Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.
Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.
Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.
Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.
Kamu tak boleh terpuruk selamanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Bimo sejenak terpaku saat matanya melihat penampilan Laras. Padahal saat dengannya, Laras selalu tampil kucel dan dekil. Tapi setelah bercerai Laras nampak segar dan cantik, kulitnya kini bahkan nampak bersih dan putih.
Laras dan bulek Tini tetap diam dengan wajah heran melihat gelagat aneh dari Bimo yang sedari tadi terlihat melongo melihat ke arah Laras tanpa berkedip.
"Heh Bimo, kenapa kamu malah melongo di situ?" Tegur bulek Tini yang jengah melihat kelakuan Bimo.
"Eh itu, anu bulek. Em aku, itu mau bertemu Luna, asalamualaikum." Sahut Bimo gelagapan, salah tingkah sendiri setelah sadar dengan sikapnya yang malu maluin saking terpana melihat perubahan mantan istrinya.
"Waalaikumsallam, silahkan masuk, tapi Luna masih sekolah." Sahut bulek Tini ketus, sedangkan Laras memilih duduk dan diam saja, enggan untuk menanggapi. Masih ada rasa benci dan kecewa pada mantan suaminya itu. Bukan karena masih cinta tapi karena kelalaian dan ketidak pedulian Bimo kepada Luna.
"Bulek, Ras." Sapa Bimo sambil menyalami kedua perempuan yang melihatnya dengan tatapan tak suka. Saat tangan Bimo hendak menyalami Laras, Laras hanya mengatupkan kedua telapak tangannya sebagai balasan. Laras benar benar tidak ingin bersentuhan dengan laki laki yang sudah begitu banyak menggoreskan luka di hidupnya itu.
"Tumben kamu ingat Luna, Bim, ada apa?" Sambung bulek Tini yang masih menatap sinis pada Bimo.
"Rindu bulek, lama gak tau kabarnya Luna. Bagaimanapun Luna itu anakku, aku berhak bertemu dengannya kapanpun aku mau." Sahut Bimo dengan lancarnya, matanya terus melirik ke arah Laras, namun yang di lirik sama sekali tidak sudi melihat ke arahnya. Laras hanya diam saja dengan wajah datar.
"Heleh gayamu, Bim. Ngaku ngaku anakmu, wong kamu saja gak pernah perduli dengan keadaan Luna, kasih nafkah juga gak pernah. Jangan jangan sekarang hidupmu lagi sulit ya, makanya ingat sama Luna lagi." Sahut bulek Tini blak blakkan tanpa tendeng aling aling, Bimo terlihat gak suka dengan ucapan bulek Tini, namun dalam hatinya juga membenarkan kalau hidupnya sekarang memang sedang tidak baik baik saja.
"Maaf bulek, bukannya aku gak perduli sama Luna, tapi aku sedang sibuk dengan pekerjaanku. Aku juga gak punya hape, jadi gak bisa menanyakan kabar Luna setiap saat. Tapi aku selalu ingat dan memikirkan Luna setiap saat." Balas Bimo mencari alasan, dia sudah menyiapkan jawaban sejak semalam dan sengaja meninggalkan ponsel miliknya di rumah ibunya untuk memuluskan rencananya mengambil simpati Laras dan Luna.
"Halah alasan." Sungut bulek Tini dengan wajah yang terlihat masih kesal.
"Ras, apa kabar, kamu kelihatan makin segar dan cantik sekarang." Sambung Bimo yang berusaha mengalihkan obrolan.
"Ya jelas cantik, hidupnya bahagia. Beda saat jadi istrimu yang cuma kamu jadikan babu dan bahan hinaan keluarga kamu itu." Sahut bulek Tini mewakili Laras, Bimo melengos kesal dengan bulek Tini yang terus ikut campur.
"Bulek, aku mau jemput Laras dulu ya, bulek tolong di sini dulu." Laras akhirnya mengeluarkan suaranya, tidak dipungkiri rasa benci dan sakit itu masih terasa jelas dalam ingatannya saat melihat Bimo di hadapan nya seperti ini.
"Oh iya, hati hati. Kamu tenang saja, bulek akan tatap di sini sampai nanti malam." Sahut bulek Tini dengan senyuman lebar, Laras merasa lega karena bulek nya paham dengan rasa tidak nyaman di hatinya dengan kedatangan mantan suaminya.
"Ras, biar Luna aku yang jemput." Tawar Bimo dengan senyuman lebar dan tatapan memohon.
"Maaf mas, Luna tidak akan suka nanti. Tolong pahami keadaan Luna, dia sudah sangat terluka dengan sikap dan perlakuan kamu juga keluarga kamu selama ini." Balas Laras datar, lalu melangkah cepat untuk mengambil kunci motor miliknya dan langsung berangkat menjemput Luna dengan perasaan was was. Laras tau, Luna sangat membenci ayahnya setelah apa yang terjadi selama ini.
Sedangkan Bimo terlihat kecewa dan putus asa, menyesal sudah berlaku tidak baik kepada anak istrinya selama ini. Apalagi setelah melihat perubahan Laras dan keadaan rumahnya yang jauh lebih baik. Bimo semakin menyesal sudah lebih memilih Munaroh dan menyakiti Laras. Bulek Tini pergi ke dapur untuk membuatkan Bimo minuman, bagaimanapun dia tetaplah tamu yang harus di jamu.
Bimo mengedarkan pandangannya untuk melihat keadaan rumah yang sudah berubah seratus persen. Dulu rumah yang di tempati Laras sangat sederhana dan sempit. Tapi sekarang di sulap menjadi bagus dengan gaya minimalis. Bahkan sudah berlantai dua dengan perabotan yang terlihat indah dengan harga mahal.
"Dari mana Laras dapat uang untuk membangun dan membeli perabotan bagus bagus seperti ini, apakah dia punya warisan yang tidak aku tau,?" Gumam Bimo dengan dada yang sesak, keadaan Laras yang hidupnya jauh lebih baik darinya semakin membuatnya menyesal sudah menceraikan perempuan yang dulu selalu dia hina.
"Ya, Laras mungkin dapat warisan, buktinya dia bisa berubah hidupnya hanya dalam sekejap. Dia sudah punya usaha kos kosan, pasti uangnya sekarang banyak. Aku harus bisa membuat Laras mau kembali rujuk denganku. Aku pasti akan hidup enak di sini, tidak perlu lagi kerja kasar untuk cari uang tambahan. Dan ibu bisa tinggal di sini, di sini lebih nyaman. Ibu pasti senang kalau tau Laras yang sekarang, aku sudah tidak sabar untuk segera kembali menjadi suaminya. Aku yakin, Laras masih sangat mencintaiku, buktinya dia juga masih sendirian." Batin Bimo terus berkhayal dengan segala angan indahnya, sampai sampai kedatangan bulek Tini yang membawa minuman tidak di sadari oleh Bimo.
"Kenapa kamu senyum senyum begitu, Bim?" Tegur bulek Tini yang nampak mengerutkan keningnya melihat tingkah Bimo.
"Em itu bulek, Laras apa baru dapat warisan, kok dia bisa buka usaha kos kosan secepat ini, dapat warisan dari mana?" Sahut Bimo dengan wajah antusias.
"Oh itu, iya, Laras baru dapat rejeki nomplok. Memangnya kenapa kamu tanya tanya, apa kamu berharap bisa balikan sama laras lagi, jangan mimpi." Sungut bulek Tini dengan wajah masam.
"Aku yakin Laras masih cinta sama aku, lagian ada Luna diantara kami. Luna butuh sosok ayah untuk melindungi dan menjaganya, aku akan melakukan itu. Aku berniat rujuk sama Laras dan siap membantu mengembangkan usahanya ini." Balas Bimo dengan tak tau malunya, bulek Tini mencebik dengan tatapan meremehkan.
"Bimo, Bimo. Laras tidak bakalan sudi balik sama kamu, wong dia saja sudah di lamar sama orang yang lebih segalanya dari kamu. Calon Laras itu ganteng, kaya raya, baik dan tentunya sangat menghargai dan mencintai Laras. Jadi, lebih baik buang tuh omong kosong kamu yang ngarep balikan sama Laras." Balas bulek Tini sinis, membuat Bimo langsung diam dengan nafas memburu, tangannya terkepal erat, harga dirinya sudah di hina habis habisan oleh wanita tua yang sejak tadi terlihat tidak menyukai kedatangannya.
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..