berusaha mengendalikan dirinya.
Setelah Ben selesai mandi, laki-laki itu keluar. Ana sudah menyiapkan baju ganti berupa pakaian dalam serta setelan jas dan kemeja. Gadis itu juga sudah memilih warna dasi yang cocok dengan jas yang akan Ben kenakan.
Di atas meja juga tersedia secangkir teh chamomile hangat buatan Ana. Laki-laki itu senang dan menyesap perlahan apa yang sudah istrinya sediakan.
"Terima kasih," ucap Ben sambil tersenyum.
"Hmm."
"Mau kutemani sarapan?" tanya Ben.
"Tidak, Kakak lebih membutuhkanmu. Aku akan turun setelah membereskan kamar," jawab Ana.
"Baiklah."
Ben hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Menemani Ana sarapan pagi memang hal yang mustahil selagi Rosalie ada. Namun ia tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali meluluhkan hati Ana.
Setelah Ben selesai berpakaian dan menghabiskan secangkir teh hingga tak tersisa. Laki-laki itu mendekati Ana, ia memeluk istri keduanya selama beberapa menit sambil terus meminta maaf dengan lirih.
"Pergilah," ujar Ana. Ia sedikit menarik diri dan meminta Ben segera pergi. Jika sampai laki-laki itu terlalu lama bersamanya, pasti ada saja drama yang akan Rosalie mainkan untuk menyakiti perasaan Ana.
"Anastasia," ucap Ben dengan lirih. Ia memegang kedua pundak gadis itu dan menatap matanya.
"Pergilah."
"Maafkan aku."
"Jangan terus meminta maaf, ini bukan kesalahanmu," jawab Ana.
Ben merasa serba salah, ia benar-benar menjadi bimbang terhadap perasaannya. Laki-laki itu bergegas pergi sebelum Rosalie datang dan menyusulnya.
Setelah kepergian Ben, Ana membereskan kamar, mencari kesibukan agar bisa melupakan peristiwa apapun yang menggagunya.
Setelah semua kamar bersih, gadis itu keluar dari kamar menuju ruang makan. Ia harus makan teratur dan menjaga kesehatan. Gadis itu duduk sendirian dan menikmati makanannya, ia bisa bernapas lega meski merasa kesepian.
Saat selesai makan, Ana menaiki anak tangga dan berniat kembali ke kamarnya. Secara tidak sengaja, gadis itu bisa melihat Ben dan Rosalie dari pintu kamar yang sedikit terbuka.
Ana melihatnya, saat Ben dan Rosalie saling berpelukan dan berciuman. Mereka melakukannya di dekat pintu, membuat Ana melihat dengan jelas meski hanya sekilas.
Bersikap seolah-olah tidak peduli, Ana berjalan ke kamarnya dan menutup rapat pintu. Ia berganti pakaian, memakai dress selutut dan membawa tas selempang favoritnya.
Gadis itu merias wajah dengan sedikit sentuhan make up dan menata rambutnya. Ana merasa perlu pergi ke luar dari rumah dan menghirup udara segar, ia tidak boleh terus meratapi ketidakberuntungan dalam hidupnya.
Saat ia hampir siap, lagi-lagi terdengar suara ketukan pintu.
"Anastasia," ucap Ben. Laki-laki itu menyerobot masuk dan memeluk Ana.
"Kau sudah makan? Ke mana kau akan pergi?" tanya Ben.
"Aku berencana pergi ke suatu tempat, mungkin mall atau perpustakaan kota," jawab Ana.
"Baiklah, sopir akan mengantarmu."
"Hmm."
"Hati-hati di jalan, jaga diri baik-baik dan terus kabari aku. Kau bisa pakai ATM atau kartu kredit pemberianku untuk membeli apapun yang kau mau. Passwordnya adalah tanggal dan bulan lahirmu," ungkap Ben.
"Baik, aku mengerti." Ana mengangguk dan melepaskan diri dari pelukan Ben. Laki-laki itu pergi setelah mencium keningnya.
Ana tidak langsung pergi setelah Ben. Gadis itu masih duduk di sofa dan menjelajahi internet, mencari tempat yang bisa ia kunjungi hari ini. Jika ia pergi dengan jarak waktu berdekatan dengan suaminya, ia khawatir Rosalie akan curiga dan semakin terbakar amarah.
Pukul delapan lebih, Ana menuju kamar Rosalie dan berpamitan pada wanita itu. Namun benar seperti yang ia pikirkan, Rosalie akan mencurigainya.
"Kau tidak pergi untuk bertemu Ben di luar pengawasanku, kan?" selidik Rosalie.
"Aku akan pergi bersama sopirmu, Kak. Kau bisa menyuruhnya mengawalku dan melaporkan semua yang aku lakukan padamu, jangan khawatir," ucap Ana.
"Baik, pergilah."
Ana menghembuskan napas kasar. Ia segera keluar dari kamar wanita itu dan pergi.
"Ke mana kita akan pergi, Nyonya?" tanya sopir laki-laki berusia awal tiga puluhan. Ana duduk di kursi belakang sambil memainkan ponselnya.
"Apakah kau tidak keberatan menemaniku ke beberapa tempat hari ini? Aku ingin ke taman kota, setelah itu ke mall lalu ke perpustakaan nasional. Tapi sebelum itu antarkan aku ke ATM," jawab Ana.
"Baik."
Pertama-tama, sopir mengemudikan mobilnya ke arah taman kota. Namun mereka berhenti di depan sebuah bank untuk mengantar Ana ke ATM.
Gadis itu masuk ke dalam bilik mesin ATM untuk melihat uang yang Ben berikan padanya. Ana tercengang, ia melihat nominal besar yang bahkan tidak pernah ia bayangkan.
Ana keluar dari bilik ATM tanpa membawa selembar pun, ia masih belum yakin bahwa semua itu adalah uangnya.
"Anastasia," sapa Ben dengan senyum yang mempesona. Laki-laki itu berdiri menunggu Ana sambil bersandar pada body mobilnya.
"Kau? Bagaimana kau tahu aku di sini?" tanya Ana kebingungan.
🖤🖤🖤
g sk sifat kek rose egois,kejam,dan biadab,hrs nya di buat kanker nya nyebar aja dan mati biar ana n ben bs bahagia bersm anak mereka
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩