Di nikahi Om Om sexy dan tajir melintir, siapa yang menolak?
Alula Humaira, gadis 18 tahun ini di nikahi oleh lelaki super seksi dan super kaya.
Rayden Mas Rafael, pria berdarah Jawa Italia ini terpaksa harus menikahi Alula karena jebakan lelucon dari kekasihnya.
Emelly, violinis super cantik yang menipu kekasihnya dengan mengirimkan Alula sebagai istri pengganti.
Bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Alula bertahan hidup dengan lelaki kaya raya yang asing baginya?
NB _ Ini termasuk cerita ringan dan santai, tapi masalah konflik, kita lihat saja kedepannya, hehe.... Biasanya aku suka konflik yang lebih greget....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyentuh
^^^Di parkiran basemen.^^^
"Syukurlah, aku bisa memasukkan koper besar ini." Alula menepuk silangkan kedua telapak tangannya setelah berhasil meletakkan koper besar milik Emelly ke bagasi mobil berwarna merah muda.
Menggunakan sepatu sneaker usang, rok abu-abu dari seragam sekolah nya dan atasan kaos putih longgar. Tas punggung berwarna merah muda dia gendong. Rambut panjang dia ikat tinggi. Ada dua poni yang menjuntai lucu.
Keringat berbulir- bulir menghiasi wajah yang kian memerah karena pembuluh darah tertekan beban berat, mengangkat koper.
"Heh, Lula miskin!" Alula berjingkrak. Ada suara yang membuat Alula menoleh, rupanya benar dugaannya, Cherry, Sindy dan Hana lah yang berdiri menatapnya. Sudah jelas mereka tinggal di apartemen ini.
"Hai." Sapa balik Alula tersenyum, meski tak pernah mendapat perlakuan baik, Alula selalu tersenyum saat menyapa gadis-gadis itu.
"Kamu mau nyolong di sini?" Sergah gadis bernama Sindy menuding. Jika Alula pemilik mobil mewah itu sangat tidak mungkin.
"Aku kerja di sini." Sahut Alula.
"Oh, jadi pembantu?" Sambar gadis bernama Cherry.
"Apa saja asalkan halal." Sambung Alula lagi.
Hana menyeringai. "Kamu mau uang tambahan nggak?" Tawarnya. Ketiga gadis itu berdiri seperti ingin mengeroyok tapi Alula santai saja. Dia bisa karate kok, kalaupun kepepet Alula bisa menjaga diri.
Alula mengangguk. "Mau saja, tapi tergantung apa pekerjaan nya." Ujarnya.
Sindy menyodorkan satu kakinya. "Jilat sepatuku, baru setelah itu, aku kasih kamu lima puluh ribu." Titah nya.
Alula mengepal erat tangannya, jika saja dia tidak ingat posisi kastanya Alula akan mencekik leher gadis itu.
"Maaf, aku tidak bisa. Permisi." Alula lebih memilih untuk menghindari ketiga gadis itu.
Sindy meraih tas punggung Alula agar tidak bisa pergi. "Sombongnya, miskin!"
Alula menoleh. "Aku miskin, tapi masih punya harga diri, menjilat sepatu mu yang penuh dosa, bahkan anjing pun tidak akan sudi aku rasa."
"Kau!" Sergah Sindy melotot. "Kau anjing nya!" Berang nya.
Alula menampik tangan Sindy, menerobos keluar dari kepungan gadis-gadis itu. Mereka memang sudah biasa membully Alula, tapi sejauh ini Alula masih sabar untuk tidak membalasnya.
Alula memasuki gedung apartemen, lagi, dia menaiki lift menuju lantai paling atas gedung apartemen ini. Penthouse milik Emelly lah yang gadis itu satroni.
Alula telah resmi menjadi pesuruh Emelly. Maka dia juga harus bolak-balik ke Penthouse milik Emelly. Barusan, dia menjalankan tugas pertamanya yaitu meletakkan koper pada mobil Emelly.
Sampai di lantai atas, lift berbunyi nyaring, dengan tergesa-gesa Alula menerobos keluar bahkan sebelum pintu lift benar-benar terbuka lebar.
Bruk!!
Alula terpental kembali ke belakang bahkan terduduk di sisi dinding lift, hingga meringis menahan sakit di sebelah pantatnya.
"Aaaah." Keluhannya.
Lelaki bertubuh tinggi tegap itu masuk dan seketika pintu tertutup, Alula belum sempat keluar, lift telah membawa keduanya turun kembali.
Alula berteriak "Om, lihat-lihat dong! Aku terjatuh apa kau lihat? Aku jadi tidak bisa keluar dari sini!" Alula bangkit dari posisinya sembari mengelus sebelah pantat.
Pria tinggi berkharisma itu tidak lain adalah Rayden Mas Rafael. "Kau yang menabrak ku lalu kau yang menyalahkan ku?" Berang nya.
"Tapi aku yang terjatuh, berarti Om yang salah dong!" Sanggah Alula tak mau kalah. Sifat Alula memang sedikit lebih arogan dari pada keluarga lainnya.
"Heh anak kecil, ..." Rayden menunjuk hidung mungil milik Alula dengan rahang yang mengeras. "Barusan kamu yang menabrak ku, tapi bukan salah ku jika kau sendiri yang terjatuh karena tubuh kurcaci mu terlalu lembek!"
"Apa? Kurcaci kata Om?" Alula melompat hanya untuk berkata tepat di depan wajah Rayden Mas Rafael yang tingginya 185 itu.
"Yah, kurcaci, kau sangat kecil." Ejek Raden.
"Stop body shaming, ada undang-undang yang mengatur tentang itu!"
"Oya. Berapa pasal dan dendanya?" Rayden tahu anak kecil seperti ini takkan bisa menjawab pertanyaannya.
Alula membeberkan secara gamblang poin-poin penting yang tersurat dalam undang-undang, Rayden di buat ternganga.
"Encer juga otaknya, fix, emak bapaknya kebablasan ngasih air pas ngadonin bocah ini pasti."
"Jadi berdasarkan ketentuan tersebut maka pidana denda yang diatur dalam Pasal 351 ayat 1 KUHP menjadi paling banyak empat juta lima ratus ribu rupiah. Sekarang bayar."
Berwajah bak preman Alula menodongkan tangan pada pria konglomerat itu.
Rayden melotot. "What?" Anak kecil ini benar-benar tidak tahu sopan santun. Siapa dia berani benar memerasnya?
Alula menaikan ujung bibir. "Apa Om miskin?" Olok nya.
Rayden menggeleng perlahan. "Apa kau tidak mengenal ku?" Tanyanya. Perasaan wajah tampannya sering mondar-mandir di majalah bisnis, apa anak ini serius tidak mengenalnya.
"Siapa memangnya Om ini? Anak presiden?" Kata Alula mencibir menatap Rayden dari atas hingga bawah.
"Kau tahu, empat juta lima ratus bagiku seperti membuang debu, dan kau salah satu debu menyebalkan yang perlu aku basuh."
Alula mengernyit. "Om mau tahu tentang pasal penghinaan?"
"Ah sudahlah!" Rayden menyergah ucapan Alula. Bosan rasanya menghadapi gadis rewel itu. Dia rogoh kocek miliknya dan mengeluarkan dompet hitam tebalnya, banyak uang dolar yang pasti bisa di tukar rupiah.
Alula melotot terkesima menatap dollar Amerika serikat berbaris rapi di dalam dompet tebal milik Raden. "Uaaahhh Om, apa itu uang monopoli?" Tanyanya.
"Mbah mu!" Sambung Rayden ketus.
"Lalu?"
Rayden menyodorkan lima lembar dollar pecahan seratus. "Kamu bisa tukar ini dengan rupiah, dan jangan lupa, beli lakban yang banyak untuk menutup mulut kurcaci mu!"
"Hey Om!" Pekik Alula tak terima, dan tanpa sadar melotot bola mata indahnya.
Rayden menaikan satu alisnya. "Apa? Kau tidak mau dollar ku?"
"Hehe," Alula menyengir. "Mau Om." Tubuh kecil Alula dia putar-putar persis anak SD yang merengek meminta sesuatu.
Rayden menyeringai kecil sambil menaikan pupil matanya. "Bau kencur!" Umpatnya.
Setidaknya keberadaan anak ingusan ini sedikit menghibur perjalanan Rayden menuju lantai bawah. Akan dia anggap lima ratus dollar ini saweran darinya teruntuk bocah kecil ini.
"Om jadi kasih aku dollar nya tidak?" Cecar Alula menagih.
"Hmm!" Rayden menarik kerah kaos oblong milik Alula lalu memasukkan dollar miliknya pada dada empuk gadis itu. "Pakailah untuk beli bra baru gadis kecil."
"Oooommm!" Alula berteriak seraya melotot sementara Rayden hanya menyeringai iblis sembari keluar dari lift tanpa rasa bersalah.
Alula bersandar pada dinding kaca itu sambil memegangi bagian dadanya. "Ya Tuhan, barusan Om itu menyentuh ku." Lirihnya lemas.
Alula terhenyak, satu sisi dia menyayangkan saat tubuh ranumnya di sentuh oleh tangan nakal seorang pria, tapi di sisi lainnya Alula bahagia mendapatkan lima lembar pecahan seratus dollar Amerika dari manusia seksi yang entah siapa itu.
"Dasar Om Om keong sianida!" Alula menekan tombol ke atas dan lift itu kembali tertutup. Dia berdiri dengan memandangi uang lima ratus dollar di tangannya.
"Ini asli kan?" Gumamnya. "Semoga asli, aku bisa bayar uang pendaftaran kuliah Nakula. Untuk sementara biar saja Nakula yang kuliah, aku belakangan." Ujarnya lirih.
Pintu lift terbuka di lantai paling atas, Alula keluar dari transportasi vertikal itu, memasuki Penthouse milik majikannya. Di sofa sana Emelly telah duduk manis sambil meminum air putih. Itu kebiasaan Emelly saat sendiri.
"Baru sampai?" Tanya Emelly.
"Iya Nona" Alula mengangguk berhenti langkah di hadapan wanita itu.
"Calon suamiku sudah pulang, kamu harus siap-siap selalu di sisiku." Kata Emelly.
"Baik Nona."
Emelly melirik tangan Alula. "Apa yang kau pegang?"
"Uang dari seseorang." Tunjuk Alula pada Emelly.
"Siapa?"
Alula menggeleng. "Tidak tahu, ada Om jelek yang memberikannya padaku Nona." Jawabnya.
Emelly tersenyum. "Mungkin dia menyukai mu." Jika Om Om jelek sudah pasti bukan Rayden kekasihnya.
Alula bergidik geli. "Amit-amit jabang bayi, aku tidak berniat sama Om Om keong sawahan." Tepis nya.
Emelly tersenyum. "Bagus. Kamu masih kecil, lebih baik gapai mimpi mu dulu, baru menikah." Tutur nya.
"Tentu saja Nona."
"Sekarang kamu siap-siap di dandani MUA." Titah Emelly.
"Baik Nona." Alula mengangguk.
...😚𝗕𝗮𝗯 𝗶𝗻𝗶 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗹𝗲𝘀𝗮𝗶😚...
...ᴰᵘᵏᵘⁿᵍ ᵃᵘᵗʰᵒʳ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᴸᴵᴷᴱ ⱽᴼᵀᴱ ᴷᴼᴹᴱᴺ ᵈᵃⁿ ᴴᴬᴰᴵᴬᴴ🙏...
bisa mati rasa