Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langit di Sekap
Laras mengemudikan mobilnya seperti orang kesetanan, dadanya bergemuruh saat ia mendapat kabar dari pembantunya. Lampu merah menghentikan kendaraannya, ia menggigit kuku-kukunya dengan perasaan tak karuan.
"Ayolah, ayo, ayo!"
Duk.
Laras memukul stir mobilnya, ia khawatir mertuanya yang tak lain Tuti melakukan perbuatan yang menyakiti putranya. Jarak dari Jakarta menuju ke rumah Tuti memakan waktu sekitar 3 atau 4 jam lamanya.
Dari arah belakang, Bayu terus mengikuti kemana lajunya kendaraan Laras, saat ia menyadari jalan yang di lewatinya seketika Bayu sadar kemana arah tujuan Laras.
"Tidak akan ku biarkan!" Geram Bayu semakin mengeratkan tangannya di stir mobilnya.
Setelah lama memacu kendaraan dengan jarak yang cukup jauh, akhirnya Laras sudah sampai di rumah yang cukup besar.
"Ibu! Huaaa... Ibu, hiks." Terdengar suara Langit dari dalam.
Laras segera keluar dari dalam mobilnya, dia berlari menuju pintu utama yang terbuka.
"Langit!" Pekik Laras.
Tuti dan Dania terkejut melihat kedatangan Laras, disana Langit diikat diatas sebuah kursi. Anak sekecil Langit menangis dan memberontak, tidak ada yang memperdulikan tangisan pilunya yang terus memanggil ibunya datang.
"Ngapain kamu datang kesini?!" Tuti melayangkan tatapan tajam kearah Laras.
Tak peduli setajam apa tatapan Tuti padanya, Laras segera berlari mendorong tubuh Dania dan juga Tuti sampai tersungkur ke bawah. Jefri tidak ada di dalam rumah, pria itu pergi bekerja seperti biasanya.
"Sayang, sudah ya? Jangan nangis lagi, Ibu lepasin talinya dan kita pulang." Ucap Laras dengan lembut, dia tak mengeluarkan air matanya di depan Langit, ia hanya mengulas senyumnya agar sang putra tidak khawatir.
Laras fokus melepaskan tali yang mengikat di tangan dan juga kaki Langit, hati Ibu mana yang tidak tercabik melihat anaknya di perlakukan seperti ini. Tuti bangkit, dia mencoba menyingkirkan tangan Laras, tetapi di tepis oleh Laras.
Tak menyerah sampai di situ, Tuti mengambil ikat pinggangnya untuk memecut Laras, dia ingin Laras menyerah dan meminta ampun padanya. Harga dirinya terasa di injak-injak saat berada di pengadilan Agama, usahanya untuk merebut hak asuh Langit dan memeras Laras sia-sia, untuk itu ia datang ke Jakarta sengaja mencari keberadaan Langit dan membawanya pulang.
Cettakkk..
Cettakkk ..
Laras tak menghiraukan sakit di tubuhnya, yang terpenting baginya adalah melepaskan ikatan yang melilit di tubuh Langit. Entah bagaimana mental Langit saat ini dan kedepannya, bukan hanya tubuhnya yang sakit, anak sekecil Langit harus melihat perlakuan yang tidak seharusnya ia lihat.
"BERHENTI!" Teriak Bayu.
Bayu datang bersama dua orang polisi, beruntung saat mereka datang Tuti tengah melakukan kekerasan pada Laras sebagai bukti kuatnya. Laras memeluk tubuh Langit dengan mata berkaca-kaca, ia merasakan tubuh Langit yang bergetar ketakutan karena selama ini Laras tak pernah berlaku kasar padanya.
"Tangkap dia, pak!" Suara lantang Bayu membuat nyali Tuti menciut, ikat pinggang yang ia pegang pun terjatuh saat kedua polisi mendekat dengan menodongkan senjata apinya.
"J-jangan, J-jangan tangkap saya!" Tuti berjalan mundur sampai tubuhnya terjatuh.
Melihat situasi mulai tidak aman, Dania perlahan mencoba kabur, Namun pergerakannya di gagalkan oleh Kiara.
"Mau kemana kamu!" Kiara mencekal tangan Dania dengan kuat, meskipun ia jijik harus bersentuhan dengan wanita yang sudah menghancurkan keluarga adiknya.
"Lepas!" Bentak Dania, dia mencoba melepaskan cekalan tangan Kiara dari tangannya.
Sreettt.
Kiara menarik tangan Dania sampai terhempas ke tembok, dengan gesit Kiara mencekik leher Dania.
"Haa.. L-lep-askan a-aku.." Dania kesusahan berbicara lantara nafasnya tercekik oleh Kiara.
"Pak, tangkap wanita ular ini juga! Dia biang masalahnya."
Kiara tidak ingin melepaskan Dania begitu saja, ia yakin wanita ular di hadapannya ini sudah merencanakan aksinya bersama Tuti. Sebelum polisi membawa Dania, Laras memberikan Langit pada Bayu dan menyuruhnya membawa Langit keluar. Dia berjalan kearah Dania dan Kiara, wajahnya merah padam dengab tangan terkepal kuat.
PLAK.
"Satu tamparan karena kau menghancurkan rumah tanggaku!"
PLAK.
"Kau menghinaku!"
PLAK.
"Karena kau berani menyentuh putraku!"
PLAK.
"Bonus!"
Kiara melepaskan cekalan tangannya, dia mendorong tubuh Dania sampai tersungkur ke lantai. Polisi datang membawa borgol di tangannya, Dania pun di bawa keluar bersama Tuti.
"Cuih! Tunggu saja kau Laras, aku akan kembali membalasmu!" Tuti membuang ludahnya sebelum dia benar-benar di seret keluar oleh polisi.
Laras menempelkan punggungnya di tembok, tubuhnya merosot ke bawah di iringi tangisnya.
"Cobaan apalagi ini, ya Allah. Kenapa kau memberikan cobaan yang bertubi-tubi padaku? Hamba tidak kuat lagi, ya Allah." Lirih Laras di sela isakannya.
Kiara berjongkok di hadapan Laras, ia memegang kedua bahu adik iparnya dan membawanya ke dalam pelukannya.
"Allah tahu kamu kuat, Ras." Ucap Kiara.
Laras langsung mengusap air matanya, dia berdiri dengan tegap memandang setiap sudut rumah. Terbesit dalam benaknya untuk melakukan aksi yang pastinya akan merugikan Tuti, tanpa menunggu lama lagi dia langsung berjalan menuju kamar yang biasa Tuti tempati.
"Ras, mau kemana?" Tanya Kiara.
"Aku mau memberikan mereka pelajaran, Kak!" Jawab Laras dengan yakin.
Ceklek.
Laras mengobrak-abrik laci yang ada di dalam kamar Tuti, dia juga mencari sesuatu di dalam lemari mantan mertuanya.
"Kak, tolong carikan kantong plastik atau apapun itu." Ucap Laras.
Kiara mengernyitkan dahinya, dia tidak mengerti akan ucapan Laras, tetapi ia tetap menurutinya dengan mencari kantong yang akan ia berikan pada adik iparnya.
"Ini, Ras." Kiara memberikan paper bag bekar pada Laras.
Dengan sigap, Laras mengambil semua perhiasan milik Tuti dan memasukkannya ke dalam paper bag tersebut. Surat sertifikat rumah, bahkan atm yang ada di lemari Tuti ia bawa sekalian.
"Ayo, kak! Sebelum si brengsek pulang." Laras menarik tangan Kiara keluar.
Netra Laras pun menangkap dua buah kunci mobil diatas meja ruang tamu, dia segera membawanya.
"Lihat saja, akan ku buat kalian menjadi gelandangan!" Seringai Laras.
"Cerdas." Puji Kiara.
Laras mengembangkan senyumnya, kali ini dia tidak akan segan-segan mewujudkan keinginannya untuk melihat bagaimana penyesalan mereka yang telah mendzoliminya.