Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
[Pov Rio dan Alex]
10 menit sebelumnya, ketika Rio dan Alex sampai di atap, “buk...bak...bak...buk,” terlihat beberapa orang siswa berwajah garang mengeroyok seorang pemuda betubuh kekar, sedikit bungkuk, berambut panjang seperti perempuan yang menutupi sebelah matanya namun parasnya tampan,
“Loh perkelahian ?” tanya Alex.
“Iya, kita lerai mereka,” jawab Rio.
Tapi ketika Rio ingin melangkah maju, “tap,” tiba tiba pundaknya di pegang oleh Alex, Rio menoleh melihat Alex yang menggelengkan kepalanya,
“Ntar dulu, lo liat tuh,” ujar Alex sambil menunjuk ke arah pertarungan.
Rio menoleh, ternyata pemuda itu hanya menghindar tanpa membalas dan sama sekali tidak terkena pukulan, gerakannya terlihat cepat dan tidak normal, Rio mengurungkan niatnya untuk maju, dia mundur selangkah sehingga sejajar dengan Alex,
“Rio, kemungkinan besar, orang itu yang di lihat Lina,” ujar Alex.
“Hmm benar, dia bisa beladiri dan gerakannya itu....sedikit lebih cepat dari lawan lawannya,” balas Rio.
Tiba tiba, “swooosh,” tinju salah satu orang yang mengeroyok sang pemuda melewati wajah sang pemuda yang mencondongkan kepalanya ke belakang melihat tinju dengan wajah datar, separuh rambut panjangnya yang menutupi matanya tersibak, Rio yang melihatnya terkejut karena ada sebuah garis bekas luka melintang dari kening melewati matanya terus ke pipi.
“Gue kenal dia,” ujar Rio.
Tanpa menunda lagi, Rio melangkah maju membuat Alex kaget dan terpaksa mengikuti Rio dari belakang. Begitu Rio mendekat, sang pemuda melirik, ketika dia melihat Rio, dia langsung menoleh dan tertegun, “buaak,” pipinya langsung kena hantam seorang pengeroyoknya.
“Hehe mampus,” ujar salah seorang pengeroyoknya.
Tapi orang yang meninjunya malah tertegun, karena pemuda itu tidak roboh melainkan melirik padanya dengan tajam, langsung saja sang pemuda menangkap tinjunya dan menarik sang pemilik tinju, “buaak,” sang pemuda menghantamkan keningnya kepada kening sang pemilik tinju sampai langsung jatuh terkapar tidak bangun lagi. Tentu saja pengeroyok yang lain menghentikan serangan mereka dan mundur, “klek...klek,” sang pemuda melemaskan lehernya. Tangannya mulai naik dan kakinya mulai bergeser, sang pemuda memasang kuda kudanya,
“Gebukin...gebukin,” teriak salah satu pengeroyoknya.
“Maju lo,” teriak pengeroyok yang lain.
“Wussh,” tinju sang pemuda melesat dan tidak terlihat, seorang pengeroyoknya langsung terpental ke belakang, kemudian sang pemuda berputar dan menendang lurus ke belakang membuat seorang lagi terpental dan pada akhirnya dalam sekejap lima orang yang mengeroyoknya terkapar di tanah, kemudian dia menoleh lagi melihat Rio dan “buaak,” sang pemuda melayangkan tinjunya namun Rio menangkap tinjunya. “Swooosh,” gelombang benturan mereka menimbulkan angin kencang sampai Alex mengangkat lengan untuk menutupi matanya.
“Wow,” ujar Alex.
Tiba tiba sang pemuda mengambil sebuah buku tulis yang dia selipkan di pinggang belakangnya dan terlipat, dia membuka bukunya dan menuli sesuatu di buku menggunakan pen yang ada di dalam bukunya, setelah itu, dia memperlihatkan bukunya kepada Rio,
“Apa kabar kak Rio ?” tanyanya menggunakan buku.
“Baik, lo apa kabar Jay ?” tanya Rio.
“Jay ?” tanya Alex.
“Namanya Jay Abiputra, (menoleh melihat Jay) benar kan ?” tanya Rio.
Jay langsung mengangguk, kemudian dia menulis sesuatu lagi di bukunya dan memperlihatkanya lagi kepada Rio,
“Dia siapa kak ?” tanya Jay sambil menunjuk Alex.
“Nama gue Alex Budianto, salam kenal Jay,” ujar Alex menjulurkan tangannya.
Tapi bukan menjabat tangannya, Jay malah menatap wajah Alex dan melihat tangannya dengan wajah tanpa ekspresi sampai Alex salah tingkah sendiri,
“Oi Rio, dia marah ama gue ya ?” tanya Alex berbisik.
“Kaga, dia ga bisa ngomong, dia emang kaku karena ga punya teman dan tidak bisa berteman, maklum aja, lo ambil tangannya trus salaman, biasanya dia langsung lunak,” jawab Rio.
Alex langsung mengambil tangan Jay dan menyalaminya, Jay terlihat kaget namun wajahnya memerah dan menoleh ke arah lain. Alex yang melihatnya melepaskan tangannya dan langsung mundur selangkah kemudian membisiki Rio.
“Oi lo ga salah nih ? dia anggep gue naksir dia gitu ? dia normal kan ?” tanya Alex.
“Normal lah, mana mungkin dia nganggep gitu, lo ama dia sama sama cowo,” jawab Rio.
“Oh iye, soal ginian emang lo bego ya, gue lupa, ada kale jaman sekarang cowo naksir cowo, payah lo,” ujar Alex.
“Gue tau dia ga gitu,” balas Rio.
“Lo kenal dia dimana sih ?” tanya Alex.
Mendengar ucapan Alex, Jay membalik bukunya dan menuliskan sesuatu di dalam bukunya, dia menulis cukup lama sampai Rio dan Alex bertanya tanya. Setelah beberapa saat, dia memperlihatkan bukunya kepada Rio dan Alex tapi,
“Ada apa ini ?” teriak seorang gadis.
Rio dan Alex menoleh melihat Sarah yang kaget melihat banyak orang terkapar di lantai dan melihat Jay yang sedang memegang buku dan memperlihatkan bukunya kepada Rio dan Alex. Tiba tiba Tania dan Lina muncul berdiri di sebelah Sarah, melihat Tania ada di depannya, Alex langsung berbalik,
“Dah Rio, gue cabut dulu,” ujar Alex mengangkat tangannya.
“Eit...ntar,” Rio langsung menangkap kerah Alex dari belakang.
“Mo lepas ga lo ? jangan lo pikir gue takut ama lo,” ujar Alex.
“Lo tenang dulu dong, bicarakan baik baik,” ujar Rio.
“Lepas Ri.....jangan cari perkara,” ujar Alex.
“Kaga, lo hadapi, jangan kabur,” ujar Rio.
“Lepaaaaaaas,” teriak Alex.
Dua buah tangan bayangan besar keluar dari punggug Alex dan langsung meninju Rio, tentu saja Rio melepaskan Alex dan menyillangkan kedua lengannya, “buaak,” Rio mundur dua langkah, “pssssh,” asap putih keluar dari kulit Rio yang merekah. “Buaaak,” tinju bayangan besar itu sekali lagi menghantam Rio,
“Oi udah setop,” teriak Sarah.
“Lo yang disana, bantuin pisahin mereka kek,” teriak Lina kepada Jay.
“A...Alex ? itu Alex ?” tanya Tania tertegun.
Tiba tiba Tania berlari ke arah Alex, “eh...bahaya kak,” teriak Sarah dan Lina berusaha mencegah Tania, tapi terlambat, “breees,” pertahanan Alex mengeluarkan sebuah duri dari bayangan yang langsung menghujam perut Tania sampai tertembus, “ohok,” Tania langsung muntah darah dan jatuh, melihat Tania jatuh, Jay yang semula diam saja langsung melesat dengan cepat dan menangkap Tania agar tidak jatuh ke tanah.
“Groaaaar,” Jay membuka mulutnya dan raungan harimau kencang langsung membahana menghentikan Rio dan Alex.
Alex menoleh dan langsung kaget, dia langsung menghampiri Tania yang terbaring di tanah sambil memegang perutnya yang berlubang dan mengeluarkan banyak darah.
“Ma..maaf, gue ga maksud begini,” ujar Alex pucat.
“T..tidak apa apa Alex, cuman segini....tidak apa apa.....aku minta maaf,” ujar Tania.
“Ja..jangan tinggalkan aku Tania....ja..jangan,” ujar Alex mulai menangis dan memeluk Tania.
Sarah berlari menghampiri Rio dan Jay mundur ke sebelah Lina, mereka hanya bisa menatap Alex yang sedang memeluk Tania dengan perasaan sedih. Tapi tiba tiba telapak tangan Tania yang berada di atas lukanya mengeluarkan cahaya hijau yang terang, “blaak,” sayap kupu kupu besar yang transparan keluar membentang walau Tania sedang berbaring,
“Huh ?” tanya Rio, Sarah, Lina dan Jay yang melihat nya.
Alex yang melihat cahaya di bagian perut Tania tertegun, dia melepaskan pelukannya dan duduk memangku kepala Tania sambil melihat perutnya, perlahan lahan lubang di perut Tania menutup dan kembali kesedia kala tanpa ada bekas sama sekali, karena seragam Tania robek sehingga terlihat bagian perutnya dan bagian bawah buah dadanya,
“Jangan liat,” teriak Sarah sambil melompat kemudian duduk di pundak Rio dan menutup mata Rio dari atas.
“Huh Sar ?” tanya Rio yang kaget.
“Lo juga jangan liat,” ujar Lina yang memutar tubuh Jay kebelakang sampai Jay berbalik.
“Tania...kamu ?” tanya Alex.
“Hehe maaf mengejutkan kamu Alex, aku setengah peri setengah manusia, aku fey atau lebih jelasnya feyblood,” ujar Tania.
Setelah itu, Alex melepaskan seragamnya dan menutupi tubuh Tania yang kemudian duduk tegak di lantai. Rio, Sarah, Lina dan Jay ikut duduk bersama Alex dan Tania membentuk lingkaran.
“Tania, kenapa kamu bisa menjadi seperti itu ?” tanya Alex.
“Akhirnya aku menjadi salah satu tokoh di cerita mu dulu Lex, aku senang, tapi kamu ga takut kan ?” tanya Tania.
“Kamu lihat aku kan tadi, yang aku ceritakan pada mu dulu itu benar,” ujar Alex.
“Iya, aku tahu, aku selalu percaya kok cerita kamu,” ujar Tania.
“Tapi....kenapa waktu kelas 8 kamu tiba tiba mengatakan itu lewat pesan dan menghilang ?” tanya Alex.
Tania menunduk, kemudian dia menoleh melihat Sarah dan Lina yang mengangguk angguk kencang,
“Aku...meninggal, aku terjangkit virus pandemi....tapi aku hidup lagi dan menjadi seperti ini,” ujar Tania.
“Kalau begitu, kenapa kamu tidak beritahu aku ?” bentak Alex.
“Aku...sudah mencoba, tapi seminggu setelah aku hidup kembali dan boleh pulang, aku melihat kamu keluar bersama gadis lain dari dalam rumah kamu, aku tidak bisa menghampiri kamu, lalu beberapa hari kemudian, aku sudah tidak tahan lagi, aku ingin ketemu kamu, aku pergi ke rumah mu dan bertemu Sofi, dia mengusir ku karena aku sudah menyakiti kakak nya, aku sadar aku sudah menyakiti kamu, jadi aku menyingkir dari kamu, tapi sampai sekarang pun aku tidak bisa melupakan kamu,” ujar Tania.
Alex langsung memeluk Tania dengan erat sampai Tania menjadi sedikit kaget dan menangis deras membenamkan wajahnya di dada Alex dan memeluk Alex dengan erat. “grep,” Sarah menoleh kaget, dia melihat tangan Rio yang sedang menatap keduanya sambil tersenyum, berada di pundaknya dan menarik dirinya merapat.
“He..he...ehehehe gue yang untung,” ujar Sarah langsung merapat dan merebahkan kepalanya di dada Rio dengan ceria.
Jay tiba tiba menulis di bukunya, kemudian dia memperlihatkanya di depan wajah Lina yang sedang memeluk lengannya sambil melihat adegan drama di depannya,
“Oi ngapain lo ?” tanya Jay di bukunya.
Lina langsung melepaskan lengan Jay dan bergeser dengan wajah merah, kemudian dia menoleh ke arah lain,
“Sori kebawa suasana,” jawab Lina.
Jay kembali menulis di bukunya, kali ini dia menulis cukup panjang, kemudian dia kembali memperlihatkannya di depan wajah Lina.
“Sip ga apa apa, lo kemana aja, kenapa ga pernah ketok kamar gue lagi kalau pagi ? tapi emang sih gue ga pengen sekolah, gue masuk hari ini karena gue pikir lo yang biasanya ketok kamar gue mendadak ilang,” tulisnya.
“Loh....lo tetangga gue di kosan yang ga pernah keluar kamar ?” tanya Lina kaget.