NovelToon NovelToon
Saat Cinta Terpaksa

Saat Cinta Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ansel 1

Alyssa, seorang gadis dari keluarga sederhana, terpaksa menerima pernikahan dengan Arka, pewaris keluarga kaya raya, demi menyelamatkan keluarganya dari krisis keuangan. Arka, yang memiliki masa lalu kelam dengan cinta pertamanya, juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun, tuntutan keluarga dan strata sosial membuat keduanya tidak punya pilihan.

Dalam perjalanan pernikahan mereka yang dingin, muncul sebuah rahasia besar: Arka ternyata memiliki seorang anak dari cinta masa lalunya, yang selama ini ia sembunyikan. Konflik batin dan etika pun mencuat ketika Alyssa mengetahui rahasia itu, sementara ia mulai menyadari perasaannya yang kian berkembang pada Arka. Di sisi lain, bayangan cinta lama Arka kembali menghantui, membuat hubungan mereka semakin rapuh.

Dengan berbagai pergulatan emosi dan perbedaan kelas sosial, Alyssa dan Arka harus menemukan jalan untuk berdamai dengan masa lalu dan membuka hati, atau memilih berpisah dan meninggalkan luka yang tak terobati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ansel 1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemukan Sisi Lain Arka

Suatu hari, tanpa sengaja Alyssa melihat Arka berbicara dengan salah satu pekerjanya. Bukan percakapan singkat yang formal seperti biasa, tetapi dengan nada hangat dan senyum tipis yang jarang ia tunjukkan. Alyssa tertegun, merasa seolah menyaksikan sisi lain dari pria yang selama ini hanya menampilkan sikap dingin padanya.

Alyssa berdiri tak jauh dari ruang kerja Arka saat itu, menunggu giliran untuk menyampaikan sesuatu yang ingin ia tanyakan. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Arka tengah berbicara dengan pekerjanya, yang sepertinya menghadapi masalah pribadi. Wajah Arka tampak lebih ramah dan penuh perhatian, mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh pekerjanya.

“Apa ada yang bisa kubantu?” suara Arka terdengar tenang, penuh perhatian, berbeda dari caranya berinteraksi dengan Alyssa selama ini.

Seketika rasa penasaran muncul dalam diri Alyssa. Selama ini, Arka selalu memperlihatkan sikap tertutup dan jarang berbicara padanya kecuali untuk hal-hal penting. Tetapi saat ini, Alyssa melihat sisi yang belum pernah ia lihat sisi yang lebih hangat dan peduli.

Ketika percakapan itu selesai dan pekerjanya pergi, Alyssa memberanikan diri untuk masuk ke ruang kerja Arka. Ada sedikit keraguan dalam hatinya, tetapi dorongan untuk lebih mengenal Arka jauh lebih kuat. “Arka, aku ingin menanyakan sesuatu,” kata Alyssa, mencoba terdengar tenang meski hatinya berdebar.

Arka menatap Alyssa dengan ekspresi datar, tetapi ada kehangatan samar yang belum pernah Alyssa sadari sebelumnya. “Apa yang ingin kau tanyakan?”

“Tidak penting,” jawab Alyssa cepat, tiba-tiba kehilangan kata-kata setelah menyaksikan sisi Arka yang berbeda tadi. Namun, ia segera menambahkan, “Aku hanya ingin tahu… bagaimana perasaanmu tentang pekerjaanmu?”

Arka terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan pertanyaan Alyssa. “Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?”

Alyssa menghela napas, menyadari bahwa ia sudah terlanjur memulai percakapan ini. “Aku hanya penasaran. Aku melihatmu berbicara dengan pekerjamu tadi. Kamu terlihat… berbeda.”

Arka mengangguk perlahan, seolah memahami apa yang ingin disampaikan Alyssa. “Pekerjaan ini penting bagiku. Setiap orang di sini adalah bagian dari kesuksesan perusahaan, dan aku ingin mereka merasa dihargai.”

Jawaban itu, meskipun singkat, memberikan Alyssa sedikit gambaran tentang sisi lain dari pria ini. Selama ini, Alyssa hanya melihat sosok Arka yang kaku dan formal, tetapi kini ia mulai memahami bahwa ada lebih dari sekadar sikap dingin yang selalu diperlihatkan Arka padanya.

Hari-hari berlalu, dan Alyssa tak bisa berhenti memikirkan apa yang dilihatnya hari itu. Rasa penasaran dalam dirinya semakin besar, membuatnya ingin lebih dalam mengenal Arka. Alyssa mulai menyadari bahwa ada sesuatu di balik sikap dingin Arka, sebuah sisi yang jarang terlihat namun begitu menarik perhatiannya.

Setiap kali mereka berada di rumah yang sama, Alyssa berusaha mencari cara untuk mengenal Arka lebih baik. Ia mencoba memperhatikan setiap gerakan, setiap ekspresi, dan cara bicara Arka. Ada sesuatu yang membuat Alyssa merasa bahwa di balik sikap dingin itu, ada seorang pria yang penuh perhatian dan mungkin, hanya mungkin, memiliki hati yang hangat.

Suatu malam, Alyssa sedang duduk sendirian di ruang tamu, menunggu Arka pulang. Sejak melihat sisi hangatnya dengan pekerjanya, Alyssa tak lagi merasakan kekosongan yang sama seperti sebelumnya. Ada harapan kecil yang kini tumbuh dalam hatinya, harapan bahwa pernikahan ini mungkin bisa berubah menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar formalitas.

Ketika Arka akhirnya pulang, Alyssa menyambutnya dengan senyum lembut, berusaha menunjukkan kehangatan yang selama ini ia simpan. “Bagaimana harimu?” tanyanya.

Arka terlihat terkejut sejenak, mungkin karena Alyssa jarang menyapanya dengan nada selembut itu. “Lelah,” jawabnya singkat. Namun, kali ini ia tidak pergi begitu saja. Arka duduk di sofa di sebelah Alyssa, membuat suasana menjadi sedikit lebih akrab.

“Pasti berat mengurus perusahaan sebesar itu,” kata Alyssa, mencoba memulai percakapan.

Arka hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa, tetapi Alyssa bisa melihat ada sedikit kelelahan di matanya. Ia ingin mengatakan sesuatu yang bisa membuat Arka merasa lebih baik, tetapi bingung harus memulai dari mana.

“Kamu tahu,” lanjut Alyssa pelan, “aku pernah mendengar bahwa pekerjaan terkadang bisa menjadi pelarian bagi banyak orang. Menurutmu, pekerjaan juga menjadi pelarian untukmu?”

Arka menatap Alyssa dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah hening sejenak, ia akhirnya berkata, “Mungkin saja. Aku tidak pernah memikirkannya sejauh itu.”

Mendengar jawaban itu, Alyssa menyadari bahwa mungkin Arka juga memiliki beban yang tidak ia bagi dengan siapa pun, termasuk dengan dirinya. Mereka berdua terjebak dalam pernikahan ini karena keadaan, tetapi bukan berarti mereka tidak bisa saling memahami.

Malam itu, Alyssa merasa ada sesuatu yang berubah. Bukan perubahan besar, tetapi ada kehangatan kecil yang mulai muncul di antara mereka. Sisi lain Arka yang Alyssa lihat semakin membuatnya penasaran, dan ia bertekad untuk terus mencoba mendekati pria yang kini menjadi suaminya.

Setiap hari, Alyssa mencoba melibatkan diri dalam rutinitas Arka. Meskipun interaksi mereka masih terbatas, setiap percakapan kecil yang mereka bagi memberi Alyssa harapan bahwa pernikahan ini tidak akan selamanya dingin. Ia ingin mengenal Arka lebih jauh, menemukan sisi lain yang mungkin bisa menjadi jembatan untuk hubungan mereka.

Di balik sikap kaku dan dinginnya, Alyssa mulai melihat bayangan pria yang peduli dan berusaha menjalani kehidupannya dengan prinsip yang kuat. Meski Arka jarang membuka diri, Alyssa merasa ada sesuatu di antara mereka yang mulai tumbuh. Bukan sekadar formalitas, tetapi harapan akan kebahagiaan yang sederhana.

Dan di dalam hati Alyssa, muncul sebuah keyakinan bahwa suatu saat nanti, dinding yang memisahkan mereka akan runtuh.

Setelah malam itu, Alyssa semakin terdorong untuk mendekati Arka. Setiap percakapan kecil yang berhasil mereka lalui, setiap senyuman tipis yang muncul di wajah Arka, menjadi semacam kemenangan bagi Alyssa, meskipun hanya sederhana. Namun, ia sadar bahwa ini baru langkah awal; perjalanannya untuk memahami pria ini masih panjang dan penuh tantangan.

Suatu sore, Alyssa memutuskan untuk menyiapkan makan malam spesial. Ia memasak makanan favoritnya, berharap Arka akan menikmatinya. Ia ingin menunjukkan perhatiannya dalam bentuk sederhana ini, meskipun tidak yakin bagaimana Arka akan merespons. Dengan cemas, Alyssa menunggu di ruang makan, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa usahanya tidak akan sia-sia.

Ketika Arka pulang, ia terkejut melihat meja makan yang tertata rapi dengan hidangan yang sudah siap. Alyssa tersenyum dan mengajaknya duduk. “Aku ingin kita makan malam bersama,” katanya, berharap Arka akan setuju.

Arka mengangguk perlahan dan duduk di depannya. Mereka mulai makan dalam keheningan, tetapi kali ini, Alyssa merasakan suasana yang berbeda. Tidak ada ketegangan yang biasa ia rasakan. Setelah beberapa suap, Arka mengangguk, seolah memberi isyarat bahwa makanannya enak.

“Kamu suka?” tanya Alyssa, merasa lega.

Arka menatapnya sejenak sebelum menjawab singkat, “Ya. Terima kasih sudah menyiapkan makan malam.”

Alyssa tersenyum kecil, merasa senang bahwa usahanya tidak sia-sia. Mereka terus makan dalam keheningan yang lebih nyaman, dan Alyssa merasa bahwa ini adalah awal yang baik. Setelah selesai makan, mereka duduk di ruang tamu, dan Alyssa memberanikan diri untuk memulai percakapan.

“Arka, boleh aku bertanya sesuatu?” katanya dengan hati-hati.

Arka mengangguk, menatapnya dengan ekspresi tenang yang tak bisa ia baca. “Tentu.”

Alyssa menghela napas, berusaha mencari kata-kata yang tepat. “Aku tahu kita berada dalam pernikahan ini bukan karena cinta. Tapi… apa kamu pernah merasa bahwa kita mungkin bisa saling memahami, meskipun sedikit?”

Arka terdiam, seolah mempertimbangkan pertanyaan itu dengan serius. Setelah beberapa saat, ia berkata pelan, “Aku tidak tahu, Alyssa. Hidup ini penuh dengan kejutan. Kadang, kita dipertemukan dengan orang yang tak pernah kita duga, dan kita hanya bisa menjalani apa yang ada di depan kita.”

Jawaban itu, meskipun samar, memberi Alyssa harapan. Ia merasa bahwa Arka mungkin tidak sepenuhnya menolak kemungkinan untuk lebih terbuka padanya.

Seiring waktu, Alyssa mulai melihat Arka di momen-momen yang lebih rentan. Ada hari-hari di mana ia pulang dengan wajah lelah, menunjukkan beban yang tak pernah ia bagi. Meskipun masih tertutup, Arka tidak lagi se-dingin biasanya pada Alyssa, dan ia perlahan mulai mengizinkan Alyssa untuk menjadi bagian dari rutinitasnya, meski dalam kapasitas yang kecil.

Suatu hari, ketika mereka sedang duduk bersama di ruang tamu, Alyssa mencoba mencari tahu lebih dalam tentang perasaan Arka. “Arka, apa yang membuatmu bertahan dengan semua ini?” tanyanya hati-hati.

Arka menatap ke kejauhan sejenak, kemudian menjawab dengan nada serius, “Aku memiliki tanggung jawab, Alyssa. Bukan hanya pada keluargaku, tetapi juga pada diriku sendiri. Terkadang, kita harus menempatkan tanggung jawab di atas keinginan pribadi.”

Alyssa terdiam, merenungi jawaban Arka. Kata-kata itu mencerminkan betapa besar beban yang ia pikul, dan ia mulai memahami bahwa di balik sikap dingin Arka, ada seseorang yang berjuang untuk tetap setia pada prinsip-prinsipnya. Alyssa merasa bahwa mungkin ia bisa menjadi tempat Arka berbagi beban, jika Arka mengizinkannya.

Malam itu, saat Arka tidur, Alyssa duduk di tepi ranjang, memandanginya dengan perasaan campur aduk. Ia menyadari bahwa perasaannya terhadap Arka semakin rumit. Awalnya, ia hanya melihatnya sebagai pria yang terpaksa ia nikahi. Tapi kini, ia merasa ada ikatan yang perlahan mulai terjalin di antara mereka, sesuatu yang mungkin bisa menjadi dasar untuk hubungan yang lebih dalam.

Namun, di balik semua perasaan itu, Alyssa juga sadar bahwa Arka adalah pria yang sulit dibaca. Meskipun ia melihat sisi hangatnya dalam momen-momen kecil, Arka tetaplah pria yang penuh rahasia, dan ia tidak yakin apakah Arka benar-benar akan membuka hatinya suatu hari nanti.

1
Soi Mah
kak gimana cara buat novel
Bacamu.NT: folback me
Ansel 1: cara membuat novel, buat dulu sinopsis cerita dan alurnya
total 2 replies
miilieaa
haloo kak, semangat berkarya 🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!