Siang ini udara panas berembus terasa membakar di ruas jalan depan gerbang Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Matahari meninggi mendekati kulminasi. Suara gaduh di sekeliling menderu. Pekikan bersahut-sahutan, riuh gemuruh. Derap langkah, dentuman marching band dan melodi-melodi bersahutan diiringi nyanyian-nyanyian semarak berpadu dengan suara mesin-mesin kendaraan.
Rudi salah satu laki-laki yang sudah tercatat sebagai mahasiswa Unsil selama hampir 7 tahun hadir tak jauh dari parade wisuda. Ia mengusap peluh dalam sebuah mobil. Cucuran keringat membasahi wajah pria berkaca mata berambut gondrong terikat ke belakang itu. Sudah setengah jam ia di tengah hiruk pikuk. Namun tidak seperti mahasiswa lain. Pria umur 28 tahun itu bukan salah satu wisudawan, tetapi di sana ia hanya seorang sopir angkot yang terjebak beberapa meter di belakang parade.
Rudi adalah sopir angkot. Mahasiswa yang bekerja sebagai sopir angkot....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andi Budiman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kesialan di Pagi Hari
Lelah sisa kerja semalam masih sangat terasa. Pulang shubuh tak sengaja Rudi tidur lagi di kamar kosnya hingga cahaya matahari pagi menembus tirai jendela dan menerpa wajahnya.
Rudi terbangun memicingkan mata. Tangannya menggapai-gapai. Rudi meraih ponsel, di layar tampak jam sudah menunjukan angka delapan. Rudi tersentak, ia ingat jadwal kuliahan pertamanya. Taksonomi. Sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu.
Rudi melompat dari tempat tidur. Segera mandi dan berpakaian. Tak sempat sarapan. Tak sempat merapikan kamar.
Ia bergegas menyambar sepeda motor. Di luar sudah hening. Tak ada siapa pun. Jay dan Pak Irsyad mungkin telah berangkat. Begitu pula penghuni lain. Pintu kamar kos semua tertutup.
Rudi memacu sepeda motor dari gang ke Jalan Tentara Pelajar. Habis itu belok kiri menuju selatan. Ia tahu jalan ini adalah jalur tercepat. Dalam beberapa menit Rudi sudah sampai di pelataran parkir. Dari pelataran parkir, gedung fakultas pendidikan tak jauh. Sudah tampak tembok dan atapnya.
Rudi berlari menaiki anak tangga kemudian melewati jalan setapak puluhan meter. Begitu sampai di jalan besar Universitas Rudi lekas menyebrang. Tinggal beberapa puluh meter. Ia harus cepat. Satu detik pun kini terasa sangat berharga.
Beberapa detik kemudian Rudi sampai di pelataran gedung fakultas. Ia mempercepat langkah menuju pintu utama. Oh, betapa bingungnya. Di hari pertama ini Rudi sadar bahwa belum ada seorang pun yang bisa dihubungi. Rudi belum tahu di ruang mana kuliah pertama dilaksanakan.
Rudi bergegas ke lorong. Di kiri kanan lorong adalah ruang-ruang kuliah. Beberapa ruang kuliah kosong. Beberapa diisi segelintir mahasiswa yang tak dikenal. Rudi menemukan pintu-pintu ruang yang tertutup. Terdengar kegiatan kuiah di dalamnya berlangsung. Tapi itu kuliah bahasa Inggris, berikutnya bahasa Indonesia, kemudian Ekonomi. Rudi tak tahu di mana kelas taksonomi digelar. Tak ada satu ruang pun di sana yang melangsungkan kelas taksonomi.
Rudi terduduk di kursi koridor, melepas lelah. Ia tak percaya jika harus kehilangan kuliah pertamanya. Ia tak menemukan satu ruang pun yang menyelenggarakan kelas taksonomi, dan ia tak tahu harus menghubungi siapa.
Tiba-tiba Rudi ingat di lantai dua masih ada beberapa ruang kuliah. Memang sebagian besar ruang di lantai dua adalah kantor fakultas, kantor dekan, ketua-ketua jurusan, dan kantor dosen, namun ada beberapa ruang tersisa yang difungsikan sebagai ruang kuliah.
Rudi bergegas ke tengah lorong kemudian berbelok menaiki tangga menuju lantai dua. Tiba di lantai dua nafas Rudi terengah-engah. Keringat mulai bercucuran. Rudi melihat ruangan-ruangan di sana masih kosong. Tapi ada satu ruangan yang pintunya tertutup. Rudi bergegas mendekat ke pintu ruang paling ujung itu. Sebuah pintu tinggi dari kayu jati, di atasnya bertuliskan :
RUANG G5
Rudi melihat pintu itu sedikit terbuka, dan ia mendengar di dalamnya ada kuliah sedang berlangsung. Tidak salah lagi, dari paparan dosen yang terdengar, itu adalah kelas yang ia cari pagi ini. Rudi mengenal materi yang sedang dipaparkan, ia sempat membacanya beberapa waktu yang lalu. Tak salah lagi, itu adalah materi dasar-dasar taksonomi.
Rudi merasa harus membuka pintu itu. Ia tahu kini sudah setengah jam lewat keterlambatannya bahkan sudah hampir satu jam dan ia tak tahu apa yang akan terjadi kepada dirinya setelah ini. Tapi Rudi harus melakukannya. Ia tak mau kehilangan kuliah pertamanya di semester lima ini. Kuliah pertamanya yang berharga setelah cuti lima tahun.
Rudi berusaha sekuat tenaga memberanikan diri dan ia pun membuka pintu seraya berucap :
“Assalamu’alaikum!”
Seorang dosen wanita tampak sedang berdiri. Dosen itu menghentikan kuliahnya, kemudian menjawab salam seraya melirik ke arah pintu. Dosen setengah baya itu berkernyit heran, lalu mengerling jam tangan. Ia bergegas meneliti berkas di atas meja.
“Rudi… “ gumamnya. “Kamu Rudi?”
“Iya Bu, mohon maaf, saya terlambat!”
Dosen itu menggeleng-gelengkan kepala.
“Bukan terlambat lagi. Sudah jam berapa ini? kuliah hampir selesai.”
Hening. Rudi mematung di ambang pintu.
“Kamu mahasiswa cuti itu kan?” tanya sang dosen.
Mahasiswa cuti? Tidak adakah pilihan kata lain untuk memanggilku di hari penting ini? batin Rudi.
“Iya Bu…” jawab Rudi.
Dosen wanita itu menghembuskan nafas seraya menyisirkan pandang ke para mahasiswa tingkat tiga di depannya.
“Kamu belum mengenalkan diri, silahkan masuk, perkenalkan diri dulu!” suruh sang dosen.
Rudi melangkah ragu ke depan ruangan. Ia berdiri dalam setelah sederhana. Celana katun yang dipadu kemeja kotak-kotak. Menyandang tas soren dan memakai sepatu kain lusuh. Sesaat dibenarkannya letak kacamata kemudian bicara :
“Selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Rudi Susanto. Saya berasal dari Kabupaten Ciamis, Kecamatan Tambaksari. Saya di sini sebagai mahasiswa baru, karena sebelumnya saya ambil cuti kuliah selama lima tahun dan alhamdulillah hari ini untuk pertama kalinya saya bisa kembali melanjutkan kuliah.”
Rudi berhenti sejenak, ia terkesiap. Dilihatnya seseorang yang ia kenal duduk di barisan tengah. Intan, ya penglihatannya tidak salah. Intan. Kenapa Intan ada di sini? Bukankah Intan seharusnya di kelas lain?
Rudi menatap Intan, dan Intan pun menatap Rudi dengan tatapan tak percaya. Menyadari mereka beradu pandang gadis itu tersenyum seraya melambaikan tangan.
Kedua bola mata Rudi membulat, ia pun tersenyum kaku ke arah Intan sambil mengangkat tangannya. Tak berpanjang kata lagi Rudi pun mengakhiri perkenalan dengan satu ucapan :
“Salam kenal semuanya!”
“Ya sudah, silahkan duduk!”
Rudi beringsut menuju barisan tempat duduk paling belakang. Di sana masih ada beberapa kursi kosong.
“Sebelum dilanjutkan, saya harap kejadian terlambat seperti ini tidak terulang lagi. Dan bagi yang terlambat hari ini, ada tugas tambahan yang harus dikerjakan. Jadi khusus bagi yang terlambat tolong buat makalah sekurang-kurangnya tiga puluh halaman tentang dasar-dasar ilmu taksonomi dan saya tunggu hasilnya besok siang sebelum dzuhur di ruangan saya! Mengerti?”
Semua mahasiswa memandang ke arah Rudi sambil berbisik-bisik. Rudi sadar, tampaknya hanya ia satu-satunya mahasiswa yang terlambat.
“Mengerti, Rudi?” tanya sang dosen.
“Mengerti Bu!” sahut Rudi.
“Ini semua demi kedisiplinan. Maka dari itu jangan ada lagi yang terlambat kalau tak ingin mendapat tugas tambahan dari saya!” tegas sang dosen.
Kuliah dilanjutkan hingga jam sembilan.