Bukan aku tidak mencintainya. Tapi ini sebuah kisah kompleks yang terlanjut kusut. Aku dipaksa untuk meluruskannya kembali, tapi kurasa memotong bagian kusut itu lebih baik dan lebih cepat mengakhiri masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Hari yang telah Isabel tunggu-tunggu akhirnya tiba, dan dia berusaha keras memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai rencana. Setelah persiapan panggung dan dekorasi selesai, termasuk pemasangan foto para ratu yang telah terbunuh, Isabel mengambil momen untuk memasang GPS di mobil Blake. Lokasinya di tempat parkir relatif sepi, dan titik buta kamera memberikan perlindungan ekstra untuk aksinya. Dia memilih tempat di bawah mobil yang aman dari hujan dan sulit terlihat.
Isabel kemudian fokus pada langkah berikutnya: membuat akun email baru dan menjadwalkan pengiriman bukti pada waktu yang ditentukan. Dengan cermat, dia mengatur agar email yang berisi semua bukti terkirim tepat saat acara berlangsung, hampir di akhir, sehingga tidak ada waktu bagi pihak berwenang untuk menghentikan upacara atau memengaruhi jalannya rencananya. Agar lebih aman, dia membuat salinan bukti di beberapa disk dan menyimpannya di tempat yang aman, hanya memberikan lokasi penyimpanan kepada dua teman kepercayaannya, Rebeca dan Bradley.
Menghapus jejak bukti dari komputer menjadi langkah selanjutnya yang diambil Isabel. Dia menggunakan program khusus untuk memformat dan menghapus data sehingga tidak ada yang bisa melacak kembali informasi yang dia miliki atau kirimkan. Ini dilakukan untuk berjaga-jaga jika Blake mencurigai sesuatu dan mencoba mencuri komputernya.
Isabel kemudian menemui Rebeca dan Bradley secara diam-diam, mengajak mereka ke tempat yang lebih terpencil untuk berbicara. Dia memberi tahu mereka tentang kecurigaannya terhadap instruktur, yang ia yakini adalah orang berbahaya. Isabel meminta mereka untuk merekam setiap kali instruktur meninggalkan lokasi selama upacara berlangsung, tetapi secara diam-diam, seolah-olah mereka hanya mendokumentasikan acara. Tindakan ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti nyata tentang keberadaan dan aktivitas Blake selama acara.
Bradley dan Rebeca berjanji akan berhati-hati. Isabel memberikan kepada mereka sebuah kertas yang menunjukkan lokasi kotak bukti, dan menekankan agar mereka menghubungi komisaris jika sesuatu terjadi padanya, serta menyerahkan bukti di dalam kotak tersebut.
Dengan rencananya yang hampir sempurna, Isabel tetap merasakan ketegangan di dadanya. Meskipun dia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat, masih ada risiko tinggi dalam setiap langkah yang dia ambil. Tapi ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan kebenaran dan membawa keadilan bagi para ratu yang telah menjadi korban. Dia tahu bahwa malam itu, semuanya akan ditentukan.
Peristiwa itu semakin memperkuat tekad Isabel untuk melanjutkan rencananya, meski kejadian tadi membuatnya semakin sadar akan bahaya yang nyata dan mengancam hidupnya. Konfrontasinya dengan Blake di kamar tidur telah mengukuhkan kecurigaannya bahwa pria itu memang pelaku di balik serangkaian pembunuhan ratu. Keberaniannya yang teguh kini dilandasi oleh rasa takut yang sangat nyata, namun juga oleh kemarahan dan tekad untuk mencari keadilan bagi Lucia dan para korban lainnya.
Setelah Blake pergi dengan kemarahan yang tak terkendali, Isabel berbaring di tempat tidur untuk waktu yang lama, tubuhnya masih gemetar karena ketakutan dan rasa jijik. Tindakan Blake yang mendominasi dan ancaman yang dia ucapkan menegaskan betapa berbahayanya pria itu, dan Isabel sadar bahwa, secara fisik, dia tidak mungkin menang melawan Blake. Kejadian ini juga membuka matanya terhadap penderitaan yang pernah dialami Lucia dan semakin membulatkan tekadnya untuk menghadapi Blake sampai tuntas, tidak peduli apa yang diperlukan.
Namun, Isabel tahu dia harus tetap tenang dan kembali fokus pada rencananya. Dia segera bangkit dan memastikan semua persiapan tetap sesuai jadwal. Senjata yang disembunyikannya di bawah tangga belakang panggung masih di tempatnya. Dia merasa sedikit lega mengetahui bahwa dia punya satu bentuk perlindungan terakhir jika Blake benar-benar bertindak nekat.
Isabel juga memastikan email berisi tautan GPS dan seluruh bukti sudah siap terkirim sesuai jadwal. Dia memeriksa kembali semua persiapan teknis, menghapus jejaknya, dan berusaha keras untuk tidak meninggalkan apa pun yang bisa menyingkap rencananya. Dua temannya, Rebeca dan Bradley, masih dalam posisi untuk membantunya mengawasi Blake dari jauh selama acara berlangsung.
Ketika waktu semakin mendekat, Isabel menyiapkan mentalnya untuk tampil di panggung. Dia tahu bahwa acara ini bukan sekadar kontes kecantikan, tetapi momen krusial untuk menghadapi kebenaran dan memancing Blake untuk membuat kesalahan fatal. Rencananya berisiko tinggi, tapi Isabel telah siap menerima segala konsekuensinya.
Setiap langkah ke depan adalah langkah mendekat pada konfrontasi akhir dengan Blake. Isabel menguatkan dirinya, mengingat kembali wajah Lucia yang tersenyum dalam foto di panggung. Dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa semua yang dia lakukan adalah demi keadilan, untuk menuntaskan rasa sakit yang dialami oleh orang-orang yang tidak bersalah dan menjadi korban kegilaan Blake.
Tidak ada jalan untuk kembali. Isabel kini hanya bisa maju, dengan senjata tersembunyi dan tekad yang membara, menuju panggung yang akan menjadi ajang terakhir dalam pencarian keadilan bagi Lucia.