Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
adegan panas (18+)
"Chef maaf aku tidak bisa melanjutkan ini" Vika mendorongnya sedikit dengan mata yang tetap saja terpejam
"Tapi kamu sudah tidak bisa lari lagi" Arya yang tidak tahan langsung mencekal kedua tangan Vika dan lebih menekan lagi tubuhnya, dirinya kini sudah mulai meradang karena berkali-kali mendapat penolakan, padahal semua yang dia lakukan sangatlah lembut
"Chef aku gak mau!!" Vika pun ikut tambah kesal setelah Arya mulai kasar. saat ini, dia benar-benar merasakan sesuatu sudah menyentuh bagian bawa perutnya "aaahh!!" Walau begitu tidak bisa dipungkiri kalau tubuhnya menerima serangan dari bosnya
Arya tidak perduli lagi dengan apa yang akan gadis itu lakukan, dengan ganas dia melumat habis bibir lembutnya, sampai tidak perduli seberapa kerasnya dia memberontak
Batang keperkasaannya pun kini sudah tidak sanggup menegang terlalu lama, sampai dengan paksa menerobos masuk ke bagian yang dari tadi dinantinya
"Chef sakit!!" Rintihan Vika dengan buliran bening jatuh dari sudut matanya
"Ini hanya sementara, kau akan merasakan kenikmatan setelahnya" Arya begitu mahir dalam hal seperti ini, tentu saja kegiatan yang bukan sekali dua kali dia lakukan bersama kekasihnya
"Chef!!" pekik suara Vika , "ini sangat menyakitkan" dia masih berusaha menyadarkan Arya untuk tidak melanjutkan itu. Walau semua sudah terlambat tapi dia benar-benar tidak mau melakukan hal ini dengan penuh paksaan
"Maaf aku akan lebih lembut lagi" bukannya berhenti Arya malah salah artikan maksudnya, dia hanya tau Vika meminta untuk perlahan karena Arya sangat merasakan kalau milik Vika memang sempit, dia sadar ini pertama kalinya bagi gadis itu, tapi mau bagaimana lagi miliknya pun tidak bisa kalau harus menyudahi ini, dia benar-benar merasakan apa yang tidak Chika miliki, yaitu Virgin
"Aaahh.." tanpa sadar Vika mendesah, dan ini membuat Arya semakin gairah ditambah dua tumpukan daging kenyal yang masih fresh bergerak sesuai iramanya
"Chef,, aku..!!!." Vika tida bisa lagi membedakan antara menerima takdirnya atau tidak yang pasti hanya tubuhnya lah yang jujur dengan apa yang terjadi
"Kalau kamu mau. kita akan terus melakukannya sepanjang malam!" Tanpa henti Arya semakin ganas dengan aktivitas nya. Sedangan Vika hanya bisa menggigit bibir dengan menahan setiap transferan kehangatan yang Arya berikan
sampai keduanya berada di puncak tujuannya masing-masing, yang tanpa sadar Arya tidak melepas sedikitpun untuk membuang sesuatu yang mungkin nantinya akan membuat Meraka berada dalam keadaan sulit, tidak seperti yang dia lakukan pada Chika yang selalu menghilangkan jejak setiap aktivitas rutinnya. terlebih lagi milik Vika sangat sayang jika harus ada jeda apalagi dimana surga itu datang dia melepasnya begitu saja
"Kenapa tidak melepasnya?" suara sayu Vika tidak sanggup lagi untuk marah. Padahal dia tau akibat dari perbuatannya
"It's okay, everything will be fine" Arya meyakinkan Vika tanpa dia sadari juga
tidak berhenti di situ. Arya masih tetap di posisi yang sama, dia begitu tidak rela untuk menyudahi itu semua, padahal sebelumnya tak pernah seperti ini bahkan untuk kedua kalinya dia benar-benar melakukan denga mu begitu lembut sampai Vika merasa sangat nyaman berada di lingkaran berbahaya itu
"Ahhh.." desahnya tiba-tiba terbawa arus permainannya
"Kamu mau lagi sayang?" bisik menggoda Arya berusaha agar Vika tidak mau menyudahi semua
"Aku ingin sekali selalu menikmati ini" terus menyebrang sampai ruangan itu di penuhi dengan desahan mereka berdua untuk yang kedua kalinya, Arya sangat bersemangat tentu saja di dukung oleh tubuh Vika yang walaupun sesekali ada penolakan tapi dengan sangat jelas dia menikmatinya
Entah berapa kali mereka melakukan itu tapi yang pasti malam ini benar-benar dihabiskan dengan kegiatan panas sesuai persetujuan Vika yang kini setengah berada di bawah alam sadarnya
***
Malam kini berlalu.
Arya dan Vika yang lelah pun tidak sadar, kalau sudah ada beberapa panggilan telepon dari ponsel masing-masing terus berdering tanpa henti, tapi tetap saja, belum ada satupun diantara mereka yang mengangkatnya. sampai hampir jam menunjukan waktunya makan siang, barulah Arya bangun terlebih dahulu dari gadis yang ada di dalam pelukannya tanpa sehelai benangpun
Pria itu memang terbiasa dengan minuman. Jadi setiap kali mabuk, esok harinya pasti akan segar kembali.. lain halnya dengan Vika. Dia selalu hati-hati dalam pergaulan, dia sangat menyayangi hidupnya jadi apa pun itu Vika tidak ingin merusaknya hanya untuk kebahagiaan sesaat.. namun takdir berkata lain. Sekuat tenaga dia menjaganya kini sudah hilang direnggut pria itu begitu saja.
Arya terbangun. namun masih belum sadar dengan apa yang terjadi sampai sebuah tangan lembut menelusuri perutnya . Dan betapa terkejutnya Arya melihat Vika yang sedang terlelap tanpa busana begitu polos dengan beberapa tanda merah karya dirinya sudah terlukis disekitar tubuh gadis itu
Vika? Kenapa dia bisa ada disini? Dan apa yang sudah aku lakukan padanya?
Arya segera bangkit dari tempat tidur. Dengan perlahan menyingkirkan tangan Vika, berharap gadis itu tidak bangun dulu sebelum dia bisa mengingat semua, apa yg terjadi sebenarnya.
Arya langsung memakai handuk, dan beranjak ke kamar mandi. Di bawah guyuran shower dia terus mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam, sampai akhirnya tersadar dengan apa yang sudah dilakukan
Vika, aach..!!. Ya tuhan kenapa harus seperti ini. kenapa juga aku tidak bisa mengontrolnya?
Derasnya guyuran air terus membasahi sekujur tubuh Arya, dia merasa sangat benci pada dirinya sendiri tapi kesal pada Chika. Andai saja semalam dia tidak menolak lamarannya. Mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Dan sekarang, Arya tidak tau apa yang harus dilakukan saat Vika terbangun nanti, mungkin akan canggung tapi dia tetap harus menjelaskan kesalahannya yang fatal itu
***
Hari ini hari Senin, seharusnya Vika pergi ke kampus tadi pagi, dan seperti biasa setelahnya akan ke restoran. Namun berhubung dirinya masih terlelap dan baterai ponselnya juga habis, karena terus menerus ada panggilan tidak terjawab dari rara.
Arya keluar dari kamar mandi, dilihatnya pakaian mereka berserakan dilantai lalu memungutnya satu persatu. sampai saat meraih gaun Vika ternyata memang sudah tidak dapat digunakan lagi.
Arya segera berinisiatif membeli satu set pakaian secara online tanpa harus meninggalkan apartemen, tapi sayang ponselnya ternyata mati, mungkin terpakai saat Vika melakukan Vidio semalam.
"Sial ternyata mati" dia pun segera mengambil charger dan mengisi daya ponselnya. Lalu bergegas memakai pakaian karena sudah sangat terlambat untuk pergi ke restoran
***
Seketika Vika membuka mata sambil menggeliat sedikit namun terdengar suara rintihan kecil, "aaww" terasa seluruh tubuhnya remuk, serta rasa nyeri di bagian tertentu. Arya yang menyadari kalau Vika sudah bangun pun segera menghampiri. Gadis itu masih belum sepenuhnya sadar sedang di mana dia berada sekarang, dan apa yang sudah terjadi. Kemudian memegang keningnya, lalu terkejut melihat Arya ada di hadapannya
Pria itu duduk di tepi tempat tidur lengkap dengan pakaian yang biasa dipakai ke restoran. Kemudian di tatapnya wajah Vika yang kini mulai terkumpul memori ingatan nya dan menyadari kejadian semalam, Arya ingin bicara tapi tidak tau mulai dari aman dan Vika, hanya menatapnya lalu menangis penuh kekesalan lalu menangis tidak percaya ini terjadi padanya.
"Ma.. maafkan aku!!" Arya menyentuh tangan Vika berusaha menenangkan, namun yang didapat hanyalah penolakan
Arya hanya bisa menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan, dia bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kondisi Vika yang seperti ini. Ingin menjelaskan tapi dia sendiri tidak tahu dari mana memulainya. Ingin menenangkan tapi juga tidak mengerti harus bagaimana. Ingin bertanya tapi takut Vika marah. Semuanya jadi serba salah, namun dia juga tidak tega melihat Vika terus menangis seperti ini
"Sa, saya tidak tahu harus bagaimana. Sebaiknya, sekarang kamu mandi dan kita bicarakan ini baik-baik nanti"
Vika tidak menjawab, dia juga sama bingung dengan apa yang harus dilakukan sekarang. Tubuhnya serasa remuk dan kedua kakinya pun kaku. Mungkin perkataan Arya ada benarnya juga, mereka harus membicarakan ini baik-baik setelah Vika bisa mengontrol emosinya.
Perlahan Vika bangun dari tempat tidur dengan tubuh yang terbungkus selimut, Vika mulai menurunkan kakinya di sertakan dengan sedikit rintihan dan berdiri. Tapi di sana Arya tersadar setelah melihat bercak merah di tempat tidurnya. Dia tidak menyangka kalau Vika sama sekali belum pernah disentuh orang lain selain dirinya, dengan penuh rasa bersalah tanpa bicara Arya langsung menggendong gadis itu untuk membantunya ke kamar mandi. Setidaknya bisa menebus sedikit dari kesalahan yang memang tidak akan bisa ditebusnya..