Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Impas!!
Keesokan harinya, Zanaya bangun dengan wajah cerah, meski semalam telah melakukan misi tanpa memberitahu pada sang kakek.
Semenjak kejadian Mirna, kini para pelayan lebih hormat pada gadis muda nan cantik itu. Mereka tidak lagi meremehkan Zanaya, yang katanya hanya nona manja.
Zanaya tersenyum senang melihat keluarganya berkumpul, sang papa kini lebih banyak di rumah semenjak perusahaannya sudah di ubah menjadi auto pilot sama seperti perusahaan sang kakek.
Seperti biasa, gadis cantik itu tiba di sekolah bersama sang kakak, tapi ada yang berbeda yang Zanaya lihat dari Fani serta kedatangan Utami adik dari Revan.
'Sepertinya bubuk nya mulai bekerja' kata Zanaya dalam hati, saat melihat wajah Fani memerah.
Tanpa menyapa atau melirik, Zanaya lewat begitu saja di depan Revan, membuat Utami tertegun.
"Sepertinya aku melewatkan sesuatu," ujar Utami menatap semua orang.
"Zanaya amnesia gara-gara kecelakaan hari itu," celetuk Doni, membuat Utami terperangah tidak percaya.
"Serius?"
"Serius lah, kenapa juga aku bohong? Kalau kamu tidak percaya tanya saja yang lain," kata Doni, Utami melihat teman-teman sang kakak yang lain mengangguk.
Utami memang baru masuk sekolah, karena terkena typus, makanya saat kehidupan pertama Zanaya datang bersama Fani menjenguknya, dan tanpa sengaja bertemu Karina.
Utami merupakan kembaran dari Revan, tapi mereka tidak sekelas, Utami berada di kelas Ips berdekatan dengan kelas Fani.
Di kelas jam pelajaran pertama di mulai, mereka fokus menyimak guru Kimia. Setelah itu, pelajaran kedua ternyata kosong, guru yang tidak bisa hadir hanya memberi tugas.
"Revan, Utami di bully oleh kakak kelas lagi!" teriak Bagas panik, seketika kelas menjadi hening, beberapa teman sekelas Zanaya melirik gadis cantik itu. Bagas sekelas Utami makanya datang melapor pada Revan.
"Van, Tami di bully lagi tuh," ujar Doni, mencolek bahu teman disampingnya.
"Santai saja, sebentar lagi tamengnya akan datang," balasnya santai terkesan acuh.
"Tapi kamu tahukan Zanaya itu amnesia," sahut Dika menimpali, dia berada tepat di belakang kursi Revan, Alfa berada disampingnya.
"Aku bilang dia cuman pura-pura. Walau bagaimanapun? Dia sangat sayang pada Tami, dia akan menghentikan sandiwaranya," ujarnya percaya diri, membuat teman-temannya menghela nafas lelah.
Lima belas menit telah berlalu, tapi orang yang mereka anggap tameng Utami, tidak bergerak sama sekali. Bahkan dia terlihat santai menggunakan earphone nya sambil menonton sesuatu di ponselnya.
"Van, Tami bagaimana?" sahut Bagas lagi, dia masih berdiri di pintu kelas IPA 1.
Tangan Revan mengepal kuat, dengan amarah yang memuncak. Pemuda itu segera menghampiri meja Zanaya yang berada di belakang, diikuti para sahabatnya. Takut Revan berbuat nekat, setelah sampai, dia kemudian menggebrak meja tersebut dengan keras.
Brak!!
Gebrakan meja membuat seluruh siswa terperanjat kaget dan menghentikan aktivitas mereka kecuali, hanya Zanaya yang masih bersikap santai.
"Kamu tidak dengar! Utami di bully," bentak Revan dengan wajah memerah.
Dengan santai, gadis cantik itu melepas salah satu earphone nya. Kemudian menatap datar pemuda didepannya ini, tak ada lagi tatapan cinta dan penuh pemujaan yang terlihat disana.
"Lalu apa hubungannya dengan aku? Aku dengar dia saudara mu, lalu kenapa aku yang menolongnya? Kamu jangan melawak deh!" ucap Zanaya dengan menaikkan salah satu alisnya, membuat Revan bungkam. Revan merasa tertampar dengan perkataan Zanaya.
Dengan santai gadis itu kembali memasang earphone nya, lalu melanjutkan nontonnya.
Merasa malu dan juga terlanjur emosi, dengan cepat pemuda itu merebut ponsel gadis cantik itu, lalu membantingnya di lantai.
Prak!
Mata semua orang melotot tidak percaya, gadis bermata biru safir itu dengan santai memungut ponselnya di lantai, untungnya ponsel ciptaannya tahan banting, tahan air, dan tahan godaan.
Setelah menyimpan ponselnya, di saku almamaternya, dengan cepat dia memberikan bogem mentah pada dagu pemuda yang membanting ponselnya tadi.
Duakh!!
Brugh!!
Para siswi menjerit histeris, saat melihat Revan terlempar beberapa meter, hingga ke depan papan tulis, dengan darah segar mengalir di sudut bibirnya.
Dengan wajah dinginnya Zanaya berjalan ke arah Revan yang masih syok, kemudian gadis cantik itu mengambil ponsel Revan yang berada di saku baju.
Prak!!
Zanaya dengan cepat dan penuh tenaga membanting ponsel Revan di lantai hingga hancur.
"Kita impas!" desis Zanaya penuh penekanan, menatap Revan dingin kemudian kembali ke bangkunya, tak mempedulikan sekitarnya.
'Kita impas sejenak, tapi tunggu balasan ku untuk mu,' lanjut Zanaya dalam hati.
Dia kembali mengambil ponselnya di almamater yang baik-baik saja, membuat beberapa orang terkejut termasuk sahabat Revan yang berdiri seperti patung.
"Apa kalian akan terus berdiri disini menghalangi jalan," kata Zanaya dingin, membuat mereka meneguk ludahnya kasar.
Glek!
Mereka berempat segera menolong Revan, membantunya berdiri, untuk kembali ke kursinya.
Selama ini Zanaya lah yang menjadi tameng Utami, jika dia di bully oleh kakak kelas mereka. Kakak kelas terus membully Utami karena gadis itu terus mendekati kekasih kakak kelas mereka.
Dengan bodohnya Zanaya selalu menjadikan dirinya samsak tinju kakak kelasnya, demi Utami, agar Revan bisa melihat ke arahnya dan tahu betapa cintanya dia dengan keluarganya maupun pada diri pemuda itu.
Tapi seperti biasa, Revan tidak pernah peduli bahkan jika dirinya pingsan setelah di bully.
Alfa tersenyum diam-diam menatap Zanaya, dia kagum pada Zanaya yang sekarang.
'Gadis menarik' ucapnya dalam hati.
Kelas seketika hening, diam-diam para siswa takut jika Zanaya terganggu dan mereka menjadi sasaran kemarahan gadis cantik itu. Bahkan bernafas pun mereka terlihat hati-hati takut terdengar.
Mereka baru bernafas lega saat gadis cantik itu keluar, saat nama Zanaya di panggil oleh guru BK melalui speaker sekolah.
Zanaya tiba di ruang BK, disana terlihat Utari dan kedua orang tuanya yaitu Tuan Permadi dan Nyonya Permadi.
"Nah ini dia, gadis pembuat onar ini!" teriak Nyonya Utami, segera melayangkan tangannya untuk menampar Zanaya.
Hap!
Zanaya dengan refleks yang bagus menangkap tangan wanita glamor itu kemudian menghempaskan, membuat tubuh wanita itu limbung, jika tidak segera di tahan oleh sang suami.
"Kurang ajar! Lihat dia, anak seperti ini harus dikeluarkan," ujarnya menunjuk-nunjuk Zanaya.
"Dia benar-benar tidak punya sopan santun," sambung nya menghina.
"Anda yang tidak punya sopan santun Nyonya, saya tidak salah apa-apa, tapi anda langsung ingin menampar saya," sarkas Zanaya dengan wajah datar.
"Kau ... !" Dirinya kembali ingin memberi pelajaran pada gadis itu.
"Tahan Nyonya, jika anda seperti ini. Anda bisa dilaporkan atas penganiyaan seorang anak," sahut guru BK tegas, membuat Nyonya Permadi terdiam dengan tangan mengepal kuat. Sorot matanya menatap tajam Zanaya.
"Ada apa ini Pak Jefri?" tanya Zanaya datar, meski dia sudah menebak, dia tetap berpura-pura bertanya.