Alyssa tidak menyangka jika kedatangan nya kerumah sang mertua adalah untuk diceraikan oleh sang suami. Dan lebih tragisnya lagi, disaat ia dijatuhi talak 1 itu disaksikan langsung oleh calon istri baru dari suaminya. Tanpa disangka-sangka ia menjadi Janda dalam hitungan menit. Apa alasan sang suami menceraikan Alyssa? itu semua karena Alyssa tidak bisa menjaga penampilan nya sehingga memiliki badan gendut tak terawat. Hal itu lah yang memicu keinginan cerai dari suami nya. Padahal ia gendut karena ada faktor penyebabnya, namun semua itu disangkal oleh Reza, suami Alyssa. Dia tetap ingin berpisah.
Bagaimana kah kehidupan Alyssa setelah diceraikan secara tiba-tiba oleh suami nya? Bisa kah Alyssa bangkit dari keterpurukannya? mari kita temani perjalanan hidup Alyssa selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Tidak Ada Lagi
Vincent dan Alyssa sudah tiba di rumah sakit sejak 1 jam yang lalu. Namun mereka belum bisa bertemu Darren, karena pria itu harus menjalani operasi.
Alyssa sudah menghubungi Sarah. Dan calon ibu mertua nya itu sudah dalam perjalanan menuju kesini.
" Alyssa. " panggil seseorang yang tak lain adalah Sarah.
Alyssa langsung berjalan menghampiri Sarah. Dia langsung memeluk wanita yang sudah dianggapnya seperti ibu nya sendiri itu.
" Ma, Darren ma... " Alyssa memeluk Sarah. Dia kembali menangis.
" Kenapa bisa kayak gini, nak? " Sarah membalas pelukan Alyssa.
Alyssa mengurai pelukannya, dia menatap wajah calon ibu mertua nya itu. Mata sembab menandakan jika wanita itu sudah menangis lama.
" Semua ini salah ku ma. Seharusnya aku berhati-hati tapi.... tapi..... " Alyssa tidak mampu melanjutkan kata-kata nya.
Hati nya terlalu sakit saat mengingat bagaimana Farrel menusuk Darren dari belakang. Dia menyesal kenapa tidak bergerak untuk mencegah, hanya karena tubuhnya masih merasa lemas.
Sarah hanya mengelus lengan Alyssa agar calon menantu nya itu bisa merasa lebih tenang.
" Sekarang bagaimana keadaan Darren? " tanya Sarah.
" Dia masih di operasi ma. Sudah 1 jam, dan belum selesai. "
Bukan Alyssa yang menjawab melainkan Vincent. Pria itu sedang duduk di kursi tunggu. Matannya terus menatap pintu masuk ruang operasi.
Sarah mengajak Alyssa untuk duduk. Dia melihat jika bahu wanita itu di perban. Itu artinya Alyssa juga terluka.
" Apa dokter belum menjelaskan kondisi Darren? " tanya Sarah pada Vincent. Wanita itu duduk di tengah, diantara Alyssa dan Vincent.
" Dokter cuma bilang Darren harus langsung di operasi karena luka tusukan itu tepat di dada nya. " jawab Vincent sambil menggenggam Sarah, wanita yang dia anggap sama seperti ibu kandung nya.
Sarah menghela napas panjang. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi anak satu-satu nya itu.
" Vin, bagaimana kalau Darren kenapa-kenapa? Mama nggak mau kehilangan lagi, cukup Felisha. Jangan ada yang lain. " ucap Sarah dengan nada terdengar bergetar. Wanita paruh baya itu menangis.
Bayangan kehilangan Felisha dulu, kembali terputar di kepala nya. Dia takut jika Darren mengalami hal yang sama.
" Kita harus berdoa supaya Darren selamat. Kalau dokter disini tidak bisa menyembuhkan adikku, aku akan membawanya ke rumah sakit yang ada di Inggris. Mama tenang aja, aku akan mengusahakan perawatan yang terbaik untuk Darren. "
Vincent mencoba untuk menenangkan bibi nya itu.
2 jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Seorang dokter pria dan perawat wanita keluar dari sana.
Melihat itu Vincent, Alyssa dan Sarah segera berdiri dan menghampiri dokter itu.
" Bagaimana keadaan anak saya dok? " tanya Sarah.
" Operasi berjalan dengan lancar. Tapi saat ini pasien dalam keadaan kritis. Luka tusuk itu mengenai bagian vital di dada nya. Ini termasuk keajaiban karena pasien masih bisa bertahan. " jelas dokter yang terlihat seperti berumur 40an itu.
" Apa Darren akan bisa kembali sadar? " tanya Alyssa.
" Kita berdoa saja semoga pasien bisa melewati masa kritis secepatnya. " jawab dokter yang masih menggunakan baju operasi itu.
Setelah memberikan beberapa penjelasan lagi pada ketiga orang di hadapannya itu, sang dokter dan perawat pamit untuk kembali masuk ke ruang operasi.
" Ma, bagaimana Darren kalau.... Kalau dia tidak sadar lagi. Aku nggak mau kehilangan dia ma. Aku nggak mau. " ucap Alyssa yang kembali menangis. Dia merasa takut jika Darren pergi begitu saja.
" Kita doakan saja ya. Mudahan Darren segera sadar. " jawab Sarah. Dia pun merasa kan ketakutan yang sama seperti Alyssa, namun dia tidak ingin semakin memperkeruh keadaan.
...****************...
Sudah 4 hari Darren belum juga melewati masa kritis nya. Saat ini pria itu berada di ruang ICCU.
Alyssa setia menunggu di rumah sakit. Sejak hari kejadian itu, dia belum pulang ke apartement nya sama sekali. Sarah sudah membujuk Alyssa untuk beristirahat dirumah, tapi wanita itu terus menolak.
Tiba-tiba dokter yang menangani Darren dan beberapa perawat berlari memasuki ruang ICCU.
Alyssa, Sarah dan Vincent terkejut melihat itu. Mereka merasa khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk pada Darren.
20 menit kemudian seorang perawat wanita keluar, dan menghampiri mereka.
" Apa ada yang bernama Alyssa dan Vincent? Pasien ingin bertemu. "
" Darren sudah sadar? " tanya Alyssa.
" Iya, pasien sudah sadar dan mencari dua orang itu. " jawab si perawat.
Tanpa menunggu lama, Alyssa dan Vincent langsung mengikuti langkah si perawat yang sudah lebih dulu masuk.
Sebelum masuk lebih dalam lagi, Alyssa dan Vincent diberi jubah khusus. Setelah itu kedua nya langsung menemui Darren.
Alyssa melihat banyak sekali alat-alat yang terpasang di tubuh Darren. Air mata nya menetes saat melihat itu semua.
" Darren, ini aku. Alyssa. " ucap Alyssa saat sudah berada disamping ranjang Darren.
Disana masih ada dokter dan 2 orang perawat. Sedangkan Vincent, dia berdiri tidak jauh dari Alyssa.
Darren membuka mata nya, dia mulai menoleh kearah Alyssa. Wajah pria itu masih pucat.
Alyssa menahan tangis nya. Dia benar-benar sakit menyaksikan keadaan Darren saat ini.
" A-alyssa. Aku senang masih bi-bisa melihat kamu. Aku pikir a-aku akan pergi tanpa melihatmu. " ucap Darren dengan terbata-bata. Suara nya sangat pelan namun masih bisa di dengar oleh Alyssa dan Vincent.
" Kamu nggak akan pergi kemana-mana. Kita akan menikah. Kamu harus sehat lagi, aku akan terus nungguin kamu disini. " jawab Alyssa. Bibir nya bergetar saat berbicara.
Darren tersenyum. Dia mengangkat tangan nya ingin menyentuh wajah Alyssa.
Alyssa yang mengerti apa yang di inginkan Darren, langsung mendekatkan wajah nya agar bisa disentuh oleh Darren.
" Alyssa, sayangku, kamu harus selalu bahagia. Walau tidak raga ku, tapi jiwa ku akan selalu berada di samping mu. Jangan pernah menangis apapun yang terjadi nanti. Aku mencintai mu, sangat mencintaimu. Kamu harus mengingat itu, hm? " ucap Darren.
Alyssa menggelengkan kepala nya. Dia tidak mau mendengar Darren mengatakan hal yang membuat hatinya sakit.
" Kamu harus terus bersama ku. Aku tidak perduli dengan apapun, aku mau kamu terus disini. Aku mohon, jangan pernah meninggalkan ku. " Alyssa menangis sambil mencium tangan Darren yang berada di wajahnya.
Darren hanya mengangguk. Lalu dia beralih menatap oada Vincent yang berdiri di belakang Alyssa.
" Kak. " panggil Darren pada Vincent.
Rahang pria itu mengeras. Bukan karena marah, melainkan menahan kesedihan karena melihat kondisi adik nya itu.
Dulu saat masih kecil, Darren akan memanggil nya kakak jika dia menginginkan sesuatu. Dan itu terus dilakukan pria itu sampai sebesar ini.
Dan sekarang dia mendengar Darren memanggilnya dengan kondisi yang menyedihkan. Dia tidak tahan melihat hal ini.
" Kak, kamu ingat janji mu kan? Aku harap kamu akan menepati nya nanti. Di dunia ini, hanya kamu yang aku percaya. Jangan kecewa kan aku. " ucap Darren dengan tatapan sayu pada Vincent.
" Jangan banyak bicara, kau tidak akan kenapa-kenapa. Dok, tolong sembuhkan adikku. Kalau kalian tidak mampu, aku akan membawa nya kerumah sakit yang berada di Inggris. "
Setelah mengatakan itu Vincent pergi keluar. Dia merasa tidak tahan jika terus menerus melihat keadaan Darren.
Sedangkan Alyssa dia masih menggenggam tangan Darren. Seakan takut jika pria itu akan pergi meninggalkan nya.
" Sayang, dengarkan aku. Ji-jika terjadi sesuatu nanti, me-menikahlah dengan Vincent. Dia laki-laki yang aku percaya untuk menjaga mu. " ucap Darren dengan suara yang semakin pelan.
" Nggak, aku nggak. Aku akan nikah sama kamu. Aku cuma mencintai kamu, aku nggak mau nikah sama yang lain. Kamu harus sembuh, aku mohon. "
Darren mengangguk dengan lemah, wajah nya semakin memucat.
" Tolong panggilkan mama, bisa? " tanya Darren.
Alyssa langsung mengangguk dan segera keluar untuk memanggil Sarah.
Sesampainya di luar ruangan, dia langsung memanggil Sarah untuk masuk. Dengan wajah bahagia, Sarah masuk ke dalam ruang ICCU itu.
Namun saat Alyssa ingin kembali masuk, seorang perawat melarang nya, karena Darren harus beristirahat setelah ini.
Dengan berat hati, Alyssa menurut dan kembali keluar dari ruang ICCU.
Ketika dia keluar, Alyssa melihat Vincent sedang duduk di kursi tunggu dengan menopang kepala nya menggunakan tangan.
Alyssa ikut duduk di kursi namun dengan jarak sedikit jauh dari Vincent.
10 menit kemudian Sarah sudah keluar dengan wajah yang berlinang air mata. Alyssa dan Vincent bangkit dari duduk mereka. Sarah langsung memeluk Vincent. Keponakan yang sudah dia anggap seperti anak nya sendiri.
" Vin, Darren akan sembuhkan? Mama nggak tega ngeliat keadaan dia yang kayak gini? " ucap Sarah yang menangis dalam pelukan Vincent.
" Aku yakin Darren akan sembuh. Mama jangan terlalu memikirkan hal ini. Nanti mama ikut sakit. " Vincent mengelus punggung Sarah dengan lembut.
Alyssa kembali duduk. Dia menatap pintu masuk ruang ICCU. Dia berharap Darren akan keluar dari pintu itu dengan keadaan yang jauh lebih baik.
...****************...
Waktu terus berputar. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Alyssa dan Vincent masih menunggu di depan ruang ICCU. Setelah sadar tadi, Darren kembali tidur hingga sekarang. Sedangkan Sarah, Vincent meminta wanita itu untuk pulang 3 jam yang lalu.
Tiba-tiba kejadian tadi siang terulang lagi. Dokter dan beberapa perawat berlari masuk ke dalam ruang ICCU.
Alyssa langsung berdiri dan menghampiri perawat yang akan masuk paling terakhir.
" Ada apa? Kenapa kalian masuk sambil berlari? " tanya Alyssa.
" Pasien mengalami kejang secara tiba-tiba. " jawab perawat itu yang langsung masuk dan menutup pintu.
Alyssa menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia tidak menyangka akan terjadi hal ini. Karena tadi siang Darren sudah sadar dan bisa berbicara dengan nya.
Vincent langsung menghubungi Sarah. Dia meminta bibi nya itu untuk datang bersama Arra.
30 menit kemudian, Sarah dan Arra sudah datang. Arra langsung memeluk Alyssa. Gadis itu menangis dalam pelukan Alyssa.
" Mom, daddy kenapa? Katanya tadi daddy sudah sadar. " tanya Arra disela tangisnya.
" Mommy nggak tau. Tapi kita harus tetap berdoa semoga daddy baik-baik aja. Oke? " Alyssa mengusap air mata di wajah Arra lalu kembali memeluk gadis yang sudah menjadi anaknya itu.
Arra hanya mengangguk. Dan semakin mengeratkan pelukannya pada Alyssa.
Tak lama, pintu ruang ICCU terbuka. Seorang perawat meminta mereka semua untuk masuk dan langsung di turuti oleh keempat orang itu.
Sesampainya di dalam, mereka melihat dokter dan perawat sedang mengawasi alat yang berada di samping ranjang Darren. Alat yang menampilkan beberapa garis bergelombang.
" Dok ada apa dengan Darren? Tadi siang bukankah dia sudah sadar dan bisa berbicara pada kami? Kenapa sekarang jadi begini. " tanya Vincent.
" Pasien mengalami kegagalan fungsi jantung dan sekarang otaknya juga mengalami hal yang sama. " jelas dokter itu dengan mata yang terus menatap Darren.
Tiba-tiba perawat mengatakan jika kesadaran Darren semakin menurun. Dokter langsung memeriksa Darren dan meminta perawat untuk menyiapkan Defibrillator.
Setelah melakukan upaya dengan menggunakan Defibrillator, suara dari alat yang berada di samping ranjang Darren berbunyi nyaring.
Alat itu yang tadi menampilkan garis bergelombang, kini hanya terlihat garis lurus.
Dokter menatap pada perawat yang berdiri di samping nya. Dan perawat itu melihat ke arah jam yang ada di tangan nya.
" Darren Alaric Cassius. Mengalami kegagalan fungsi jantung dan otak. Waktu kematian 19.55 malam. " ucap dokter yang membuat keempat orang yang berdiri disana menoleh secara bersamaan pada nya.
"A-apa? Berani sekali kau mengumunkan jika adik ku sudah mati. Lakukan sesuatu sekarang juga. Jangan hanya berdiam diri disana. " teriak Vincent dengan wajah penuh amarah.
Sedangkan Sarah, wanita itu jatuh pingsan yang untung saja Vincent menyadari hal itu sehingga dia bisa menangkap tubuh Sarah. Arra histeris dan menangis dengan kencang. Dia memanggil ayah nya itu, hingga tak lama gadis itu pun ikut tidak sadarkan diri seperti nenek nya.
Alyssa menyangga tubuh Arra. Dia yang merasa tubuhnya lemas seketika itu, malah terjatuh kelantai dengan tubuh Arra duduk di pangkuannya.
Perawat yang melihat itu langsung membantu Alyssa dan memindahkan Arra di kursi roda yang ada disana. Perawat itu membawa Arra keluar dari sana disusul Darren yang sudah menggendong Sarah.
Dokter dan perawat yang masih ada disana, mulai melepas alat-alat yang terpasang di tubuh Darren.
Alyssa merasa jiwa nya melayang entah kemana. Apa ini? Kenapa jadi nya begini? Bukan ini yang dia mau.
Alyssa bangun dan mendekati Darren dengan langkah yang sangat pelan. Dia ingat bagaimana tadi siang pria itu berbicara pada nya. Ungkapan cinta pria itu pun masih terngiang di telinga nya.
Saat perawat ingin menutup wajah Darren dengan selimut, Alyssa mencegahnya.
Dia sudah berdiri disamping Darren. Bibir Alyssa bergetar, dia tidak menyangka pria itu akan pergi meninggalkan nya seperti ini.
Alyssa langsung memeluk Darren yang sudah tidak bernyawa itu lagi.
" Kenapa? Kenapa kamu pergi ninggalin aku? Kamu bilang mau menikah dengan ku, tapi kenapa kamu malah pergi. Kenapa? Ayo, bangun. Kamu harus bangun. Kamu harus liat aku pake gaun pengantin. Kamu juga harus memakaikan cincin pernikahan di jari ku. Darren, ayo bangun. " teriak Alyssa sambil mengguncang tubuh pria yang terbujur kaku itu.
Alyssa meletakkan kepala nya di dada Darren.
Disana tidak lagi terdengar detak jantung yang biasanya membuat diri nya merasa tenang.
Tidak ada lagi tangan yang mengelus kepala nya.
Tidak ada lagi tubuh yang memeluk dirinya.
Tidak ada lagi senyuman dan tatapan penuh cinta yang biasanya Darren selalu berikan untuknya.
Kemana dia harus mencari itu semua? Darren nya sudah pergi. Dan tidak akan pernah kembali lagi.
sepertinya Bagas juga pria yang baik.