Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 : Kecelakaan
" Ini bukan sesuatu yang tidak pernah kita lakukan. Kemarin saja kita tidur bersama di penginapan, lalu apa yang membuatmu selalu berdiri mematung saat aku mengajak mu tidur bersama?" Kesal Ezar.
Beberapa saat lalu, Ezar sudah lebih dulu berada di tempat tidur, dan Zara masih berdiri tidak jauh darinya.
" Kenapa ranjangnya semakin kecil saja?" Batin Zara menatap nanar single bed di depannya.
Ezar kembali menghela nafas panjang, lalu bangkit dan berencana menggendong Zara. Tapi sepertinya niat itu sudah terbaca, dengan berlari lari kecil, Zara sudah membaringkan tubuhnya di tempat tidur sempit itu.
Ezar mengulas senyum. Ternyata istri cantiknya sudah bisa membaca pergerakannya.
" Nah begitukan bagus." Ezar menyusul dan berbaring di samping Zara.
Lengan mereka bersentuhan menandakan jika ranjang tersebut sangatlah sempit.
Zara mulai bergerak gerak, mencari posisi yang sekiranya tidak harus terlalu dekat dengan Ezar, tapi sejauh bagaimana pun dia mencari posisi itu, tetap saja mereka bersentuhan.
" Kau tidak nyaman?"
" Sedikit."
" Tapi aku nyaman seperti ini."
Zara hanya terdiam, tidak menggubris kalimat Ezar yang menurutnya terlalu terus terang.
" Black card yang ku berikan, kau masih menyimpannya kan?"
" Ada, mas mau ambil?"
" Tidak, kenapa juga aku harus mengambilnya. Aku hanya bertanya." Kata Ezar memiringkan tubuhnya ke arah Zara. Lalu kenapa kau tidak pernah menggunakannya?"
" Karena belum membutuhkannya saja." Singkat Zara.
" Kartu yang di berikan Zayn, kau sudah kembalikan kan?"
" Belum, aku selalu lupa mengembalikannya, besok saja aku berikan padanya."
Kening Ezar mengernyit." Jadi kamu masih memakai uang kakakmu?"
" Tidak mas."
" Jadi selama ini, kamu belanja menggunakan uang siapa?" Tanyanya penasaran.
" Uangku sendiri."
" Kenapa tidak kamu pakai black card yang ku berikan?" Protes Ezar.
Zara menatap Ezar lekat. " Masa hanya isi bahan bakar saja harus menggunakan black card mas."
" Iya bukan begitu juga, maksudku, beli pakaian, tas, dan kebutuhan lainnya."
" Sejauh ini, pakaian ku sudah banyak, tidak baik menumpuk hal hal yang tidak penting seperti itu."
Ezar tersenyum simpul.
" Baiklah, mulai besok, aku akan mengisi semua kartumu, termasuk e-toll milikmu."
" Terserah mas saja. Ayo kita tidur, aku sudah sangat mengantuk."
Zara berbalik, posisinya sekarang membelakangi Ezar.
Jarak mereka yang terlalu dekat membuat Ezar sulit sekali memejamkan mata.
Zara memang sangat mengantuk, karena beberapa saat lalu, Ezar mendengar dengkuran halus istrinya itu.
Ezar menghela napas kasar." Bisa bisanya kau tidur." Gumam Ezar menatap punggung Zara.
Tiba tiba saja, Zara berbalik arah dan menaruh tangannya tepat di atas lengan kanan Ezar.
Untuk sesaat, Ezar sulit mengatur nafasnya. Bahkan matanya tak berhenti menatap wajah Zara yang begitu dekat dengan wajahnya.
Raut menggemaskan saat gadis cantik itu tertidur pulas menjadi pemandangan terindah bagi Ezar. Ezar tidak sadar tersenyum lebar menikmati wajah cantik Zara.
Perlahan Ezar menurunkan tangan Zara, lalu dengan tangannya itu, dia membelai dan mengusap lembut kepala Zara dengan sayang. Tak tahan, Ezar memberikan satu buah kecupan yang sangat dalam di kening Zara.
Zara menggeliat. Anehnya, bukannya terganggu dengan tangan Ezar yang mulai aktif, Zara justru semakin terlelap sampai tangannya yang di turunkan Ezar tadi kembali dia naikkan dan kali ini memeluk Ezar seperti sebuah guling empuk.
Ezar sumringah.
Ini adalah pertama kalinya Zara terlihat begitu nyaman saat bersama dengannya. Bahkan hingga tengah malam di mana suhu semakin dingin, Zara semakin memperat pelukannya. Akibat dari pelukan hangat itu, Ezar tidak bisa memejamkan mata.
Barulah menjelang dini hari, Zara terbangun. Tidak ada alarm, hanya memang dia sudah terbiasa bangun di saat orang orang semakin terlelap dalam mimpi.
Netranya terbuka perlahan, setelah beberapa detik, Zara tersadar. Jantungnya kembali bekerja ekstra setelah menyadari posisi tidurnya yang terlalu ekstrem. Kepalanya sudah menyentuh bahu kekar itu, sementara tangan dan kakinya menempel sempurna di tubuh Ezar yang tidur terlentang.
Zara merutuki kecerobohannya, bisa bisanya ia tertidur lelap.
Agar tidak membangunkan Ezar, yang pertama dia lakukan adalah menurunkan kakinya. Kemudian beralih ke tangan, dan perlahan lahan menjauhkan kepalanya. Namun, pergerakan kecilnya itu membuat Ezar yang memang belum tidur menarik sudut bibirnya.
Ezar berbalik ke arah Zara sembari berpura pura tidur. Tentu saja Zara terkejut, dan kini posisi berbalik, Ezar yang memeluknya dengan erat.
Kepala Zara kini berada tepat di dada Ezar, karena baru saja Ezar menarik tubuh Zara agar lebih dekat dengan tubuhnya.
Zara tidak bisa berkutik, pelukan itu terasa sangat hangat. Bahkan ia sempat kembali tertidur beberapa saat hingga akhirnya terbangun.
" Mas..."
" Mmmm.."
" Aku mau shalat, tangannya bisa di lepaskan dulu?" Pintanya dengan suara yang begitu lembut dan sangat pelan.
Ezar melepaskan tangannya, tapi sebelum itu, dia mencium kening Zara terlebih dahulu.
" Tunggu aku, kita shalat berjamaah." Ujarnya dengan suara serak khas bangun tidur.
Jujur, Ezar baru saja terlelap setelah ia memeluk Zara.
*
*
Pagi hari, semua sudah berada di parkiran. Hari ini, mereka akan meninggalkan pedesaan yang indah itu setelah menyelesaikan tugas sosial.
Seperti saat datang, bus sudah siap membawa mereka kembali ke kota. Dan formasi masih sama.
Ezar ingin membawa serta Zara untuk ikut dengannya, tapi ada Ghina yang seperti perangko terus menempel padanya.
Di perjalanan.
Dila duduk di samping Zara. Tak henti dia menatap temannya itu. Zara yang di tatap jadi risih sendiri.
" Apa hubungan mu dengan dokter Ezar?" Pertanyaan yang begitu tiba tiba membuat Zara kelabakan.
Zara terbatuk, ia tersedak ludahnya sendiri.
" Kenapa pertanyaan mu aneh begitu?" Zara mengatur bahasanya agar tidak terdengar seperti orang yang tertangkap basah.
" Semalam, aku melihat salah satu sepatumu berada di depan kamar dokter Ezar.
Jleb...
Zara seperti tertampar, tiba tiba saja wajahnya memerah.
Mungkin saat Ezar menariknya semalam, Zara tidak sengaja meninggalkan salah satu sepatu nya di luar.
" Kamu tidak berpacaran dengannya kan?"
" Pacaran? Tidak lah, mana pernah aku pacaran, kamu tau sendirikan, aku punya bodyguard." Zara tersenyum aneh.
" Lalu, semalam kamu tidur di mana?
Braakkk....
Belum sempat Zara menjawab, benturan keras menghantam bus yang ia gunakan, bus oleng ke samping dan membuat semua penumpangnya berteriak histeris.
Tidak berselang lama, mobil berguling dan berakhir menghantam pembatas jalan.
Zayn yang berada tepat di belakang bus yang membawa adiknya seketika syok, wajahnya berubah pucat dengan tangan yang gemetar. Aiman yang duduk di sampingnya menampakkan ekspresi yang sama.
" Zayn,,,,Zara di dalam bus." Kata Aiman dengan suara bergetar.
Mobil Ezar berada di depan bus, dan suara benturan keras membuatnya menghentikan kendaraannya.
" Kenapa Zar? Apa yang terjadi?" Tanya Ghina.
Dari balik spion, Ezar melihat bagaimana bus yang membawa istrinya bertabrakan dengan sebuah mobil yang baru saja berpapasan dengannya.
Ezar tidak menggubris perkataan Ghina.
Tak lagi melihat di mana ia menghentikan kendaraannya, Ezar langsung berlari ke arah bus.
" ZARAAA...ZARAAA..."
Ezar berteriak seperti orang gila. Zayn pun sama. Bahkan netranya memerah degan cairan bening yang menggenang.
Ezar masuk ke dalam bus di susul Zayn.
Ezar dan Zayn semakin panik ketika melihat sekacau apa kondisi di dalam bus. Banyak yang terluka parah. Bahkan ada yang sampai pingsan.
Beruntung, rombongan ini isinya dokter semua, jadi beberapa dari mereka sudah berusaha memberikan pertolongan pertama.
Ezar dan Zayn mencari Zara.
Cukup lama mereka mencari, hingga terdengar suara lirih meminta tolong.
Ezar dan Zayn menghampiri suara tersebut, dan di sana, terlihat Zara yang terluka berusaha membantu Dila. Kaki Dila tersangkut di bawah kursi, dan yang membuat Zara panik karena Dila tidak sadarkan diri.
Ezar menghampiri Zara lalu memegang wajah nya." Kamu tidak apa apa?" Ujarnya khawatir.
" Iya."
Ezar memeluk istrinya. " Kau membuatku ketakutan."
" Tapi mas, temanku, temanku terluka parah." Ucap Zara menangis.
" Tidak apa apa, kami akan menolongnya, kamu tenang saja. " Ezar mencoba menenangkan Zara.
Zayn mengambil alih, dia menghampiri Dila.
Zayn menepuk bahu Dila, dan tidak ada respon.
" Dokter Ezar." Panggil Zayn.
Ezar melepas pelukannya.
" Kita butuh bantuan." Kata Zayn.
...****************...
stadium akhir 😩
kasian ghina
zara ank msih bayi knp la langsg lanjut pendidikn ny. fokus di rs, urus ank2 dn urus suami dulu knp. sayang x momen ny bnyak melewat kn tumbuh kembang si kembar. toh zara gk kekurangn materi tujuh turunan😁