Banyak cerita yang terjadi di saat Elvin Zayyan Pradipta masih duduk di bangku SMA. Beberapa kali ia di tangkap oleh polisi, tapi tak mampu menahannya di dalam walaupun ia terlibat dengan kasus yang besar.
Ia juga terlibat dengan sebuah organisasi saat berada di negara K tempat sang granma. Kedua orang tuanya pun tidak mengetahui hal itu, tapi granma tahu tentangnya.
Sampai suatu ketika ia di paksa oleh orang tuanya untuk menikah, yang di mana dirinya belum terpikirkan untuk melakukannya.
Apakah Elvin akan menuruti atau bahkan memberontak?
Dan siapakah wanita yang akan di jodohkan dengannya?
BACA CERITANYA SEKARANG!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Kami pulang dulu, Lo istirahatlah" ucap Elvin seraya menarik Felix.
Gama hanya mengangguk. Elvin dan Felix meninggalkan ruang perawatan Gama.
"Apa cuman gua yang nggak paham?" tanya Felix.
"Nanti gua jelaskan" ucap Elvin.
Saat mereka berjalan di lorong rumah sakit sekitar melewati 10 kamar dari kamar Gama, mereka melihat kelompok the Hite lewat dan memasuki salah satu kamar perawatan.
"Itukan the Hite, ada apa mereka di rumah sakit ramai-ramai?" ucap Felix dan Elvin hanya mengangkat bahunya.
"Ckkk" Felix berdecak. Memang sulit mengajaknya berbicara walaupun hanya pura-pura tahu.
Saat melewati kamar yang the Hide datangi, Elvin tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenal tengah tertawa di atas brangkar.
Dia sakit? apa hubungannya dengan the Hite?-batin Elvin
Sementara di sebuah kamar perawatan Clara, saat ini sangat ramai karena teman-temannya datang menjemputnya. Siang ini ia sudah diperbolehkan pulang.
"Semuanya sudah siapa. Ayo kita pulang" ucap Ayah setelah membereskan perlengkapan putrinya selama di rumah sakit.
"Let's go, kita pulang" ucap Fara.
"Duduk di sini, Cla. Aku akan mendorongmu" ucap Kevin dengan memegang kursi roda.
"Aku bisa jalan Kak Kev"
"Aku tahu, tapi kamu tidak boleh capek dulu. Jalan sampai luar itu jauh lo"
"Udah nurut aja napa sih, susah amat lu" Fara kesal melihat Clara yang keras kepala. Ia langsung menarik Clara untuk duduk di kursi roda.
"Kasar amat si Bu" celutuk Clara.
"Makanya nurut" jawab Fara dan Clara mincak-mincak
Mereka yang melihat itu hanya tertawa kecil. Kevin mulai mendorong kursi roda Clara dengan di ikuti teman-temannya di belakang. Ayah dan Fara berjalan di sisi kiri dan kanan Clara.
Setiap mereka melewati orang-orang di rumah sakit, ada tatapan heran melihat Clara. Mereka bertanya-tanya siapakah wanita di atas kursi roda itu, kenapa banyak sekali yang mengikutinya.
Clara bisa melihat tatapan mereka terhadapnya. Ia langsung menutup wajahnya dengan menggunakan jilbabnya, ia sungguh malu.
Di depan sudah ada taxi menunggunya. Clara, Fara dan Ayah naik ke atas taxi, sisanya menggunakan motornya masing-masing.
Rumah
Ayah, Fara turun lebih dulu lalu di susul Clara. Ayah memegang bahu putrinya.
"Cla sudah sembuh ayah. Cla udah kuat lari malah"
"Ayah tahu, tapi bagi ayah kamu masih lemes"
"Itumah pikiran ayah" Clara cemberut.
"Ayo kalian semua juga masuk, jangan ada di luar" ucap ayah pada the Hide.
"Baik om" jawab mereka.
Mereka semua dan membuat ruang tamu penuh. "Wahh... sangat ramai sekali" ucap ayah.
"Oh ya, ayah ingin mentraktir kalian makan bakso. Kalian mau?" ayah ingin mentraktir mereka makan bakso sebagai ungkapan terima kasih dan syukur.
"Wuih...om tahu aja kalau kami laper" ucap Ansel dengan mengusap perutnya membayangkan rasa baksonya.
"Kepala Lo emang nggak pernah lepas dari makanan di tambah dengar gratisan, tambah melek tu mata" ucap Axel
"Yeee.....siapa yang bisa menolak gratisan. Iyakan Om" Ansel melihat ke ayah
"Iya, ayah pun senang kalau di kasi gratisan. Kalau kalian mau, bantu ayah buat di belakang, soalnya belum jadi"
"Ituma gampang om, Gas kuenn" Kevin berdiri lebih dulu dari pada Ansel. Padahal yang paling bersemangat tadi adalah Ansel, tapi malah Kevin yang lebih gercep.
Pra pria the Hide berbondong-bondong ke dapur membantu Ayah Clara, sementara Clara dan Fara hanya bengong melihat mereka sangat bersemangat.
"Gercep banget mereka, tapi ini enak sih. Gua bisa leha-leha sampai baksonya jadi" ucap Fara dengan membaringkan tubuhnya di atas sofa.
"Ituma lu yang males" ucap Clara
"Lo emang yang terbaik, tau banget kebiasaan sahabatnya" Clara memutar bola matanya malas.
Sementara di dapur, para pria begitu heboh dan berisik dengan kegiatan masak mereka. Entah adonan bakso itu akan enak nantinya, karena ada 5 orang yang membuat bulatan-bulatan bakso.
Ayah tidak pernah memegang apapun, ia hanya mengarahkan saja. Setiap ia memegang sesuatu pasti salah satu dari mereka akan mengambilnya alias menggantikannya.
Setelah 1:30 menit, baksonya siap di hidangkan. Mereka mengangat panci baksonya ke depan dengan mangkuk dan sendoknya.
"Bakso kami sudah jadi" ucap Ansel, Kevin, dan Axel yang sedang mengangkat panci bakso.
"Waahh.... asapnya itu loh, mantep banget" ucap Fara dengan langsung duduk mengambil posisinya.
"Duduk-duduk kalian semua! mangkuknya mana, gua yang akan mengisinya" ucap Kevin.
"Nih...nih punya gua ni" Fara memberikan mangkuknya lebih dulu.
"Punya gua ni" ucap Ansel. Mereka berdua mengatakannya bersamaan.
"Gua dulu kak Ansel. Ngalah ya sama Fara"
"Nggak bisa. Gua yang habis memasaknya, jadi gua dulu" Ansel tak mau kalah.
"Iss...kak Ansel ngalah dong sama cewek"
"Nggak mau".
Clara menggelengkan kepalanya melihat Fara dan Ansel sangat tidak sabaran.
"Berhenti!!Gua dulu" Clara memberikan mangkuknya dan Kevin mengambilnya.
Perdebatan itu pun berhenti. Mereka mengantri mengisi mangkuknya. Setelah itu memakannya dengan masih saja berisik. Terkadang ada saja perdebatan mereka, entah itu kecap yang tiba-tiba hilang karena di sembunyikan atau mereka jahil menaruh banyak Lombok di mangkuk temannya.
Ayah melihat itu bukannya marah malah tersenyum. Apalagi melihat putrinya yang tertawa lepas membuatnya sangat bahagia. Rumahnya ramai dengan anak-anak.
"Om mau nambah lagi nggak, ini masih ada om?" tanya Kevin.
"Tidak nak, ayah sudah kenyang"
"Kalau gitu, itu bagianku ya om?" ucap Ansel
"Gua juga mau kak Ansel, bagi dong" Clara mau tambah lagi
"Yaudah....gua ngalah dah kalau ini yang minta. Ambillah adikku sayang" Ansel tidak bisa menolak keinginan Clara. Ia menuang bakso ke mangkuk Clara.
"Hueeekkk" Fara pura-pura muntah mendengar kata terakhirnya dari Ansel.
"Sirik ya loooo"
"Nggak tu"
"Sudah jangan berdebat terus" ayah menyela.
"Baik om" ucap Fara dan Ansel bersamaan.
"Jangan panggil om dong, panggil ayah seperti Clara. Kalian menganggap Clara adik kalian, otomatis kalian putra-putra ku juga" Ayah mau mereka merubah panggilannya padanya.
Awalnya mereka diam dengan saling pandang. "Baik Ayah" Ayah tersenyum mendengar panggilan mereka.
"Bagaimana denganku?" tunjuk Fara pada dirinya.
"Sejak lama kamu sudah jadi putriku, Fara"
"Heheh..." Fara menampilkan deretan giginya.
.
.
NEXT