Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apun dah
Reyhan berjalan kearah Xaviar yang bersandar santai di balkon. Yang kini telah membuka matanya dengan seringai mengerikan.
" Bagaimana ? " Tanya Xaviar santai masih melipat kedua tangannya di dada dan jangan lupakan senderan santai di balkon.
Reyhan menatap datar Xaviar, lalu ber decih dan melepaskan kaca matanya.
" Cik...kenapa Lo mengunakan gadis itu yang jelas - jelas terlihat bodoh dan modal nekat " tanya Rayhan dengan sinis.
" Kita sudah bicarakan ini sebelumnya ? Lo Taukan untuk mendapatkan sesuatu hal itu membutuhkan pengorbanan dan juga gadis itu hanya tinggal sebatang kara dan disini gue membatu gadis itu mendapatkan tempat tinggal. Setimpal kan "
" Setimpal " Reyhan terkekeh dan menatap Xaviar dengan senyum mengejek.
" Jelas - jelas Lo lah yang diuntungkan dan gadis itu hanya mendapatkan kesialan dari Lo. Walaupun hebatnya sampai sekarang gadis itu belum mati ditangan Lo. Gue saranin udahan aja permainan Lo deh dan buka hati Lo untuk masa depan Lo. Jangan Lo belenggu hati Lo sama masa lalu dan lihat ke depan "
" Sejak kapan Lo bisa mencampuri urusan gue "
Reyhan gelisah. Reyhan berusaha membalas perkataan Xaviar namun lidahnya kelu hanya untuk berbicara.
Memang benar urusan Xaviar tidak boleh ikut campur, tapi Reyhan takut itu akan membahayakan orang lain dan terutama Xaviar sendiri. Apa lagi gadis itu memakai cara nekat dan Xaviar masih mengikuti jalan cerita gadis itu yang tidak lain gadis itu adalah Celsi.
"Lebih baik menjadi penonton dari pada ikut campur yang hanya akan membawa Lo ke alam lain " ucap Xaviar.
Xaviar membelakangi Reyhan dan menatap bintang yang berkelap-kelip di langit.
Reyhan menatap Xaviar sedu. Hal ini tidak akan pernah selesai jika bukan Xaviar sendiri yang menyelesaikan dan menyadarinya.
" Gue cuma ingetin jangan mempermainkan takdir manusia " peringatan Reyhan.
Xaviar memutar badannya kebelakang dan menatap Reyhan dengan senyum mengerikan.
" Yang bisa mengubah takdir hanya yang di atas atau diri mereka sendiri dan orang lain hanya sebagai pelengkap asal Lo tau " ucap Xaviar lalu menepuk bahu Reyhan dan pergi meninggalkan Reyhan sendiri.
Reyhan menatap tempat Xaviar berdiri tadi dengan sedu, orang yang terbelenggu masa lalu memang begini dan mungkin tidak ada yang bisa mengerti selain diri mereka sendiri.
Reyhan hanya berharap kebaikan Xaviar untuk kedepannya dan bisa membuka hatinya untuk orang lain.
....
Pagi nan cerah, secerah hati Celsi.
Celsi duduk diruang makan sambil menatap ciptakan tuhan yang sungguh luar biasa, siapa lagi kalau bukan Xaviar.
" Oh ya sebagai istri yang baik, maka dari itu gue mau pamit sebelum pergi. Perginya sih sore tapi pamitnya sekarang kan Lo mau pergi kerja untuk mencari nafkah setelah sarapan ini dan pulangnya malam, nah dari itu gue pamitan sekarang " ucap Celsi panjang lebar.
" Nggak bisa, hari ini Lo ikut gue menyelesaikan masalah, ingat janji Lo " ucap Xaviar menatap Celsi setelah itu membersihkan mulutnya dengan tisu dan berdiri dari duduknya.
" Yah, kenapa nggak bilang dari kemaren " sinis Celsi.
Xaviar hanya mengangkat bahu acuh dan berjalan keluar rumah dengan kedua tangannya di kantong, sebelum itu mengisyaratkan dengan tangan agar Celsi ikut dengannya.
Celsi dengan cemberut mengikuti Xaviar.
Tiba di mobil Celsi duduk di sebelah Xaviar dan menatap ke depan dan di kursi kemudi ada Reyhan yang tersenyum manis padanya.
" Hay...istri muda " sapa Reyhan dengan ceria.
" Hay juga play boy " sapa balik Celsi dengan senyum cerianya.
" Play ice nya Lo nggak sapa, nanti cemburu loh" tanya Reyhan melirik Xaviar dari kaca.
Celsi melirik Xaviar yang hanya diam dan asik dengan dunia handphonenya.
" Suami apa kabar ? " Sapa Celsi dengan cekikikan.
" Uhuk... Uhuk..."
Celsi menatap Reyhan aneh, ini kenapa Reyhan yang batuk dan salting bukannya Xaviar.
" Kenapa Lo yang salting ?" Tanya Celsi aneh.
" Gue nggak salting jir...gue cuma ke sedak air ludah doang. Nggak nyangka Lo bisa mengatakan hal itu, Lo punya nyali juga teryata "
" Kan gue punya mulut bisa lah " jawab Celsi dengan santai.
" Jalan " perintah Xaviar tanpa mengalihkan pandangannya pada handphonenya, seolah percakapan tadi tidak sama sekali penting baginya.
Reyhan dengan cakap menjalankan mobilnya menerobos keramaian hilir kendaraan dan lainnya.
Celsi menikmati pemandangan luar yang dipenuhi dengan aktivitas manusia dan hilir mudik dan klakson yang saling bersahutan ditambah suara berisik para manusia.
Sampai akhirnya Indra penciumannya mencium asap rokok dari samping.
Celsi menatap tajam Xaviar yang merokok dengan santainya di dalam mobil.
" Jangan merokok disini ! Ada orang lain yang terganggu " ucap Celsi menatap Xaviar tajam.
Xaviar menatap acuh Celsi tanpa menghentikan aktivitas merokoknya.
" Woy istri muda nggak bakal bisa di bilangin nih anak. Asal Lo tau yah ada wanita yang dibunuhnya karena ucapan yang sama kaya Lo juga, jadi jika Lo masih sayang nyawa diam aja " peringat Reyhan tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.
Celsi menatap Xaviar lalu Reyhan dan menghela nafas, sungguh Celsi tidak tahan dengan bau rokok ini.
"System..." panggil Celsi dengan pelan seperti seseorang yang berbisik.
" Iya tuan ada apa ?"
" Gue minta permen Kopiko dong " pinta Celsi yang masih berbisik.
" Baik tuan "
Setelah satu detik menunggu akhirnya satu buah permen Kopiko berada ditangan Celsi.
" System pelit amat, ngasih cuma satu " batin Celsi.
Celsi menatap Xaviar lalu menatap permen yang ada ditangannya.
" Nih permen untuk Lo dari pada rokok yang akan membunuh Lo secara perlahan " ucap Celsi lalu menyodorkan permen itu di hadapan Xaviar dan menghalangi pandangan Xaviar dari handphonenya.
Xaviar menatap permen itu dan mematikan rokok itu dan menyimpan rokoknya di saku.
Xaviar menarik pinggang Celsi hingga duduk di pangkuannya dan mencium bibir Celsi hingga akhirnya melumat bibir Celsi.
Celsi memberontak namun tidak ada hasil apapun, malahan ciuman itu makin dalam.
Reyhan yang melihat dari kaca adegan life itu tersenyum - senyum sendiri.
Hingga akhirnya Xaviar melepaskan ciuman itu dan me lab bibirnya dengan jari jempolnya.
Celsi mengambil nafas dalam - dalam dan menatap Xaviar tajam dan juga bingung, karena saat ciuman tadi Celsi merasakan obat penenang yang dosisnya sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari pada obat yang diperjual belikan.
Celsi mengetahui hal itu karena di pelajari di kampusnya dulu di dunia nyatanya, Celsi telah mempelajari tentang obat itu bahkan merasakan bau dari obat itu dari yang terendah hingga tertinggi.
" Xaviar Lo konsumsi obat penenang dan rokok tadi isinya obat penenang " tanya Celsi menyelidik.
" HM... Pintar juga " jawab Xaviar.
Xaviar met lab bibir Celsi dengan jari jempolnya.
" Lo mau mati, itu membahayakan tubuh Lo dan merusak tubuh Lo secara perlahan walaupun saat ini Lo merasa tenang dan juga untuk apa tuh cita-cita setinggi langit Lo kalau Lo nggak jaga tubuh sama aja Lo cari mati secara tidak sadar " omel Celsi yang ber se dekap dada.
" Lo tidak tau diam " ucap Xaviar dengan dingin.
Reyhan yang mendengar pembicaraan itu juga terkejut karena rokok yang di konsumsi Xaviar itu teryata obat penenang dan untungnya Reyhan sadar cepat hingga tidak mempengaruhi perjalanan mereka ataupun mobilnya oleng.
"Mungkin gue nggak tau kehidupan Lo jalani dari dulu hingga sekarang, tapi gue cuma bisa bilang lebih baik Lo lupain aja ingatan Lo, seperti Lo ke jedot kepala Lo ke tembok, nah nanti Lo gagal otak dan akhirnya Lo lupa tentang masa lalu Lo. Jadinya Lo nggak akan terbayang-bayang masa lalu lagi " saran Celsi lalu mengelus rambut Xaviar yang membuat Celsi candu, karena rambut Xaviar sangat halus dan melebihi kehalusan rambutnya.
" Bacot ajaran sesat..." Umpat Reyhan.
" Lo sewot amat dari tadi, Xaviar aja santai " sinis Celsi
" Perhatikan jalan " perintah Xaviar saat melihat ke depan mobil yang mereka naikin hampir menabrak pohon rindang yang ada didepannya.
" Alamak..." Heboh Reyhan , lalu menstabilkan laju kendaraannya.
Celsi membuka jendela mobil dan melihat dimana mereka sekarang berada.
Hutan....
Itu jawaban satu - satunya dan Celsi tidak sadar sudah berapa dalam mobil ini melalui hutan ini.
Reyhan yang sadar jika Celsi melihat keluar jendela langsung mengalihkan pandangan Celsi.
"Ehem, gini nih pengantin baru, di mobil aja duduknya pangkuan, padahal masih ada tempat duduk lainnya " goda Reyhan.
Celsi mengalihkan pandangannya lalu kebawah dan benar, Celsi bahkan sampai tidak sadar jika saat ini Celsi masih berada di pangkuan Xaviar.
Segera Celsi beranjak dari pangkuan Xaviar dan duduk di samping Xaviar dengan canggung.