Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode tiga lima.
Garren dan Septy langsung disambut ramah oleh Alton dan Cristie. Cristie langsung memeluk Septy perempuan pada umumnya.
Sementara Garren dan Alton hanya saling berjabat tangan. Kemudian Alton mempersilahkan mereka untuk duduk.
Mata Septy kemudian tertuju pada seorang gadis kecil yang tersenyum padanya. Septy pun beralih memeluk gadis kecil itu.
"Apa kabar? Lama tidak bertemu," tanya Septy dalam bahasa isyarat.
"Kabar baik kak," jawab Delila.
Septy menoleh ke Cristie seakan meminta penjelasan. Cristie menjelaskan jika putrinya sudah sembuh dari penyakitnya.
Dengan menjalani operasi dua kali, dan hampir merenggut nyawa Delila. Namun karena tekadnya yang kuat, juga masih diberi umur panjang, akhirnya Delila selamat.
"Puji Tuhan, putriku akhirnya bisa bicara," ucap Cristie.
Septy tidak kuasa menahan airmata nya, ia terharu mendengar tekad Delila yang ingin sembuh.
"Bagaimana bisa?" tanya Septy.
"Semua berkat pertolongan Tuhan, dan Delila tidak bisu sejak lahir, semua itu terjadi karena kecelakaan," jawab Cristie.
"Putriku selalu ingin bertemu Nona Septy, ia memaksa kami untuk datang kemari," kata Alton.
Septy kemudian menciumi pipi Delila kiri dan kanan, ia hanya mengungkapkan rasa senangnya karena bertemu gadis kecil itu sekaligus kesembuhan Delila.
Alton melambaikan tangannya memanggil pelayan, kemudian mereka memesan makanan untuk makan siang mereka.
Alton dan Cristie memesan makanan khas Indonesia. Karena setelah beberapa waktu berada di negara ini, mereka merasa makanan khas Indonesia terasa enak di lidah mereka.
"Oh iya Garren, kita sedang tidak dalam membahas pekerjaan, sebaiknya bicaranya jangan terlalu formal," kata Alton.
"Baik Tuan Alton, maksudnya Alton."
Pesanan merekapun tiba, Septy menoleh ke suaminya lalu tersenyum. Kemudian Garren pun membalas senyuman itu.
Cristie menyikut lengan suaminya. "Sepertinya mereka cocok," bisik Cristie."
"Garren, maaf. Kenapa kamu tidak menikah saja dengan Septy?" tanya Alton.
"Kami sudah menikah belum lama ini, dan tidak mengadakan pesta pernikahan," jawab Garren.
"Rugi dong, kalau mengikut agama kami, menikah itu hanya sekali. Jadi kalau tidak ada pesta pernikahan rasanya tidak komplit," ujar Cristie.
Garren dan Septy saling pandang, kemudian keduanya tersenyum. "Keluarga kami berencana mengadakan pesta pernikahan, namun kami belum siap," kata Garren.
"Jika nanti kami mengadakan pesta, kalian orang pertama yang kami undang," ucap Septy.
Alton dan Cristie tertawa mendengarnya, ya mereka terlihat begitu akrab sejak pertemuan mereka waktu itu.
Setelah selesai makan, Cristie mengajak Septy jalan-jalan. Sebelum mereka kembali ke negaranya.
Dua mobil bergerak perlahan keluar dari parkiran hotel tersebut. Dan melaju ke sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota ini.
Tiba di mall, Septy menggandeng tangan Delila, sementara Cristie menggandeng tangan putranya.
Garren dan Alton menjadi pengawal dibelakang mereka. Mengikuti kemanapun mereka pergi.
"Terasa jadi bodyguard," gumam Alton.
"Kalau tidak mau ikut, ya sudah sana. Jalan sendiri-sendiri," ujar Cristie yang mendengar gumaman suaminya.
Alton pun terdiam, ia tidak ingin memperburuk keadaan dengan membuat istrinya marah. Akhirnya merekapun tetap mengikuti istri-istri mereka dari belakang.
Cristie mengajak Septy berbelanja pakaian untuk Septy dan juga dirinya. Septy menolak, karena pakaian yang ada juga sudah banyak. Belum lagi yang dibelikan mertuanya, ditambah lagi yang ia beli sendiri.
Cristie cemberut saat Septy menolak. "Padahal aku yang membelanjakan untukmu."
Septy yang tidak tegaan pun menerimanya. Kemudian ia menghampiri suaminya dan membisikkan sesuatu.
"Sayang, jika aku pesan pakaian untuk Bu Sum dan yang lainnya boleh gak?"
Garren tersenyum. "Lakukan sesukamu sayang, pilih mana yang menurutmu cocok untuk Bu Sum dan anak-anak."
Septy pun berbicara kepada pelayan untuk memesan pakaian dengan jumlah banyak. Pelayan pun tersenyum kemudian memanggil pemilik toko tersebut.
Septy merasa senang karena tidak sesulit yang ia bayangkan. Bahkan pemilik toko pun menyediakan jasa antar barang.
Tapi harus ada ongkos pengiriman, Septy tidak mempermasalahkan hal itu. Yang penting barang sampai ke alamat yang dituju.
"Mana belanjaan mu?" tanya Cristie.
Septy hanya nyengir saja. Ia bingung mau pilih yang mana? Yang ia pikirkan hanya untuk anak-anak panti saja.
"Mama, aku juga belum dapat," kata Benjamin.
"Mmm, sebenarnya mama juga bingung, karena semuanya bagus-bagus," ujar Cristie.
"Bagaimana dengan yang ini, Nyonya?" tanya pelayan.
Cristie melihat pakaian yang ditunjuk oleh pelayan. Cristie pun langsung tertarik dan membelinya.
Kemudian ia meminta Septy untuk memilih. Septy pun memilih satu saja. Kemudian ia menyerahkan ke pelayan untuk dibungkus.
Setelah selesai berbelanja, merekapun bermaksud untuk pulang. Namun saat dilantai bawah, seseorang tiba-tiba menjambret tas milik Cristie.
Mendengar teriakkan Cristie, Septy segera berlari mengejarnya. Garren yang berada jauh di belakang pun juga ikut berlari menyusul Septy.
Septy berteriak memanggil penjaga keamanan, kemudian pria itupun dihadang oleh dua penjaga keamanan tersebut.
Septy langsung menerjang punggung pria itu sehingga terdorong ke depan. Dan akhirnya berhasil diringkus oleh satpam.
Septy segera mengambil tas milik Cristie, namun saat pria itu hendak dibawa oleh satpam, ponsel pria itu berdering.
"Tunggu!" Septy menghentikan kedua penjaga keamanan.
Keduanya bingung, namun Septy segera mengambil ponsel tersebut dan menjawab panggilan tersebut.
"Halo ayah, apa ayah sudah dapat uang? Kami sudah menunggu, kami kelaparan." Terdengar suara anak dari seberang telepon. Septy menoleh ke pria yang sedang ditangkap tadi.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Garren yang baru datang.
"Lepaskan dia Pak!" perintah Septy.
Meskipun bingung, penjaga keamanan pun melepaskan pria itu. Kemudian Septy mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya.
Lalu menyerahkan kepada pria itu bersama dengan ponsel pria itu. Garren yang melihat Septy pun mengerti jika pria itu membutuhkan uang.
"Nona ...." Pria itu tidak bisa meneruskan ucapannya. Ia hanya menangis, namun ia ragu untuk mengambil uang tersebut.
"Ambillah, kamu pasti memerlukan uang ini, kan?"
Pria itu mengangguk. Dengan perlahan ia meraih ponsel dan uang tersebut dari tangan Septy.
"Terima kasih," ucapnya lalu melangkah pergi dari situ.
"Tunggu!" Pria itu menghentikan langkahnya dan menoleh.
Garren pun segera menghampirinya lalu memberikan beberapa lembar lagi uang kepada pria itu. Pria itu menggeleng, namun Garren memaksanya.
Pria itu menangis haru, lalu menyimpan uang tersebut didalam sakunya bersama dengan ponsel jadul miliknya.
"Bagaimana? Apa orangnya sudah ditangkap?" tanya Cristie.
"Sudahlah, lupakan saja orang itu. Yang penting tas ini masih aman," jawab Septy.
Cristie pun mengambil tas miliknya dan memeriksa barang-barangnya semuanya masih utuh.
"Sayang, aku tahu kamu punya alasan memberikan uang kepadanya," kata Garren.
"Pria itu memerlukan nya, itu sebabnya ia nekat melakukan semua ini. Apa honey marah?"
Garren menggeleng. "Aku malah bangga denganmu sayang. Aku jadi makin cinta deh."
Kemudian Garren mencium pelipis Septy tanpa peduli ia sedang berada di tempat keramaian.
berjuta indah ny.. 😀😀😀