Menceritakan tentang Anis yang pindah rumah, Karena di tinggal kecelakaan oranf tuanya.Rumah tersebut milik tante Parmi yang ada di kampung. Banyak kejadian yang di alami Anis di rumah tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KERTAS PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal yang Baru
Setelah peluncuran buku yang mengesankan, Anis dan Fina merasakan perasaan damai dan kepuasan yang mendalam. Mereka tidak hanya berhasil menghormati nenek dan Rudi, tetapi juga telah menciptakan sebuah warisan yang akan dikenang oleh generasi berikutnya. Kini, saatnya untuk melanjutkan hidup dan menyebarkan semangat cinta yang telah mereka temukan.
Suatu sore, setelah menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman untuk merayakan kesuksesan buku, Anis dan Fina duduk di teras rumah nenek, menikmati angin sepoi-sepoi yang lembut. Suasana tenang ini membuat mereka merenungkan semua pengalaman yang telah mereka lalui.
“Anis, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?” Fina bertanya, matanya berkilau dengan antusiasme.
Anis tersenyum. “Aku berpikir kita bisa mengadakan lebih banyak acara seperti ini. Mungkin kita bisa melibatkan orang-orang di desa dan menceritakan kisah cinta lainnya. Kita bisa menjadikannya sebuah program untuk merayakan cinta dan kenangan.”
Fina menyukai ide itu. “Itu luar biasa! Kita bisa membuat komunitas yang saling mendukung dan berbagi cerita. Dengan begitu, kita juga bisa membantu orang lain menemukan kembali cinta dan hubungan mereka yang mungkin hilang,” ucapnya penuh semangat.
Mereka mulai merencanakan beberapa kegiatan yang akan melibatkan orang-orang di sekitar mereka. Mereka ingin mengadakan pertemuan bulanan di mana setiap orang bisa berbagi cerita cinta mereka sendiri, termasuk kenangan indah dan pelajaran berharga dari hubungan yang telah berlalu.
Dengan cepat, ide itu mulai terwujud. Mereka menghubungi penduduk desa dan mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Setiap orang yang dihubungi tampak antusias dan ingin berkontribusi. Ada yang menawarkan untuk membagikan cerita cinta yang penuh haru, ada pula yang berencana untuk mempersembahkan puisi atau lagu.
Semua kegiatan itu bertujuan untuk memperkuat ikatan antarwarga dan menghargai cinta dalam berbagai bentuknya. Semakin banyak orang yang bergabung, semakin mereka merasa bahwa proyek ini menjadi sesuatu yang lebih besar daripada yang mereka bayangkan.
Seiring dengan berjalannya waktu, acara bulanan tersebut semakin berkembang. Taman Kenangan, yang dulunya hanya menjadi tempat berkumpul kecil, kini berubah menjadi pusat kegiatan komunitas. Suara tawa dan cerita cinta mengalir, menciptakan suasana hangat dan penuh kasih.
Setiap pertemuan selalu diakhiri dengan sesi berbagi, di mana setiap orang dapat menyampaikan kisah mereka. Anis dan Fina merasa bahagia melihat bagaimana cinta dan kenangan dapat menyatukan banyak orang, membantu mereka saling mengerti dan mendukung satu sama lain.
Suatu hari, saat persiapan acara berikutnya berlangsung, Fina mendekati Anis dengan tampang serius. “Anis, aku ingin berbicara tentang sesuatu yang lebih dalam.”
Anis merasa penasaran. “Apa itu?”
“Aku tahu bahwa kita telah merayakan cinta nenek dan Rudi, tapi aku juga ingin menjelajahi bagaimana cinta itu bisa bertahan meskipun ada kehilangan. Apa artinya cinta ketika seseorang pergi?” Fina bertanya, menatap Anis dengan serius.
Anis merenung sejenak. “Itu adalah pertanyaan yang dalam. Cinta yang sejati tidak akan pudar meskipun seseorang tidak ada di sisi kita. Ia tetap hidup dalam ingatan, harapan, dan dalam setiap tindakan kita sehari-hari. Mungkin kita bisa mengundang orang-orang untuk berbagi cerita tentang bagaimana mereka menjaga cinta mereka meskipun telah kehilangan orang yang mereka cintai.”
Fina mengangguk setuju. “Itu ide yang bagus. Kita bisa menuliskan kisah-kisah itu di dalam buku kedua nanti, agar semua orang bisa melihat bahwa cinta tidak hanya berbicara tentang kehadiran fisik, tetapi juga tentang kenangan dan pengorbanan.”
Keduanya bersemangat dengan rencana baru ini. Mereka mulai menghubungi orang-orang yang pernah mengalami kehilangan dan meminta mereka untuk berbagi pengalaman. Ternyata banyak sekali yang bersedia untuk berbagi cerita, dari yang menyentuh hati hingga yang penuh kebijaksanaan.
Pada suatu pertemuan, seorang wanita paruh baya berdiri di depan kerumunan. Dengan suara lembut, ia mulai menceritakan kisah hidupnya. “Suami saya meninggal sepuluh tahun lalu. Awalnya, saya merasa dunia saya runtuh. Tapi seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa cinta kami tidak pernah mati. Dia ada dalam setiap hal yang saya lakukan, dalam keputusan yang saya ambil, dan dalam cara saya mencintai anak-anak kami.”
Tears streamed down her face as she continued, “I keep his memory alive by sharing our love story with others. I believe that love should continue to grow, even when the person we love is no longer with us.”
Setiap orang di ruangan itu terdiam, merasakan kedalaman cerita tersebut. Anis dan Fina saling pandang, merasakan betapa berartinya momen itu. Mereka tahu bahwa ini adalah pelajaran yang berharga tentang cinta dan kehilangan.
Setelah wanita itu selesai berbagi, kerumunan memberikan tepuk tangan meriah. Beberapa orang bahkan berdiri dan berbagi kisah mereka sendiri, menciptakan ruang untuk saling mendukung dan memahami.
Seiring waktu berlalu, acara bulanan mereka semakin diterima oleh masyarakat. Hal ini tidak hanya menjadi perayaan cinta, tetapi juga menjadi ajang untuk penyembuhan dan saling mendukung bagi banyak orang.
Anis dan Fina merasakan kepuasan yang mendalam saat melihat betapa banyak orang yang terhubung melalui cerita-cerita mereka. Momen-momen kecil penuh emosi ini menciptakan ikatan yang lebih kuat di antara warga desa, membantu mereka merayakan kehidupan dan cinta yang tidak lekang oleh waktu.
Ketika satu tahun berlalu, mereka memutuskan untuk mengadakan acara perayaan satu tahun untuk menghormati semua cerita yang telah dibagikan. Mereka mengundang semua orang yang telah berpartisipasi selama setahun terakhir untuk berkumpul dan merayakan cinta dalam segala bentuknya.
Hari itu, Taman Kenangan dipenuhi dengan orang-orang yang tertawa, berbagi kenangan, dan merayakan kehidupan. Anis dan Fina merasa sangat bersyukur telah melakukan perjalanan ini dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berbagi cinta dan kenangan.
Saat malam tiba dan lampu-lampu berkilauan mulai menyala, Anis dan Fina berdiri di depan kerumunan, menatap semua wajah bahagia yang hadir. “Terima kasih kepada kalian semua karena telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Cinta adalah sesuatu yang tidak pernah bisa kita lupakan, dan kita sangat bersyukur bisa berbagi cerita-cerita ini dengan kalian,” Anis berkata dengan tulus.
“Semoga kita semua bisa terus merayakan cinta dan menjaga kenangan orang-orang yang kita cintai di dalam hati kita,” Fina menambahkan.
Seluruh kerumunan bersorak setuju, merasakan kekuatan dari cinta yang mengikat mereka. Mereka semua menyadari bahwa meskipun hidup ini penuh dengan tantangan dan kehilangan, cinta tetap menjadi cahaya yang menerangi jalan.
Anis dan Fina merasa seolah mereka telah menciptakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar cerita nenek dan Rudi. Mereka telah menciptakan sebuah komunitas yang saling mendukung dan merayakan cinta dalam semua bentuknya, menjadikan Taman Kenangan sebagai tempat di mana kisah-kisah cinta abadi hidup dan terus diceritakan.
Saat mereka pulang malam itu, Anis dan Fina menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Dengan tekad untuk terus menghargai cinta dan kenangan, mereka melangkah maju dengan penuh harapan dan semangat untuk menciptakan lebih banyak cerita indah yang akan dikenang oleh generasi mendatang.