Terlahir dari Keluarga Miskin, Aku terpaksa harus putus sekolah dan mencari nafkah untuk Adik adik adik ku dan agar bisa menyekolahkan mereka.
Nama ku Anisa, seorang Wanita Yang Cacat sejak kelahiran ku. Sebagai Anak yang paling besar, Aku harus bertanggung jawab terhadap ke Tiga Adik ku, karna memang Kami Anak Yatim Piatu.
Berkat ketekunan dan Kegigihan ku, Adik adik ku dapat ku sekolahkan dan menjadi orang yang berhasil. Tapi bagi mereka, Aku ibarat Aib! apalagi setelah mereka sudah berkeluarga. Aku sama sekali bagaikan orang asing yang hina bagi Adik adik ku yang ku perjuangkan dengan penuh pengorbanan.
Tapi Semua itu akan berlalu, Sebab Anak Tiri ku kelak akan mengangkat Drazat ku, Membahagiakan Ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hitado S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertahan Di Tengah Keterbatasan Part 5
Seperti biasa, di pagi hari ini Aku dan Adik ku Farhan pun kembali berjualan kue dengan berkeliling, karna Farhan sendiri belum memulai sekolahnya di SMP, pendaftaran saja belum di buka, masih butuh dua hari lagi sebelum Aku nanti mendaftarkannya di Sekolah SMP yang ada di desa tetangga, yang juga bersebelahan dengan sekolah SD Adik ku Dita dan Bagas.
Kami pun menyusuri pinggir jalan raya sambil menawarkan kue jualan kami, dan kali ini kami masih tetap membuat banyak mumpung Adik ku Farhan masih bisa ikut berjualan bersama ku.
"Kue Kue, Kuenya Bu masih hangat"
Adik ku Farhan berjalan mengambil sisi kanan jalan seperti biasanya, sementara Aku sebelah kiri. Farhan sendiri memang lebih lincah dari ku, lebih cepat berjalannya, jadinya dia kadang harus menunggu ku sebentar sebelum dia lanjutkan melangkahkan kakinya.
Tak terasa hari pun sudah siang, Kue jualan kami juga sebagian sudah laku terjual, Aku sebenarnya sangat ingin ada pelanggan ku seperti dulu, seperti Si Bapak Bapak yang pernah memesan kue ku untuk para pekerja tukang rumahnya, tapi berhubung bangunan rumahnya sudah selesai, jadinya berhenti juga lah si Bapak itu berlangganan Kue dengan ku.
Aku dan Adik ku Farhan pun beristirahat di sebuah emperan rumah yang tak berpenghuni, kami berdua lalu makan siang, makan bekal yang kami bawa dari rumah. Hanya sebentar kami beristirahat sehabis makan, Aku dan Farhan kemudian melanjutkan langkah kaki kami menawarkan kue dagangan kami.
"Dek, moga hari ini habis juga ya seperti kemarin kemarin"
"Iya Kak, Insyaallah Kak"
"Kue Kue"
Kembali Adik ku Farhan menawarkan kue yang dia bawa, kue yang dia gendong di dalam bakul yang terbuat dari ayaman bambu. Adik ku itu memang membawa yang lebih banyak dari ku, sementara Aku menaruh Kue jualan ku di dalam plastik hitam yang cukup besar sambil ku tenteng.
"Kue-nya Bu, Kue Kue, murah Seribu satu"
Tak terasa sekarang sudah sekitar jam tiga sore, jalanan yang sudah kami lalui juga sudah sangat panjang, Aku dan Farhan kemudian beristirahat sejenak di pinggir jalan sambil menghitung hitung uang hasil jualan kue yang sudah laku.
"Kak, kan hari rabu pendaftaran sekolah, emang Kakak bisa daftarin Farhan"
"Kakak sih gak ngerti Dek caranya, tapi ya kita tanya tanya saja nanti di sana"
"Iya, mudah mudahan gampang ya Kak?
"Iya Dek"
"Kita gak jualan lagi dong nanti hari rabu"
"Ya mau gimana lagi Dek, gak apa apa lah sehari doang"
"Iya Kak"
Setelah beristirahat sejenak, kami kembali melangkah kan kaki kami menawarkan Kue jualan kami, Keringat seolah tak henti membasahi wajah ku, sekarang ini memang rasa capek dan pegal di kaki ku juga seakan sudah tak ku rasakan lagi, mungkin karna sudah terbiasa berjalan sejauh ini, beda dengan saat awal awal Aku berjualan keliling, benar benar membuat ku merasakan capek yang minta ampun dan kaki yang sangat pegal.
"Kue Kue"
Kembali kami menawarkan Kue itu, setiap ada orang yang sedang duduk duduk di teras rumahnya kami juga samperin berharap dia mau membeli kue kami.
Tak terasa sekarang sudah sekitar jam enam sore, Kue dagangan kami juga sudah tinggal sedikit, hari ini memang sepertinya Kue kami gak bakalan habis kejual, karna biasanya jam segini semua kue yang kami bawa sudah habis dan kami sudah bisa pulang, tapi sekarang masih ada sisa sekitar lima belasan bungkus lagi.
"Dek, kita pulang saja yok"
"Tapi kuenya belum habis Kak"
"Takut kemalaman nanti sampai di rumah Dek, kasihan si Dita sama Bagas"
"Ya udah terserah Kakak aja"
Akhirnya kami pun melangkah untuk pulang sambil tetap menawarkan Kue yang masih sisa itu di perjalanan pulang, berharap bisa habis seperti biasanya.
Alhamdulillah di perjalanan pulang menuju rumah, ada juga yang membeli Kue itu, sebuah Mobil tiba tiba berhenti di samping kami, dan sepertinya orang Kaya, karna Mobilnya bagus.
"Berapaan Dek Kue-nya?
"Seribuan Pak satu-nya"
"Ya udah bungkusi Sepuluh ya"
"Iya Pak"
Adik ku Farhan pun membungkus Kue itu, Aku sendiri memintanya agar memasukkan saja semua Kue itu dan mengasihnya ke si Bapak pembeli itu semuanya.
"Loh Dek, kok banyak bangat"
"Iya Pak, gak apa apa, biar habis, yang limanya gak bayar kok"
"Gak bisa gitu Dek kalau jualan, nih Bapak bayarin saja"
Si Bapak pun memberikan uang Dua puluh ribuan ke Adik ku Farhan, pas Farhan mau kembaliin kembaliannya, si Bapak malah menolak menerimanya, dan mengatakan untuk kami saja sisa lima ribunya.
Aku dan Farhan tentu senang dengan itu, karna sekarang kue jualan kami akhirnya habis juga terjual semuanya.
"Kak, yang lima ribunya kita beli Indomie aja ya Kak, biar makannya enak nanti, soalnya Sayur yang kakak masak tadi pagi pasti dingin"
"Ya udah, beli saja entar dua"
"Iya Kak"
Tak terasa akhirnya kami pun sampai di rumah, dan sekarang sudah sekitar jam delapan malam lewat, Adik Ku Farhan pun langsung mandi duluan, sementara Aku memasak Indomie yang sudah di belinya saat di jalan.
Aku dan Farhan pun makan, tapi Karna Ada Indomie kuah, Adik ku Dita dan Bagas juga akhirnya kembali ikut makan bersama kami, walau tadi sebenarnya mereka sudah makan katanya.
Setelah itu Aku pun mandi, lalu langsung menyiapkan kue untuk ku kukus di besok hari, rasa capek seakan tak menghalangi ku untuk mengerjakannya walau sudah tengah malam.
Akhirnya semuanya pun sudah selesai ku kerjakan dan di bantu oleh Adik ku Farhan dan Dita, kami pun langsung tidur setelah Dita dan Bagas juga sudah selesai belajar.